"Kemana saja kau? Paman dan Bibi mencarimu, bahkan ponselmu tidak bisa dihubungi!"
Changmin langsung mencerca dengan pertanyaan utama yang sudah diprediksi Yunho akan ditanyakan kala ponselnya kembali aktif atau muncul di kantor. Ia mendesah pelan, dan melirik sejenak kepada sepupunya itu. Mengedikan bahu, Yunho terlalu malas untuk menjawab bahwa ia berada di mansion mewah kekasihnya.
"Kau minum-minum? Tapi kurasa kau terlihat rapi sekali, pakaianmu juga berbeda dari sebelumnya, kau ke hotel?" Changmin mendesis ketika pertanyaannya selesai diajukan. Ia penasaran kemana Yunho hingga tidak kembali.
"Aku hanya tidak ingin mendapat kuliah panjang lebar karena rapat kemarin. Sudah lah cepat bekerja, kita tidak akan lembur lagi dari sekarang!" ya, keputusannya kali ini ia rasa tepat. Tidak ada gunanya ia lembur tapi semuanya hanya akan kembali ke posisi semula. "Ah, aku ingin kau menghitung gaji lembur untuk kita."
Sebelah alis Changmin terangkat. Ia tidak menduga bahwa kata itu keluar dari mulut Yunho. Tapi bagus lah, pria itu sadar bahwa tenaga lembur mereka harus dibayar. "Ya, tentu saja."
Changmin menyerahkan beberapa dokumen kepada Yunho, ia kemudian segera keluar ruangan Yunho dan menuju ke divisi keuangan. Jelas, ia meminta untuk mereka menghitung kerja lembur mereka selama ini. Nyaris sebulan, astaga.
.
.
.Seperti yang dikatakan Jaejoong kepada Irene untuk menyampaikan pesan, ia benar-benar menepati itu. Jaejoong berkunjung ke perusahaan milik Hyunbin. Tentu saja perusahaan ini bukan milik pria itu saja. Ada andil besarnya juga, Hyunbin menjalankan perusahaan dengan baik hingga sebesar ini. Ia bangga kepada kakaknya itu.
Ketika ia menjejakan kaki ke perusahaan, Jaejoong langsung disambut oleh petugas yang ada. Bukan rahasia lagi jika ia sering kemari dan dikenali sebagai adik dari pemilik perusahaan ini. Ia pun di jamu sebaik mungkin. Jaejoong juga diantar menuju ke ruangan Hyunbin, ia tersenyum lebar ketika pintu ruangan sang kakak terbuka dan menampakan wajah Hyunbin.
"Kau pasti tidak lupa bahwa akan berkunjung kemari, iya kan?" ucap Jaejoong, ini sebuah sapaan.
Terkekeh, Hyunbin mengangguk dan segera berdiri dari kursi empuk kekuasaannya sebagai presiden direktur di sini. "Duduklah Je, Irene sudah memberitahuku semuanya. Dan mengenai perusahaan yang ingin kau beli beberapa sahamnya."
"Baguslah kalau Oppa sudah mengerti, kuharap Oppa sudah mempersiapkannya," Jaejoong segera duduk dan menatap Hyunbin, pria itu mengambil tempat tepat di single sofa.
"Aku mengecek bursa saham, dan kelihatannya semakin menguat, tidak ada yang melempar saham untuk dijual," ujar Hyunbin dan tersenyum tipis, "Tapi aku sedang menyelidiki mengenai pria yang kau inginkan, orangku sedang mencari tahunya."
Berdecak, Jaejoong kesal teringat pria tua bangka itu. Ia semakin penasaran mengapa hipnotisnya tidak bertahan. Apa karena sudah tidak berpengaruh besar sekarang? Menatap Hyunbin, Jaejoong berucap, "Oppa, ingin kunyanyikan sebuah lagu?"
"Kau bercanda?" Hyunbin menyambar dan menggeleng pelan, ada apa dengan Jaejoong mengapa tiba-tiba tertarik pada sebuah perusahaan.
"Aku serius, aku ingin lihat apa Oppa akan terkena hipnotis atau tidak?!" mengerucutkan bibirnya, Jaejoong menatap ke ambang pintu, Irene tidak ikut masuk ke sini, ia baru sadar.
"Tidak perlu, kau ini ada-ada saja, memangnya kenapa kau tiba-tiba tertarik pada perusahaan? Kau ingin menempati tempat CEO? Aku bisa mengganti CEO sekarang denganmu jika kau ingin!" Hyunbin serius, ia bisa menggantikan CEO sekarang dengan Jaejoong. Toh, lebih dari 50% saham perusahaan ini adalah milik mereka berdua. Sebenarnya, mereka bisa saja tidak menjual saham dan menguasai berdua. Hanya saja jika ingin berkembang maka hal itu perlu.
"Tidak, aku tidak mau jadi CEO. Oppa, aku sudah punya pacar!"
