Yunho mencolek pipi Jaejoong berulang kali, tetapi wanita itu masih terlihat marah. Ia tadinya ingin mengabaikan karena mereka sedang dalam pembicaraan bisnis. Namun, jika terus merajuk dan memasang wajah seperti ini, Yunho tak bisa mendiamkan Jaejoong. Ia berusaha menggoda sang kekasih meski Irene sedang menjelaskan sesuatu yang penting. Dan ia terkekeh pelan, melihat samar-samar pipi Jaejoong yang memerah, ia kemudian berjongkok dan tertawa ketika pandangannya dan Jaejoong bertemu.
Dan terpenting wanita itu sudah tersenyum malu-malu. Ia menyentuh tangan Jaejoong dan menciumnya. "Jangan marah, hmm?" bujuk Yunho.
Jaejoong mencebilkan bibirnya dan mengangguk dengan manja. Sejurus kemudian, kecupan ringan diterimanya dari Yunho.
"Sekarang kita fokus bisnis Baby Je, jangan keluar jalur dahulu," Yunho berdiri, dan ia menunduk sejenak untuk mengusap pipi Jaejoong dan menatap sang kekasih, hingga anggukan singkat diberikan Jaejoong pertanda bahwa setuju untuk mereka membahas mengenai bisnis.
Kembali ke tempatnya duduk, Yunho menatap Irene. Menunggu wanita itu kembali berbicara tapi Irene hanya diam dan menatapnya dengan datar.
"Lebih baik aku kirim rencana kerja sama dan investasi ini ke surelmu, kau tahu aku bagaikan radio yang selalu berbunyi meski tak didengarkan!"
Jaejoong menoleh kepada Irene dan menatap tak mengerti asistennya. Mengapa Irene terdengar marah, ia kan tidak melakukan apa-apa, Yunho juga. "Irene kenapa begitu? Jelaskan dengan baik, Tuan Jung tidak akan mengerti jika hanya sebuah proposal kerja sama kau kirim," Jaejoong sama sekali tidak mengerti mengenai bisnis. Ia akui ia payah sekali jika tidak ada Irene di sampingnya. Kakaknya saja meminta ia agar duduk tenang tanpa ikut mengurusi bisnis milik mereka dan ia juga memang tidak tertarik.
Ya, bisnis itu dimodali olehnya, Hyunbin tidak memiliki harta sejak Olympus menghilang. Jaejoong lah yang menanggung semua pengeluaran mereka dengan menjual mutiara yang dimilikinya dan juga beberapa emas serta berlian hasil rompakannya dahulu kepada beberapa bajak laut. Karena mereka berdua dan selalu bersama maka Jaejoong dan Hyunbin mendeklar bahwa mereka adalah saudara. Hubungan yang lebih dari pada keterikatan darah. Mereka tidak akan meninggalkan satu dan yang lainnya.
Semenjak jaman dinasti Joseon, Jaejoong dan Hyunbin merintis bisnis. Mereka selalu berganti-ganti identitas. Bahkan Hyunbin berhasil mengumpulkan para titan untuk menjadi asisten pribadi nan setia. Meski titan itu menurut dan baik kepada Hyunbin, tapi tetap saja Jaejoong takut kepada mereka.
Kebanggaan Jaejoong hanya ia adalah modal bisnis pertama mereka, selebihnya mengenai stategi bisnis Hyunbin lah yang mengatur semua. Ia ingat Hyunbin pun mengikuti masa sekolah di Sungkyunkwan, lalu ketika mulai menuju modern, Hyunbin juga kuliah di universitas Seoul terkenal. Sementara dirinya? Jaejoong tidak melakukan itu saja, ia hanya diam di rumah mereka dan melakukan sesukanya.
"Baiklah, aku akan mengulang ucapanku jadi tolong Tuan Jung Yunho, dengarkan aku baik-baik," ujar Irene.
Jaejoong tersenyum ke arah Yunho, ia membuat love sign dengan jempol dan telunjuk dan Yunho tersenyum tipis. Namun, Irene cukup peka ternyata, wanita itu mendesah dan memandangnya.
"Aku benar-benar akan—"
"Aku mendengarkanmu, Irene. Kau bisa lanjutkan. Mengenai peternakan itu? Apa Miss Kim ingin menginvestasikan itu untuk pertambahan bahan mentah bagi produksi dairy milk, aku berniat untuk memproduksi keju, yoghurt, margarin, butter dan beberapa bahan yang bisa diproduksi dengan susu sapi. Menurutku ini sangat membantu andai Miss Kim ingin berinvestasi dengan peternakan yang dimilikinya."
"Itu sebuah ekspansi yang dinamis, baiklah kami akan menunggu surel dari sekretarismu untuk langkah selanjutnya," ujar Irene, ia tidak ingin berlama-lama membahas hal ini, terlihat sang nona tidak sabar untuk memeluk kekasihnya.
