Menyuap satu potongan tteokboki, Jaejoong benar-benar meyakinkan bahwa ia tidak masalah bahwa mereka hanya berkencan dengan modal minimalis. Bahkan, ia pun tidak pernah merasa bahaa mereka harus ke sebuah restoran ternama, baginya kemana saja akan terasa indah asal bersama Yunho. Dari sekian tempat yang pernah ia datangi, selalu saja Irene atau Hyunbin lah yang bersamanya. Kali ini tentu berbeda karena ia bersama yang tercinta.
"Ini enak sekali," ujar Jaejoong dan mengambil potongan berikutnya. Ia melihat Yunho terkekeh dan sejurus kemudian menyugar rambut panjangnya.
"Kukira kau akan malu makan dipinggir jalan, sambil berdiri, dan makan-makanan seperti ini," Yunho takjub dengan kerendah hatian Jaejoong. Ia belum pernah berkencan dengan gaya begini.
Jujur, dengan mantan terdahulunya, Yunho selalu kencan ke tempat yang bagus, restoran berbintang dan juga semua tempat yang benar-benar sangat social media-able. Ah, maksudnya tempat itu menjadi spot photo yang bagus, dan berkelas. Namun, dengan orang high society seperti Jaejoong, ia melakukannya. Ini cukup menggelikan sebenarnya. Bagaimana bisa ia berkencan dengan Jaejoong hanya ke tempat umum yang sering di datangi.
Pertama Sungai Han, Jaejoong senang kemari dan melihat-lihat permandangan sekitar sungai. Kedua, Jaejoong tidak pernah meminta mereka ke tempat yang diduga Yunho pasti tiap wanita ingin ke sana. Jaejoong apa adanya, wanita itu akan selalu senang kemana saja ia membawa. Tentu, ini sesuatu yang belum pernah ia dapati dari kekasih sebelumnya.
"Aku ingin duduk, dan di sana ada tempat duduk, ayo Hon," Jaejoong menunjuk sebuah toko dengan tangga yang cukup untuk masuk ke toko. Ia bergegas ke sana dan mengambil tempat di anak tangga yang tertinggi. Tersenyum, Jaejoong melihat Yunho dengan gelengan yang bingung.
"Kenapa duduk di sini? Kita bisa duduk di dalam kedai, hmm?" sembari menelusupkan kedua tangan ke kantong, Yunho menatap lekat penuh cinta Jaejoong.
"Ingin saja, ayo kemari, aku bisa menghabiskan semuanya, Honey," Jaejoong terkikik, ia senang karena Yunho mau mengikutinya duduk di depan toko.
"Astaga, kau memang spesial," ucap Yunho, ia jelas tahu bahwa Jaejoong terlalu spesial untuk sekelas anak konglomerat.
"Sekarang kau sudah tahu kan aku tidak banyak tingkah, aku tidak akan protes meski kita hanya makan ini, uumh?" Jaejoong memberi suapan pada Yunho, ia tersenyum lebar karena pria itu menerimanya.
Mengangguk sembari mengunyah, Yunho memandang wajah cantik tanpa cela Jaejoong. Ia sangat beruntung bertemu Jaejoong, atau lebih tepatnya, ia beruntung karena wanita itu menyukainya. Jika Jaejoong tidak suka kepadanya kisah cinta mereka tidak akan terjalin.
Ia menggenggam tangan Jaejoong dan membuat wanita itu bingung dengan kening berkerut. Ia tersenyum dan berucap dengan pelan. "Terima kasih karena sudah memilihku, Baby Je."
Menelengkan kepalanya, Jaejoong tidak paham. Ia hanya balas tersenyum dan mengangguk.
Yunho tertawa pelan karena Jaejoong menarik tangan dari genggamannya lantas kembali menyuap tteokbokinya. Astaga, apakah ia kalah jauh bersaiang dengan tteokboki. "Kau lebih suka aku atau lebih suka tteokboki?"
Jaejoong menoleh dan menjawab, "Suka tteokboki dan bersama denganmu."
Jawaban itu lucu dan sangat polos. Andai tidak ada orang di sekitar sini, mungkin sudah saja ia mencium Jaejoong karena gemas.
.
.
.Yunho mendesah seraya meletakan kunci mobilnya ke atas meja nakas kamarnya. Meski ketika kencan dengan Jaejoong tadi sangat membuatnya senang, tapi ia masih belum tahu harus bagaimana. Ya, ia masih belum memutuskan untuk hubungan mereka ke depan. Ia takut sekali jika wanita itu diambil oleh pria lain. Bukan karena Jaejoong kaya raya, bukan sama sekali. Tapi, karena ia memang benar-benar sangat mencintai Jaejoong.
Rasa panas itu mulai mencuat lagi ketika Yunho teringat dua lamaran yang diterima Jaejoong. Pertama pria yang ketika ia ke mansion dan Jaejoong sangat tidak suka padanya. Kedua, pria tadi yang bernama Insung. Pria itu teman dari Hyunbin, sikap Jaejoong kepadanya pun tidak sekeras kepada pria pertama. Dengan makna lain, bahwa Insung bisa berpotensi untuk mengambil Jaejoong darinya.