Tersedak air liurnya, Hyunbin terbatuk-batuk. Ia memandang Jaejoong dengan perasaan bingung. Apa sebenarnya maksud kedatangan adiknya ini kemari? Pamer? Benar, pamer karena sudah menemukan pria yang cocok dengannya.
"Lalu? Kau kemari hanya untuk memberi tahu itu? Keluarlah!" ucap Hyunbin dengan tegas.
Jaejoong tertawa, sifat mereka berdua sama. Ia menggeleng dan sedikit memajukan duduknya. "Pacarku saat ini menjabat sebagai CEO Tohoshinki Group. Sebelumnya bukan dia, dia menggantikan sepupunya saat perusahaan kacau. Dia meminjam sejumlah uang padaku. Kuperjelas, aku tidak dimanfaatkan olehnya. Dia benar-benar pria berbeda, dan bertanggung jawab. Tapi masalahnya kakeknya ingin menggeser posisinya saat keadaan perusahaan stabil. Kau kira saja, saat usaha dikerahkan tapi tidak ada penghargaan bukankah itu mengesalkan?"
Hyunbin menyimak cerita Jaejoong dengan baik, ia mengangguk dan paham. Jadi, inti semua ini adalah adiknya tertarik pada perusahaan karena posisi pacarnya yang terancam. Jelas, setelah usaha seperti itu dan digulingkan sangat mengesalkan. Ia mengerti mengapa Jaejoong ingin sekali terlibat.
"Kenapa tidak kau nyanyikan saja kakeknya?"
"Sudah. Itu mengapa aku memintamu mencari tahunya. Efeknya pecah. Padahal sebelumnya tidak pernah terjadi, aku bingung apakah dia sama seperti kita atau dia memiliki orang dekat yang seperti kita," Jaejoong mengerucutkan bibirnya, ia ingin sekali membantu Yunho, tapi ia tahu tidak bisa melakukan itu secara terang-terangan.
"Ah begitu, mungkin saja makhluk immortal lainnya ada di dekatnya. Aku akan menginformasikan padamu jika orangku sudah mendapatkan informasi!" Hyunbin tersenyum lebar, ia tahu bagaimana rasanya jatuh cinta dan ah ia dulu pernah mencintai seseorang juga sayangnya cintanya kandas karena diakhiri begitu saja.
"Kau masih mempekerjakan para titan itu?"
"Tentu saja, jika bukan denganku maka mereka bersama siapa adik manis?" Hyunbin tertawa pelan, adiknya ini sedikit takut dengan titan. Tapi, titan yang ikut dengannya tidak bersikap buruk. Mereka semua sudah ia ajari hal yang semestinya untuk berbaur dengan manusia.
"Mereka masih memakan—"
"Seperti kita, mereka sudah tidak melakukan itu. Sudah kubilang sejak jaman Joseon bahwa mereka sudah meninggalkan kebiasaan buruk itu!"
Ah, Jaejoong lupa. Ia hanya ingat titan yang dulu ingin memakannya ketika nyayiannya tidak berefek. "Baguslah, aku akan menyuruh Irene mengusir mereka jika masih begitu!"
"Astaga, kau ini!"
Jaejoong memainkan jemarinya dan bertanya, "Kau masih berhubungan dengan Aphrodite itu hmm?"
Nah, adiknya ini nakal. Mengapa menanyakan tentang hal yang ingin dilupakannya. "Sudah tidak, jangan ungkit itu lagi!"
"Astaga, Oppa! Dia benar-benar kembali kepada Hephaestus?" Jaejoong terkejut, apakah Hyunbin benar-benar tidak tertarik pada dewi kecantikan itu lagi.
"Tidak! Mereka berpisah, tapi aku tidak bersama dengannya lagi aku—"
"Heey kau berbohong, aku yakin kau masih bersama dengannya, hubungan kalian sudah tersebar dimana saja!"
"Itu cerita lama, ayolah Je berhenti jangan karena kau sudah menemukan kekasih kau mengolok Oppa sendiri!"
Hyunbin menggeleng, selalu saja adiknya itu tidak percaya jika ia katakan bahwa ia sudah tidak berhubungan lagi dengan Aphrodite.
"Aku bukan mengolok Oppa, jika kau masih suka Aphrodite menikah saja dengannya karena dia berpisah dengan Hephaestus. Maju saja!" Jaejoong serius, ia tidak ingin kakaknya ini kesepian karena selama ini Ares selalu merasa love sick jika melihat Aphrodite.
Menggeleng, Hyunbin tersenyum lembut, "Hyekyo memang sering menemuiku, tapi hubungan kami tidak seperti dulu. Dia juga sibuk sekali ketika berpisah secara resmi dengan Joongki. Ah, kau kenal dekat dengan Athena?"
"Jangan katakan kau sedang menyukai Im JinAh!" ucap Jaejoong dan Hyunbin tergelak mendengar itu dari sang adik.
.
.
.Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.
Jangan harap Hyunbin good man kek biasanya. Karena karakternya itu Ares!
Okay boleh pake rules? Paling tidak ada 30 komentar lah ya baru aku lanjut.
.
.
.