Bab 33

586 162 66
                                    

Mengambil pemberian Soojin, Yunho tersenyum lebar. Ia menghargai pemberian teman kecilnya ini, tidak baik juga jika ia menolak pemberian Soojin. Toh, mereka kenal sejak kecil. "Terima kasih Soojin, biar aku tebak ini pasti sesuatu yang kau buat sendiri!"

Soojin mengangguk, itu benar sekali. "Ada stelan suit untukmu, aku berharap keberuntungan selalu menyertaimu."

"Wah benar-benar hadiah yang bagus, kau tahu kau memang membawa keberuntungan hmm?" Yunho meletakan hadiah diberikan Soojin ke dalam jok belakang.

"Kau terlalu memuji, Yun. Ah apakah ada Bibi di dalam?" Soojin melirik ke arah Jaejoong, ia ingat wanita ini adalah wanita yang ditemuinya ketika Yunho mampir ke bengkel kerjanya, bukan butiknya. Mengapa wanita ini ada di sini? Apa kah wanita ini kekasih Yunho?

"Ibuku ada di dalam, kau ingin bertemu ibuku?"

"Iya, ada yang ingin kukatakan pada Bibi, kau tidak mau mengantarku ke dalam, kau terlihat sibuk sekali, bahkan kau tidak pernah mampir ke butik atau pun bengkelku, lagi!" Soojin memasang wajah masam, ia biasa bersikap begini karena mereka selalu bersama sejak kecil.

"Aku memang sibuk sekali Soojinie, sekarang pun akan sangat sibuk karena aku harus bekerja lebih keras," Yunho sengaja tidak mengenalkan Jaejoong, padahal wanita itu sudah memasang wajah tidak ramah dan juga kesalnya. Lucu sekali menurutnya.

"Aku mengerti, kau pasti akan sukses menangani perusahaan baru ayahmu," Soojin berkata dengan amat yakin, ia selalu percaya diri dalam hal ini. Siapa saja yang ia harapkan memiliki keberuntungan maka itu akan terjadi.

Konon ayahnya dulu bukanlah siapa-siapa, hanya pegawai rendahan yang tidak memiliki banyak uang, tetapi ketika ibunya melahirkannya maka keluarga mereka seolah terbalik. Well, bisa dikatakan ia adalah pembawa keberuntungan yang pas. Dan memang itu benar adanya, ia sadar dengan sangat baik.

Jaejoong benar-benar kesal karena kedua orang ini mengabaikannya. Ia berdeham dengan sengaja dan Yunho menoleh kepadanya. Tapi hanya sekedar menoleh kemudian berbincang lagi dengan Soojin.

"Baiklah Soojinie, aku akan menyempatkan mampir di bengkel kerjamu, terima kasih atas hadiah besar ini," Yunho ingin menyudahi perbincangan mereka dan ia menoleh kembali kepada Jaejoong. "Ah, dia Jeje. Kau dan dia sudah pernah bertemu sebelumnya, kan? Dia pacarku!" ia memperkenalkan Jaejoong dan tersenyum kepada kekasihnya yang memasang wajah marah.

"Iya, aku ingat dia yang keluar dari mobilmu? Aku tidak menyangka bahwa kau dan dia berkencan, tapi aku tidak tahu apa kau akan beruntung dengannya atau seperti mantanmu yang sudah-sudah!" Soojin tersenyum tipis, dan menatap lekat Jaejoong. Ia tidak ingin hubungan mereka beruntung dan memiliki jalan yang mulus.

Ketika melihat tatapan Soojin, Jaejoong cukup terkejut. Ada sesuatu yang hendak menghampiri dirinya dan spontan pertahanan yang dibuat Hyunbin untuknya segera menepis. Itu adalah sebuah kekuatan bagaikan kesialan yang hendak ditempelkan padanya. Ia menatap lekat Soojin, dan menyipitkan matanya. Ketika ia sadar karena wanita itu menggunakan keinginan kekuatan secara besar-besaran.

Jaejoong mendesah pelan, dan berucap dengan tegas. "Kau tidak akan bisa mencap diriku sial dan membuat hubunganku dan Yunho berantakan. Aku tahu kau suka Yunho, tapi bukan begini cara mainnya jika menghendaki seseorang suka padamu, pengecut!"

Mendengar ucapan Jaejoong, Yunho bingung. Apa yang sedang dikatakan Jaejoong. Terdengar tidak baik dan meski ia tahu Jaejoong tidak suka Soojin karena cemburu, kalimat Jaejoong juga terlalu kasar.

Soojin menekan lidahnya ke pipi dan bersedekap, ia menatap Jaejoong. Bagaimana bisa wanita ini tahu bahwa dirinya akan melakukan itu? Ia mencoba memperhatikan Jaejoong, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa wanita ini memiliki kemampuan khusus. Mengapa kemampuan yang dimilikinya bisa diketahui dan Soojin pun merasakan bahwa apa yang tadi hendak dilakukannya tertolak seolah ada batasan yang tidak bisa ditembusnya.