"Tentu, akan segera dikirimkan kepada calon investor. Terima kasih," Yunho menyunggingkan senyum dan mengangguk pelan.
Irene mendesah dan bersandar ke sandaran sofa. Ia menatap Jaejoong, dan wanita itu melirik kepadanya, terlihat lucu memang, dan Irene sebisa mungkin menahan tawanya.
"Sudah selesai?" Jaejoong dengan wajah polosnya bertanya, ia memandang Irene dan Yunho bergantian.
"Menurut Nona?" sahut Irene dan menahan senyuman terkembang, Jaejoong benar-benar paling polos diantara mereka.
"Aku tidak tahu, tapi sepertinya sudah?"
"Aku akan keluar, berapa lama Tuan Jung akan menahan Nona di sini?" Irene blak-blakan.
Tertawa, Yunho melihat ponselnya. Tentu ia harus melihat jadwal yang dibuatkan Yoona untuknya. "Aku ada rapat sebentar lagi, maaf sekali mungkin Miss Kim akan kecewa!"
"Hah?" Jaejoong memasang wajah bingung. Kalau Yunho sibuk, lebih baik mereka kembali. Ia berdiri dan menenteng tas tangan brandednya.
Spontan kedua orang yang masih duduk di sofa memandang Jaejoong. Yunho bahkan tertawa setelahnya.
"Apa yang lucu?" Jaejoong bertanya dengan serius.
"Nona, duduklah sebentar. Dia hanya menggodamu, kau bisa berpacaran sebelum dia mengadakan rapat!" Irene memutar bola matanya, ia benar-benar gemas dengan kepolosan Jaejoong dan karena hal itu, Yunho suka sekali menggoda nonanya.
"Jadi? Aku boleh berbincang dengan Yun—maksudku Tuan Jung?" ingin bersikap formal, Jaejoong menyebut Yunho dengan panggilan Tuan.
"Kau bisa memanggilnya Oppa sekarang, aku akan keluar!" Irene meringis, ia segera berdiri dan melangkah keluar ruangan Yunho.
Jaejoong menatap Yunho dengan skeptis. Apa benar, mereka boleh berpacaran setelah membicarakan bisnis? Ah tidak, apa bisnis antaranya dan Yunho sudah selesai dibahas? Ia tidak tahu, hanya perbincangan sangat singkat yang terjadi.
"Jadi..."
"Hmm? Kemarilah, Baby. Aku butuh vitamin tambahan!" Yunho mengulurkan tangannya, dan nyaris tertahan karena Jaejoong cukup terkejut mendengar panggilannya yang berubah. "Bisnis sudah selesai."
Mendengar itu Jaejoong tersenyum senang dan mengangguk, ia melangkah mendekat kepada Yunho dan menyambut uluran tangan kekasihnya, Yunho menariknya dan menempatkan ia duduk di sebelah sofanya. Lantas sejurus kemudian, ia dipeluk Yunho dengan erat dan merasakan tengkuknya dicium pria itu.
"Kau perlu vitamin kan? Aku akan meminta Irene membelikan vitamin Oppa, aku—"
"Kau lah yang kumaksud vitamin Baby Je. Kenapa kau tiba-tiba jadi pendiam hmm?"
Pendiam? Jaejoong merasa tidak begitu, ia melirik Yunho hingga hidung mereka bertabrakan, "Aku? Pendiam? Tidak! Aku tidak begitu, aku hanya menyesuaikan dengan bisnis. Kau bilang aku harus menemuimu di kantor sekarang jika untuk bisnis. Aku melakukannya."
"Aku tahu, tapi tidak seperti biasa. Kau tidak rindu aku? Biasanya kau berlari dan memelukku, iya kan?" ini godaan, dan Yunho menahan tawanya.
"Iya, tapi tadi ada tamu. Aku tidak bisa memelukmu seperti biasa, dan lagi awas saja jika kau tertarik dengan anak pria itu. Kupastikan tidak akan melepaskan siapa pun termaksud kau!"
Tergelak, Yunho tidak tahan menahan semua ini. Jaejoong sangat imut dan lucu sekali. Dan sekarang wajah Jaejoong berubah menjadi memberengut dan mencubit lengannya. Ia kembali memeluk Jaejoong dan mencium pipi wanita itu. Tidak pernah rasanya ia se-pas ini dengan seorang wanita. Selama mereka berkencan tidak ada masalah berarti selain kecemburuan Jaejoong meluap-luap. Dan ia bisa memahami ini, untuk ukuran wanita tidak pernah berkencan wajar jika Jaejoong tidak pandai menyimpan perasaan seperti itu.
.
.
.Rules.
.
.
.