Bab 32

618 167 54
                                    

Cuaca masih saja gelap dengan disertai hujan padahal sudah cukup siang. Jaejoong tidak tahu bahwa hujan akan kembali turun, padahal seingatnya hujan sudah reda beberapa jam lalu, tetapi udara dingin yang semakin dingin membuat ia memang harus bergelung dengan selimut dan pelukan hangat Yunho. Ia terkesan dengan kekasihnya ini, di cuaca dingin, Yunho hanya memakai kaos tanpa lengan.

Ia pun kembali ke dalam kamar Yunho setelah acara makan bersama dengan keluarga Yunho lagi, dan tadi ia berniat membantu ibu Yunho memasak, tetapi cukup terkejut karena hanya para asisten rumah tangga yang ada di dapur. Lebih terkejut ketika mendengar suara ibu kekasihnya itu yang berkata bahwa ia bisa diam dan menunggu saja sembari menikmati secangkir teh atau kopi.

Jaejoong terkekeh mengingat itu, ia juga malu karena mungkin skillnya dalam bidang memasak dan mengurus rumah kurang, maka dari itu ia meminta Irene untuk mengintensitaskan kursus memasaknya dan mungkin akan meminta pengajar private agar membantu ia cepat menguasai bidang ini.

"Kau tidak akan ke kantor, serius?" Jaejoong bertanya kepada Yunho, pria itu berbaring disebelahnya dan memainkan ponselnya.

"Tidak, ruanganku masih harus dibereskan, Yoona akan mengurus itu. Dan lagi, aku perlu break sejenak untuk mood yang baik," sahut Yunho, beberapa investor mulai menghubunginya melalui surel—email, mereka meminta bertemu dengannya untuk membicarakan bisnis. Sepertinya banyak yang tertarik berinvestasi di perusahaan ayahnya karena rapat lalu di Tohoshinki.

"Ah kau benar, andai cuaca cerah maka aku ingin jalan-jalan denganmu mengitari sungai Han, dan bermain-main di taman sembari melihat anak-anak yang lucu!" Jaejoong tersenyum dan memeluk pinggang Yunho.

"Kau ingin jalan-jalan?" Yunho bertanya dengan serius.

"Iya, tapi nampaknya hujan akan lama. Honey, aku ingin tahu rencanamu ke depan dengan perusahaan Ayah, apa kau akan expansi besar-besaran atau kau akan mulai perlahan?"

Yunho tersenyum, "Aku tidak membicarakan bisnis saat berpacaran. Jika kau ingin tahu, kau bisa datang ke TVXQ company, hmm?"

Mencibir, Jaejoong melepas pelukan pada Yunho. "Aku harus kembali ke mansion, tidak enak berlama-lama di sini dan di dalam kamarmu, aku mungkin akan merasa seperti biasa jika tidak ada mereka. Aku harus menghormati mereka, kau tahu?" Jaejoong beranjak, ia mengambil dressnya dan menatap Yunho agar segera keluar dari kamar.

Mengerang, Yunho ingin berlama-lama dengan kekasihnya ini. "Kita jalan-jalan hmm? Kesekitar sungai Han?" ajak Yunho dan tersenyum lebar.

"Kau lihat diluar sedang hujan?"

Beranjak, Yunho tersenyum tipis. "Sebentar lagi cuaca akan cerah seperti yang kau harapkan Baby Je, jadi kita akan jalan-jalan, iya kan?"

Mengernyitkan kening, Jaejoong mengedik. Jika cuaca akan cerah seperti kata Yunho, ia tidak menolak. Tapi jika tidak, ia tidak mau bermain basah-basahan di luar. Well, bukan mengkhawatirkan ekornya akan muncul. Ekornya akan muncul jika ia berenang, dan itu secara natural atau alami, dan saat ia naik ke tepi, maka seketika juga ekornya menghilang.

"Call! Jika cuaca cerah," sahut Jaejoong dan mendorong tubuh Yunho keluar sebelum mengunci kamar pria itu yang cukup besar.

Ia sebenarnya ingin sekali mengganti pakaian di depan Yunho, tapi ini rumah orang tua Yunho. Jaejoong bahkan tidak berani menggoda Yunho agar pria itu menciumnya. Ia sangat menjaga batasan dan tidak ingin terlihat melakukan hal yang tidak wajar di sini. Bergegas mengganti pakaian dengan miliknya, Jaejoong melipat pakaian yang dipinjamkan orang tua Yunho. Beruntung ia pandai melipat pakaian tanpa bantuan asisten rumah tangga.