"Apa yang kau bicarakan, aku—"

"Aku cukup tahu siapa dirimu, hentikan! Kau hanya sia-sia, apa yang kau miliki tidak akan berhasil pada wanita sekelasku!" Jaejoong tersenyum dan ia menatap kepada Yunho kemudian memasang wajah memberengut dan masuk ke dalam mobil. "Jika kau masih ingin kencan, maka cepatlah! Aku bisa saja membatalkannya karena ini!"

Tertawa, Yunho tidak mengerti ucapan Jaejoong kepada Soojin, tapi sepertinya apa yang diartikannya berbeda dengan Soojin. Wajah wanita itu terlihat serius. Dan Yunho tidak memahami antar wanita ini. Bukannya ia tak peka, atau bagaimana. Ia tahu yang dikatakan Jaejoong benar mengenai Soojin, wanita itu menyimpan rasa suka padanya. Namun, ia tidak memiliki perasaan sama dengan Soojin. Mereka berteman sejak kecil, aneh rasanya jika terlibat masalah cinta, dari pada demikian ia malah menganggap Soojin layaknya saudara.

"Ibu ada di dalam, kau bisa menemuinya, Soojinie!" Yunho tersenyum manis dan memasuki mobil. Ia menatap Jaejoong dan menyugar rambut sang kekasih yang masih memasang wajah marah. Ia lantas melajukan mobil dan membiarkan Soojin berdiri di tempatnya tadi tanpa menurunkan kaca jendela sebelum berlalu.

"Aku kesal!" ujar Jaejoong dan membalik sedikit tubuhnya membelakangi Yunho. Sial, mengapa ada Tikhe di sekitar Yunho. Ia tidak tahu sejak kapan Tikhe mengincar Yunho, tapi ia tidak takut bersaing. Toh, jika Yunho menyukai wanita itu maka sekarang ia dan Yunho tidak berkencan.

"Kenapa kesal hmm? Kau ingin makan ice cream vanilla? Atau—"

"Kau menyukai Tik— maksudku wanita itu?" Jaejoong langsung berbalik dan bertanya dengan suara nyaring pada Yunho. Ia ingin Yunho mempertegas bahwa tidak suka wanita tadi.

"Soojin? Astaga, tentu tidak! Dia temanku sejak kecil, aku dan dia tumbuh bersama mana mungkin aku bisa menyukainya, aku menganggapnya bagai saudara, jangan cemburu!" Yunho terkekeh, Jaejoong memang sangat pencemburu. Tapi ia benar-benar tidak menyukai wanita mana pun selain kekasihnya yang suka merajuk ini.

Menatap lekat Yunho, lega rasanya mendengar itu. Tapi, ia tetap harus antisipasi jika wanita licik itu menempel Yunho terus menerus. Dan jika ia tebak, si Soojin adalah bentuk Tikhe yang baru. Well, wanita itu adalah Tikhe yang memilih untuk muncul kembali, karena dia sadar kekuatannya dan mengendalikan dengan sangat baik, maka ia rasa itu hal yang benar.

Apa ia perlu menemui Hades untuk mengecek bahwa Tikhe memang sudah memilih langkah. Tapi, mengapa Zeus tidak? Pria itu benar-benar hanya ingin memberikan kekuatannya pada seseorang yang sudah dipilihnya? Atau bagaimana? Ah, entahlah. Jika kekuatan Zeus sudah terdeteksi dengan baik, maka Hera pun akan mendekat. Bukan hanya Hera, tapi semua dewi yang menginginkan menjadi ratu akan mendekati orang itu. Tapi, Jaejoong tidak akan mendekati pria yang dipilih Zeus, baginya Yunho lebih dari yang diinginkannya. Ia tidak perlu menjadi ratu Zeus, ia ingin menjadi ratu bagi Yunho saja.

"Kau yakin tidak suka dia kan? Aku—"

"Mau kucium di sini? Kau tahu, bibirmu memanggil untuk kucium!" sela Yunho, ia tidak mau membahas Soojin. Wanita itu sampai kapan pun akan menjadi saudara baginya. Soojin tidak akan berubah menjadi kekasih atau pun yang semacam itu.

"Kau menyebalkan. Cium aku ketika tiba di sungai Han, aku tidak mau berciuman saat kau menyetir!"

Mendengar itu Yunho tergelak, menggemaskan sekali. Jaejoong mudah cemburu mudah pula dibujuk. Tapi ia benar-benar suka dan cinta pada wanita itu tanpa mempermainkannya. Ia bahkan menahan erangan melihat bibir Jaejoong, ya bibir itu melambai menggodanya untuk dicium.

.
.
.

Rules ya.

Tikhe. Itu dewi keberuntungan. Jadi si Soojin ini Tikhe, bukan kek si Zeus yang cuma kasih kekuatan aja. Kasusnya si Soojin ini sadar bener siapa dia, dan kekuatannya.

.
.
.

SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang