Bab 34

625 169 60
                                    

Tersenyum melihat Jaejoong sedang menikmati ice cream vanilla dengan pemandangan sungai Han, Yunho benar-benar selalu merasa bahwa kekasihnya terlalu cute, sweet dan menggemaskan sekali. Lihat saja, setelah cemburu dengan wajah yang lucu, Jaejoong sudah kembali dengan wajah cantiknya yang bak dewi Aphrodite. Ah, mungkin aphrodite pun akan kalah jika bersaing dengan Jaejoong. Bagi Yunho, wanita ini adalah yang tercantik.

"Senang hmm?" ia bertanya seraya memandang Jaejoong yang menyuap sendok ice creamnya.

"Bagaimana tidak, cuaca cerah, angin sepoi-sepoi, ice cream dan ada pacar disisiku," sahut Jaejoong dengan riang. Ia bahkan tidak ingin mengingat apa yang terjadi sebelum kemari. Ia hanya bersyukur bahwa Yunho tidak menyukai Soojin. Sungguh, andai tidak di depan wajahnya Soojin mengeluarkan kekuatannya, ia pasti tidak akan sadar bahwa wanita itu adalah Tikhe. Bukan jelmaan, tapi Tikhe yang memilih untuk kembali ke Bumi.

"Hmm, aku mulai akan sibuk. Kita tidak bisa sering bertemu Baby. Aku harus mengadakan rapat dan aku sudah menyuruh Yoona untuk mengatur jadwalku, ada beberapa investor yang ingin bertemu secara langsung denganku," Yunho hanya mengantisipasi agar tidak terjadi salah paham, ia akan benar-benar disibukkan dengan kerjaan dan rencana bisnis lainnya.

Mengangguk Jaejoong paham, ia menatap Yunho dan berucap dengan manja, "Itu mengapa aku ingin berbicara bisnis denganmu tadi tapi kau tidak memperbolehkannya!"

Tertawa, Yunho menyuap ice cream rasa strawberry miliknya. Ia sudah bilang antara bisnis dan cinta harus memiliki sekat. "Kau ingin bicara bisnis? Tidak bisa Baby, kecuali kau ke kantorku dan bertemu denganku secara profesional, bisnis dan cinta itu tidak boleh dijadikan satu, kau kan sudah mengerti?"

"Aku mengerti, tapi jika aku ke sana dan kau sibuk itu berarti aku harus menunggu lama?"

"Kalau begitu buat lah janji temu dengan sekretarisku, bagaimana?"

Sebenarnya hal begini yang menyebalkan. Ia tidak bisa sesuka hati bertemu kekasihnya lagi. Tapi, ia memahami Yunho. Bisnis dan cinta bagi pria itu memang dua hal berbeda. Yunho akan membicarakan bisnis saja jika memang ia berkunjung sebagai mitra bisnis. "Ah baiklah, aku akan meminta Irene mengatur pertemuan bisnis kita."

"Aku akan menunggunya, terima kasih Miss Kim."

"Apa?" Jaejoong terkejut mendengar ucapan Yunho, mengapa memanggilnya begitu?

"Hahaha, bercanda. Cepat habiskan ice creamnya sebelum hujan turun lagi," ujar Yunho dan menatap intens Jaejoong.

"Apa? Hujan turun lagi? Cuaca sangat cerah begini," wajar Jaejoong berbicara begini, langit cerah sekali tanpa ada awan hitam. Tetapi, ia tiba-tiba terkejut ketika melihat petir dan bunyi guntur. Jaejoong spontan terbelalak dan menatap Yunho dengan tak percaya.

"Apa kubilang hmm? Hujan bisa kapan saja turun, Baby," ucap Yunho, ia hanya terkekeh pelan melihat wajah Jaejoong keheranan.

Well, ia lah yang menginginkan petir dan guntur ada.

"Aku ingin berduaan denganmu dengan cuaca cerah, semoga saja tidak hujan."

Melihat wajah cantik Jaejoong, Yunho tersenyum lebar. Keinginan kekasihnya tidak ingin hujan. "Ya, nampaknya akan cerah Baby, cepat habiskan ice cream vanillamu," Yunho berdiri dari kursi yang didudukinya dan menatap truck ice cream yang berjualan di area taman sungai Hangang.

.
.
.

Pertemuan bisnis dengan Yunho, Jaejoong memakai pakaian semi formal untuk bertemu kekasihnya itu. Ia sudah mendapat jadwal bertemu Yunho dan sekarang mereka sudah tiba untuk pertemuan dengan CEO baru TVXQ Company, tujuan kemari tentu ingin melihat Yunho dan juga ingin berinvestasi. Ya, ia memutuskan untuk investasi sendiri tanpa nama J-One Group. Karena kali ini ia akan membantu kekasihnya menjadikan perusahaan calon ayah mertuanya membesar.