"Kau sudah selesai? Aku harus bersiap-siap kencan hmm?"

Suara Yunho dari arah depan pintu, Jaejoong tertawa pria itu manis sekali lebih dari yang ia duga. Membuka pintu, ia mempersilahkan Yunho masuk dan mengambil tasnya, tetapi sebelum sempat keluar ia tak sengaja memandang ke balkon. Pintu kaca itu memperlihatkan permandangan yang berbeda dari sebelumnya. Hujan seolah senyap dan perlahan mulai cerah, ia menaikan sebelah alis dan tersenyum lebar. Nampaknya keinginan kencan mereka bisa dengan mudah berjalan lancar.

.
.
.

Tersenyum dengan lebar, Yunho selalu senang karena cuaca sangat bersahabat dengan keinginannya. Tiap kali ia ingin mendung, maka mendung benar-benar terjadi, sama halnya dengan hujan, panas dan lainnya. Ia merasa bahwa ini dukungan yang bagus. Begitu pun yang terjadi di rumahnya, ia tidak mau Jaejoong kembali dan ingin memeluk wanita itu terus. Bayangan Jaejoong dengan baju renang seksinya memenuhi Yunho. Dan menurutnya dengan melihat wanita itu maka ia merasa baik-baik saja dari pada sebuah hasrat yang tak tersalur.

Ya, walau pun ia memiliki konsep pria yang bersih, tapi ia tak bisa menangkal hasrat yang datang padanya. Beruntungnya, ia bisa dengan baik menahan dan anehnya hanya dengan melihat wanita yang dicintainya seolah hasrat itu dibawah kontrol yang baik juga bisa memburuk jika ia ceroboh.

Sejauh mereka di rumahnya, Yunho menghindari mencium bibir Jaejoong. Bisa-bisa ia benar-benar akan membuat wanita itu hamil. Dan ia mungkin tidak akan berani mencium Jaejoong jika masa-masa itu masih muncul. Bagi pria yang dengan komitmen sepertinya cukup sulit menghadapi semua ini. Ia bahkan ingin menyerah karena kekasihnya sekarang terlalu menggoda.

Yunho membukakan pintu mobil untuk Jaejoong setelah mereka pamit kepada orang tuanya. Ayahnya bahkan tidak ada, ayahnya lebih rajin bekerja dibanding dirinya yang beralasan banyak karena ingin berduaan dengan Jaejoong. Ia ketahuan, tapi itu bukan masalah besar. Ibunya sudah memberi restu kepadanya melenggang bersama Jaejoong.

"Kita akan ke sungai Han, kau tidak bohong kan?" Jaejoong bertanya sebelum masuk ke dalam, ia sedikit curiga karena Yunho membohonginya kala ke sini.

"Hmm, aku tidak bohong. Masuklah!"

Jaejoong hendak masuk, tapi ia mengurungkan niat ketika melihat wanita yang dulu pernah dilihatnya. Sebelah alisnya terangkat dan pandangannya segera tertuju pada Yunho.

"Yunho!" panggil Soojin dengan ramah, wanita itu segera berlari pelan menghampiri Yunho.

Ketika Soojin menghampiri Yunho, wajah Jaejoong langsung berubah. Memberengut dan kakinya spontan menghentak. Apa lagi, Soojin tersenyum lebar dan langsung memegang lengan Yunho. Jaejoong ingin memisahkan mereka dan berkata bahwa Yunho adalah kekasihnya.

"Kenapa tiba-tiba ke rumah tanpa memberitahu hmm?" Yunho menatap Soojin dan ia melirik Jaejoong, sudah diduganya sang kekasih akan memberengut. Cemburu seperti saat itu.

"Ah aku sengaja tidak memberitahumu, aku ingin memberikan ini untukmu, kudengar dari Papaku bahwa kau akan memulai meneruskan bisnis Paman Woosung dan mengundurkan diri dari perusahaan kakekmu," Soojin memberikan kotak yang cukup besar ia bawa dan tersenyum lebar.

Jaejoong semakin memanas melihat keakraban Yunho, apa lagi wanita itu seolah menganggap ia tak ada di sini. Rasanya Jaejoong ingin sekali berteriak dengan keras dan mengatakan bahwa Yunho kekasihnya, atau lebih baik ia memakan wanita ini saja agar tidak mengganggu kekasihnya. Ia tidak suka sekali melihat semua ini.

.
.
.

Park Sihoo — Poseidon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Sihoo — Poseidon.

.
.
.

SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang