Menghentikan pergerakannya, Jaejoong menoleh sekilas, ia tersipu malu dan menggigit bibirnya. Apa mereka sekarang adalah pasangan? Jika iya, ingin rasanya ia membuat pesta dan mengundang semua kenalannya, ia ingin memberitahu pada setiap orang bahwa Yunho adalah pasangannya.
Membiarkan pria itu bersandar, Jaejoong mengurungkan niat bergerak membuka bungkus kantong plastik. Tetapi Yunho malah tertawa dan membuat ia bagaikan digelitik.
"Kenapa? Tidak jadi membuka bungkusnya?" pria itu mengangkat kepalanya tetapi hanya untuk merubah untuk menopang dagunya di bahu Jaejoong.
"Aku... Aku...uumh rasanya aku takut jika kau terganggu," itu jawaban jujurnya, ia hanya tidak mau Yunho merasa tidak nyaman.
"Tidak perlu merasa begitu, kau kan ingin sekali memakan ice creamnya, atau kau grogi karena kupeluk?" tersenyum, Yunho menggoda Jaejoong. Entah mengapa semua bisa mengalir segampang ini. Padahal, ia cukup sulit memulai dengan wanita lebih lagi tidak sedekat yang dibayangkan.
"Tidak begitu, kau pasti lelah habis bekerja. Apa lagi kau langsung kemari dan—"
"Jika aku tidak langsung kemari maka kau akan marah berkali lipat," Yunho menyela dan Jaejoong menoleh kepadanya, hingga pandangan mereka bertemu. "Ini sangat cepat untuk sebuah masa pendekatan, penjajakan dan sebagainya. Aku hanya tidak ingin kau merasa tidak nyaman dan terus marah tanpa alasan jelas. Jadi kenapa kau suka padaku?"
Pertanyaan itu tiba-tiba, bagaimana bisa Yunho bertanya itu dan mengatakan hal kejam bahwa mereka sangat cepat. Memang Jaejoong akui ini cepat sekali. Tapi Romeo dan Juliet saja make love saat pertama kali mereka bertemu di pesta ulang tahun Juliet. Jatuh cinta dan mereka sudah secepat itu. Sama dengan Rose dan Jack di Titanic. Lantas, mengapa ia tidak boleh suka secepat ini dengan Yunho? Mereka bertemu 3 kali dan nyaris 2 pekan.
"Kenapa memangnya? Apa harus ada alasan spesifik jika harus suka pada seseorang? Kau sudah tahu jawabanku bahwa—"
"Aku tahu Jeje, tapi maksudku diantara banyaknya pria yang mengejarmu kau memilihku?" Yunho hanya masih tidak percaya, ia tidak mengejar Jaejoong. Ia masih tahu batasan dengan baik, tidak ingin mendekati wanita ini walau sempat terpukau dan memuji kecantikannya. Ia tidak sebanding.
Jaejoong memberengut, ia melepas tangan Yunho dipinggangnya. Dan sedikit beringsut menjauh. Rasanya pertanyaan itu bagai sebuah tolakan. Ia menatap Yunho dan berucap, "Aku tidak memilihmu. Terjadi begitu saja, kau tidak suka aku, katakan saja jika tidak suka!"
Ucapan Jaejoong terdengar sangat kentara wanita itu marah. Jaejoong tidak bisa mengontrol emosi tapi pertama bertemu wanita ini sungguh sosok dingin yang berbeda. Yunho menggeleng pelan dan medekat pada Jaejoong. "Bukan begitu. Aku ingin tahu sesuatu dahulu. Kita tidak bisa begitu saja menyebut bahwa ini adalah sesuatu yang intim. Maksudku, aku tidak ingin jika aku memang mengencanimu maka akan ada desas-desus diluar sana bahwa aku memikatmu untuk pinjaman uang perusahaan. Aku memanfaatkanmu dan aku sengaja berkencan karena kau kaya raya. Kau tahu uang yang kau miliki jauh melampaui apa yang kumiliki. Aku tidak ingin keadaan ini yang mengudara diluar, aku tidak ingin menjadi pria tanpa harga diri. Untuk itu sebelum memulainya, aku ingin membuktikan padamu dahulu bahwa aku bisa mengembalikan uangmu lalu—"
"Tidak mau!" Jaejoong tahu kemana arah pembicaraan Yunho, pria itu pasti akan mengatakan agar menunggu uangnya dikembalikan dan mereka baru berkencan. Ia tidak mau. Bagaimana jika Yunho berkencan dengan wanita lain dan mengingkari janjinya? Ia tidak mau.
Mendesah pelan, Yunho menatap semakin lekat Jaejoong. "Je, aku tidak ingin keadaan ini membuatku terlihat—"
"Tidak ada yang tahu kau meminjam uang padaku, tidak ada yang tahu juga bahwa aku meminjamkan uang sebanyak itu kepadamu selain kau, asistenmu serta dewan direksi kantormu. Klienmu tidak akan tahu. Atau kau ingin aku membeli seluruh saham perusahaanmu secara diam-diam dan kuberikan atas namamu?"
Nah, itu dia. Yunho tidak mau. Ia tidak suka. Lebih tepatnya ia tidak ingin pasangannya lebih dominan dalam hal finansial. Harga dirinya sebagai seorang pria rasanya hancur. "Dengarkan aku dulu, aku pria Je. Aku tidak suka jika wanitaku menunjukan bahwa dia hebat, jauh lebih hebat dariku. Aku tidak ingin kau membiayaiku. Itu terbalik."
Menggigit bibirnya, Jaejoong paham. Ia melihat banyak pria seperti ini dan semakin merasa tidak salah dalam menjatuhkan rasa suka. Dibanding pria yang mungkin lebih senang karena wanitanya sukses dan lebih suka dibiayai.
"Aku mengerti. Kenapa terlalu dibuat rumit. Intinya kau suka aku atau tidak? Jika tidak, kau segera pergi tanpa harus menjawab pertanyaan ini, aku tidak ingin dengar jawabannya!" Jaejoong membuang wajah ke arah lain. Ia benar-benar sangat ingin dengar Yunho suka padanya sementara pria itu meluruskan tentang hal yang menurutnya tidak penting.
Yunho mengusap wajahnya, ia memandang ke arah pintu. Jaejoong mendesak, ia suka wanita itu atau tidak? Secepat ini pertanyaan itu muncul. Astaga, apa yang harus ia jawab. Ia kemudian menatap Jaejoong. Cantik. Semakin dekat Jaejoong terlihat sangat cantik. Wajahnya sangat mulus, kulitnya sehalus kulit bayi. Secara pandangan pria awam, Jaejoong cantik sekali dan siapa yang tidak akan suka pada wanita seperti ini. Jelas, Yunho juga suka. Dalam arti luas.
Tapi dalam hal sesensitif ini, Yunho belum jelas. Ia mulai berdiri, dan Jaejoong langsung mendongak menatapnya dengan tatapan yang penuh terluka. Nah, itu membuat ia tidak bisa beranjak. Ia harus menekankan pada Jaejoong lebih dahulu.
"Aku akan menjawabnya jika kau menjawab pertanyaanku dahulu!" ujar Yunho dan kembali duduk.
"Kau ingin keluar? Keluar saja—"
"Jika kita berkencan kau harus menurut padaku? Aku tidak suka wanita yang mendominasiku dari semua aspek terlebih finansial. Aku ingin kau menghargai aku sebagai priamu dan tidak merendahkanku. Bagiku ini menyangkut harga diri."
Jaejoong mencebil, ia kemudian mengangguk dengan pelan. Apa susahnya melakukan syarat itu. Mudah saja. "Itu mudah saja. Aku bukan ingin menjadi bossmu, dalam hal bisnis tetaplah bisnis aku akan profesional."
"Bagus jika kau paham. Aku yakin sekali kau belum pernah berkencan, hmm?" Yunho tidak tahan untuk tidak mengatakan ini. Type wanita seperti Jaejoong kentara sangat naif.
"Ooh kata siapa, aku memiliki mantan kekasih 10 orang, asal kau tahu saja!" tidak ingin mengaku Jaejoong menatap ke arah lain.
"Oh ya, mengapa tidak kembali pada salah satu dari mereka hmm?" ini godaan, ia jadi suka menggoda Jaejoong.
Kesal, Jaejoong berdecak, "Keluar! Pergi dari sini dan—"
"Suka. Aku suka padamu, kau masih ingin aku keluar dari sini, hmm?" Yunho terkekeh, ia kembali beringsut mendekat Jaejoong dan menarik kembali pinggang wanita itu untuk dipeluk.
Ya, susah memang mengaku bahwa ia suka Jaejoong juga. Ada banyak alasan mengapa itu susah diakui. Salah satunya ia tidak ingin berkencan dengan orang yang berasal dari kalangan bisnisnya dan juga wanita ini terlalu kaya untuk seorang pria seperti dirinya. Ia tidak percaya saja bahwa ia yang terpilih dari sekian banyak pria yang mengejar si cantik ini. Apa ini yang dinamakan keberuntungan. Ya, mungkin saja.
.
.
.Akunku yang lain itu j-celia . Ga ada isinya masih.
.
.
.