Jaejoong akan beinvestasi secara besar, barangkali ia akan menyerahkan seluruh pendapatan tahunannya untuk investasi pada perusahaan yang akan ditangani Yunho.

Ia sekarang duduk di ruang tunggu, Yunho ada pertemuan dengan seorang investor, begitu kata Yoona. Dan ia juga dijamu dengan baik oleh sekretaris setia kekasihnya. Cukup lama ia menunggu di sini bersama Irene. Ia mengirimkan pesan ke ponsel Yunho. Dengan protesan bahwa ia terlalu lama menunggu di ruang tunggu. Tak lama, setelah ia mengirimkan pesan kepada Yunho, pintu ruangan pria itu terbuka dan menunjukan seorang pria tua dan wanita muda keluar dari sana.

"Ah maaf Tuan Jung, tapi apakah aku boleh tahu, kau masih single, iya kan?"

Pertanyaan itu diajukan oleh si pria dengan tanpa basa-basi. Jaejoong mendengar dengan baik, dan ia mengernyitkan kening karena pertanyaan tak pantas ketika berbisnis. Dalam kata lain, ia sedang panas karena cemburu. Ya, cemburu.

Yunho terkejut mendapat pertanyaan itu, ia menatap sekilas kepada si pria dan tersenyum canggung, "Single? Untuk status memang aku single tapi aku sudah memiliki kekasih."

"Kau sudah memiliki kekasih? Ah, aku penasaran seperti apa kekasihmu, tadinya aku ingin anakku dan kau dekat, tapi mungkin jika hubunganmu dan kekasihmu tidak berjalan lancar maka—"

"Kekasihnya ada di sini, Tuan. Aku bisa mendengar semuanya!" Jaejoong menyela, telinganya panas dengan harapan hubungan ia dan Yunho memburuk. Apa lagi terang-terangan pria tua ini ingin menjodohkan Yunho dengan anaknya.

Pria paruh baya itu terkejut. Lebih terkejut lagi karena melihat Jaejoong ada di sini. Dengan sigap si pria menunduk sedikit dan berucap, "Nona Kim."

Irene terkekeh melihat permandangan di depannya. Kurang lebih, Jaejoong pernah membantu pria ini ketika hendak menambah modal usaha. Tak disangka, Jaejoong bertemu lagi dan dalam keadaan seperti ini.

"Nona Kim, maaf menunggu, silahkan masuk," Yunho bersikap formal tapi ia nyaris tertawa melihat Jaejoong menatapnya dengan tajam dan wajah yang lucu.

"Apa benar dia adalah kekasihmu, Yunho Oppa?"

Mendengar itu, telinga Jaejoong semakin panas. Ia memberengut dan kesal sekali. Yunho tidak mau mengakuinya di depan publik? Ini keterlaluan. "Sayang!" Jaejoong menghentak kaki, dan Yunho terkekeh.

"Dia memang kekasihku. Maaf, aku harus berbicara mengenai bisnis dengannya dahulu," Yunho menarik tangan Jaejoong masuk ke dalam ruangannya.

"Aku marah sekali, aku kesal dan—"

"Nona Kim, ingat kita sedang berbisnis. Dalam hal bisnis seperti itu sudah biasa, itu dinamakan perjodohan bisnis. Tapi aku tidak tertarik, karena aku sudah punya kekasih. Jadi, apa agenda yang membawa Nona Kim kemari?" Yunho menyela, bisa panjang urusan jika kekasihnya merajuk dan lagi ini kantor, ia tidak bisa membujuk Jaejoong atau merayu wanita itu sementara ada Irene di sini.

"Nona mengajukan investasi di perusahaan ini, apakah ada rencana ekspansi perusahaan atau membuat anak cabang baru?" Irene berbicara dan ia dengan tenang mengatakan semua hal menyangkut bisnis. Sementara Jaejoong masih memasang wajah merajuk.

"Rencana ku ke depan, aku ingin membuka caffe yang menjual kopi dan roti. Lalu ada beberapa rencana lainnya, jika serius ingin menginvestasikan dana kemari, maka silahkan datang kembali, Yoona akan mengirim email untuk pertemuan para investor dan aku akan menjelaskan secara rinci rencana ke depan kami," Yunho tersenyum, ia berbicara dengan serius. Tetapi, ketika menyadari Jaejoong masih merajuk ia meringis dan berdiri.

"Lalu mengenai pabrik dairy milk, Nona menawarkan peternakan milik pribadi untuk digunakan. Ah, peternakan yang dibayarkan kepada Nona saat Tohoshinki Group memiliki pinjaman. Bisa itu di..."

Irene menghentikan bicaranya, ia berhenti melihat ke layar tabletnya dan menggeleng pelan karena melihat Yunho sedang menggoda Jaejoong. Ini bisnis atau cinta? Entahlah dua orang ini tidak dapat di tebak.

.
.
.

Rules ya.

.
.
.

SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang