Jaejoong terhenyak dengan bibir sedikit membuka. Perasaannya bagaikan diselimuti dengan sesuatu yang membuat ia hendak meledak karena senang, malu dan berbagai hal bercampur menjadi satu. Jaejoong segera menatap Yunho. Tidak ada celah sedikit pun dalam paras tampan pria itu. Bahkan luka di dekat sudut mata Yunho sama sekali tidak mengganggu untuk dipandangi. Tetapi bekas luka itu seolah menambah ketampanan yang ada pada Yunho.Tak bisa ia tahan, tangannya langsung terulur menyentuh dengan perlahan bekas luka yang dimiliki Yunho membentang dari sudut mata sekitar 1 hingga 2 centi meter, ia menyentuh wajah pria itu. Tidak lembut dan tidak juga terasa kasar. Ia maklumi karena Yunho seorang pria sehingga kulit wajahnya tidak seperti dirinya.
"Itu bekas luka ketika kecilku. Aku jatuh dari pohon, meski sudah dijahit tetap saja bekasnya masih ada," ujar Yunho dan tersenyum, ia membiarkan Jaejoong menyentuh wajahnya dan itu rasanya cukup menyenangkan.
Ah, mungkin karena fakta bahwa sekarang ada seorang wanita yang memperhatikannya sejauh ini, ia merasa bagaikan spesial.
"Pasti sakit sekali," gumam Jaejoong dan tiba-tiba mata mereka bersirobok.
"Tidak juga, karena mungkin panik dan terkejut membuat rasa sakit lenyap. Tapi aku cukup merasa ingin berteriak ketika pihak rumah sakit lupa menyuntik kebalnya sehingga jahitan pertama kulalui tanpa suntikan kebal."
"Mengerikan!" Jaejoong mengubah wajahnya spontan, bukan dibuat-buat.
"Manis sekali," komentar Yunho atas ekspresi Jaejoong barusan.
"Kenapa manis, itu pasti sakit. Kau bercanda?" Jaejoong bergidik membayangkan itu. Ia pasti akan menangis dengan keras, bahkan tertusuk duri mawar saja ia menangis hingga menghasilan satu gelang mutiara.
"Bukan itu, kau yang manis maksudku!"
"Aku? Kau memangnya sudah mencecapku hingga tahu aku manis?"
Nah, ini dia letak yang membuat Yunho ingin menggigit Jaejoong. "Maksudku wajahmu manis, bukan rasamu, aku—"
"Jadi rasaku pahit, begitu?" Jaejoong mulai sedikit was-was apa rasanya pahit? Apa karena dulu ia pernah memakan... Ah tidak, ia sudah lama sekali tidak begitu. Seharusnya ia tidak terasa pahit.
"Aku tidak bilang begitu, seharusnya kau manis, Je."
Mengerucutkan bibirnya, ia baru sadar Yunho tidak memakannya sehingga tahu rasanya. Tapi apa Yunho akan menggigitnya untuk menilai ia manis. "Kau akan memakanku? Kau akan menggigit tubuhku hingga kau tahu aku ini manis atau pahit?"
Terkejut dengan kepolosan Jaejoong, Yunho tertawa, ia benar-benar sedang berkencan dengan Kim Jaejoong si konglomerat atau dengan wanita sangat polos yang pernah ada. Ia menggeleng segera karena melihat wajah Jaejoong cemberut. "Iya, aku akan memakanmu, aku—"
"Tidak! Jangan! Kenapa kau memakanku? Kau ini apa sebenarnya? Titan?" Jaejoong segera menjauhkan tubuh dari Yunho hingga pelukan pria itu terlepas.
Yunho melongo sejenak mendengar ucapan yang lucu dan sebagian tidak dimengertinya. Ia tersenyum lebar dan kembali mendekat pada Jaejoong.
"Aku? Aku Yunho, memangnya apa hmm?"
"Jangan memakanku, Ireneeeee!" Jaejoong berteriak, dan Irene segera datang ke ruang tamu. Jaejoong gemetar dan memandang Irene. Ia segera menunjuk Yunho dan berucap. "Dia ingin memakanku, dia ingin merasakan aku, apa aku manis atau pahit, Irene—"
"Nona," Irene menyela dan menyentuh bahu Jaejoong. Ia mendesah dan memandang Yunho dengan malas, "Tuan Jung, apa kau ingin secepat itu memakan Nonaku? Astaga, kau tidak sabaran rupanya. Dia masih perawan!"