Yunho berdecak kesal. Ia menatap ke arah balkon yang gorden terbuka lebar. Mendung. Sesuai dengan perasaannya. Ia mengusap wajahnya dan melepas jas dan dasi. Tepat ketika ia duduk di single sofa yang menghadap balkon, pintu kamarnya terbuka dan menampakan ibunya yang berdiri di sana.
"Apa yang terjadi hmm? Wajahmu kusut sekali," Yejin bertanya tanpa tedeng aling-aling, suasana Hati Yunho sangat berpengaruh dengan cuaca. Ia tidak ingin selalu begini. Pasti terjadi sesuatu hingga begini.
"Tidak ada apa-apa, Bu," sahut Yunho dan ia tersenyum kaku.
"Kau kira bisa membohongi Ibu Yun? Katakan pada Ibu, kau bertengkar dengan Jeje?" ini adalah hal yang memungkinkan, tapi jika pertengkaran itu terjadi mungkin saja bukan hanya mending dan hujan, tapi cukup akan ada badai. Benar, itu lah kemungkinan yang bisa terjadi dan Yejin tidak mau jika hal itu terjadi, ia harus mengantisipasinya. Benar kata suaminya bahwa Yunho sudah sangat berambisi kepada wanita itu.
"Tidak Bu, aku baik-baik saja dengan Jeje. Ini urusan lain, dan—"
"Apa Ibu harus menelepon Jeje dan bertanya ada apa denganmu, hmm?"
Astaga, Yunho terkejut sekali. Ia tidak mau Jaejoong tahu bahwa ia masih kesal atas kejadian tadi. Bagaimana juga, ini adalah urusannya sendiri yang rumit. Dan lagi, ia seperti remaja yang berpacaran dan diurusi oleh ibunya. Ini menggelikan. "Bu, kenapa harus menelepon Jeje, aku dan dia baik-baik saja, sungguh!"
"Ibu tidak percaya, kau tahu urusan kantor baik-baik saja, Ibu menemani ayahmu di kantor, tidak ada masalah, mengenai investor juga baik-baik saja. Changmin mengatakan semua terkendali. Dan kau tidak ada di ruanganmu, Yoona berkata kau dan Jeje keluar bersama. Jadi, jika bukan karena Jeje maka karena apa? Jujur saja Yun, kalian bertengkar?"
Cerocosan Yejin membuat Yunho sedikit terkejut, tidak biasanya ibunya ini mencampuri sejauh ini urusan percintaannya. Dan lagi, mungkin ada baiknya jika ia berbagi kepada ibunya. Meminta solusi mungkin.
"Bu, sebenarnya aku sedang sedikit bingung, aku baru tahu bahwa Jeje adalah bagian dari J-One group. Aku merasa sangat tidak pantas bersama dengannya—"
"Kenapa kau merasa begitu?"
Yunho menggeleng, ia belum selesai bicara dan ibunya menyela dengan tidak sabar. "Dengarkan dulu," sahut Yunho dan memandang Yejin, "Aku ingin karirku stabil dan lebih mapan dari sekarang, aku merasa malu karena pacarku jauh lebih kaya. Dan di sisi lain, aku baru sadar bahwa dia adalah wanita yang sangat ingin dinikahi tiap pria. Untuk kedua kalinya aku melihat pria menginginkan Jeje di depan mataku. Mengajaknya menikah tanpa peduli apa kah Jeje memiliki kekasih atau tidak. Aku tahu itu bukan lelucon, mereka pasti akan segera melompat andai Jeje mengiyakan. Dan sementara aku, aku ingin menunda melamarnya, aku ingin satu level di atasnya serta—"
"Jung Yunho, kau kira orang tuamu miskin? Kenapa kau merasa bahwa kau tidak pantas untuk Jeje? Apa karena kau memegang perusahaan ayahmu? Bukan perusahaan besar sekelas milik kakekmu? Dengar, Nak! Orang tuamu ini jauh lebih kaya dari pada kakekmu, jika kau khawatir dia direbut pria lain, sekarang berdiri lah, beli cincin yang paling mahal pergi ke rumahnya dan lamar dia. Kau tidak perlu takut tentang apa yang kau takutkan, tentang gayanya yang bak putri raja, orang tuamu ini akan memberinya hal yang sama jika kau merasa tidak mampu. Bahkan, jika mereka menginginkan hadiah yang mahal sekali pun, kita akan sanggup memberinya. Lautan tidak ada apa-apa, samudera pun jika mereka mau, kita akan memberikannya!"
.
.
.Rules ya.
PO Siren 1 udah dibuka. PO harga 40K. Di wattpad series 1 45 chapter, di pdf ada 50 Chapter.
Bisa hub wa 085753432626.
.
.
.