"Aku akan menunggumu!" Jaejoong langsung menyambar, ia mengumbar senyum manis dan menatap kekasih tampannya. Mereka belum pernah berkencan keluar, ya sejauh ini hanya di kantor dan kadang-kadang Yunho mengantarnya ke mansion dan mampir sebentar.
Jaejoong ingin kencan yang manis, berduaan diluar, bergandengan tangan dan banyak hal lagi. Terutama sudah nyaris dua minggu kencan ini terjalin, Yunho sama sekali belum menciumnya. Ia selalu melihat bahwa wajar dalam kencan sebuah ciuman. Di film-film barat dan drama juga begitu. Drama yang biasa ia tonton.
"Kau yakin mau menunggu? Aku takut kau akan bosan menungguku, Baby," Yunho meletakan piring berisi kuenya dan menatap Jaejoong. Jujur, rapat kali ini pasti tidak sebentar, ia tidak mau Jaejoong bosan karena menunggunya tidak jelas.
Menggeleng, Jaejoong berucap dengan polos. "Sayang, kita belum pernah kencan keluar, aku ingin sekali keluar berduaan denganmu, Oppa!"
Yunho mengerang, setiap kali Jaejoong memanggilnya dengan mesra rasanya ia senang sekali. Dan ketika wanita itu memanggilnya Oppa, ia benar-benar menilai bahwa Jaejoong menggemaskan dan manis. Ia memegang tangan Jaejoong, memang benar mereka belum pernah kencan di luar. Kasihan, kekasihnya ini belum pernah ia ajak berkencan dengan benar. Ini semua karena kesibukannya yang tak berkesudahan.
"Kau kembali saja ke mansion, kita akan mengatur untuk pergi keluar nanti, hmm?" mengusap punggung tangan Jaejoong, Yunho tidak mau kekasihnya menunggu terlalu lama.
"Tapi—"
"Aku tidak tahu kapan rapat selesai, Sayangku. Jadi, kau tunggu di mansion, aku akan ke sana setelah dari kantor. Mungkin, jika pekerjaan ini selesai, aku bisa mengajakku pergi keluar ketika weekend," ini bukan janji palsu atau harapan saja. Yunho serius. Memang masih ada yang harus ia dan bawahannya urus, tetapi jika selesai nanti, mereka bisa menikmati weekend kembali tanpa lembur dan kerja saat weekend.
Well, Yunho sudah menggunakan dana yang dipinjamkan Jaejoong pada hal yang semestinya. Semua pabrik mulai beroperasi dan juga meski dalam proses hukum yang jelas mengenai peternakan, tetapi mulai minggu ini seluruh pemasukan sudah kembali ke kantong perusahaan. Ia hanya harus mengelola dengan baik dan stabil.
"Baiklah, kau janji kan?" Jaejoong mengumbar senyuman manis, senang sekali mendengar Yunho akan mengajaknya keluar saat nanti. Ia harus membeli pakaian untuk mempersiapkan kencan pertama mereka. Mungkin juga, Yunho akan menciumnya saat itu.
"Tentu saja, aku berjanji padamu, Cantikku," sahut Yunho, sengaja ia memberi kata kepemilikan pada Jaejoong.
"Uumh, sekarang kau harus makan kue dahulu, biar kau lebih berisi."
Tertawa, Yunho menggeleng pelan. Ya, ia kehilangan beberapa kilogram berat badan karena selalu lembur. Jaejoong type girl friend material yang luar biasa. Pengingat dan juga pemerhati yang bagus. Lihat saja, ruang kantornya memiliki apa yang tidak dimiliki sebelumnya. Ada lemaei es, meja kecil yang berisi perabot makan. Lemari kecil penyimpanan beberapa biskuit, kopi, teh dan gula dan beberapa hal yang cantik diletakan Jaejoong sebagai hiasan.
"Aku juga melupakan gym rutinku karena kesibukan ini," Yunho terdengar seperti mengeluh. Ya, siapa yang akan menduga bahwa ia akan menjabat sebagai CEO? Ini sesuatu yang tak terprediksi sebelumnya.
"Kau ingin gym? Aku memiliki ruangan gym di mansion, berbagai alat gym ada di sana. Aku membelinya karena beberapa asisten rumah tangga yang tinggal di paviliun kadang-kadang memerlukannya," Jaejoong berkata dengan serius. Ia membeli seluruh alat gym, dan ruangan besar itu layaknya layanan gym di mansionnya.
"Waah, luar biasa sekali. Apa aku harus mendaftar member untuk bisa ke ruangan gym, hmm?"
"Kau pacarku, mana ada yang begitu!" sahut Jaejoong dan mereka tertawa bersama.
.
.
.Wajah Yunho berang setelah keluar dari ruang rapat. Ia sungguh tidak bisa terima dengan apa yang dikatakan oleh kakeknya. Bagaimana bisa kakeknya setega itu dengannya. Ia dan timnya, jatuh bangun untuk membuat perusahaan ini kembali bangkit, dan ketika semua sudah mulai sedikit stabil, pria tua bangka itu benar-benar membuat emosinya naik.
Tatkala punggungnya ditepuk, Yunho segera menoleh ke belakang. Ayahnya berdiri dan mendesah dengan pelan. Ia yakin ayahnya pun sangat marah dengan apa yang diucapkan oleh kakeknya.
"Sudah dari awal Ayah mengatakan bahwa usahamu untuk perusahaan ini tidak dihargai. Bukannya Ayah tidak menghargaimu, tapi Yunho tabiat kakekmu Ayah sangat hapal. Sebenarnya ini memang ketidak adilan yang telak, tapi kau tidak boleh menjadi kerdil. Dewan direksi akan memilih kembali ketika semua stabil, mereka pasti akan melihat betapa gigihnya kau membuat perusahaan ini kembali bangkit!" Woosung paham sekali bagaimana perasaan anaknya. Ketika perusahaan sudah mulai berjalan, ayahnya tidak tahu diri dan terima kasih. Pria itu malah berkata bahwa akan melakukan pemilihan CEO secara ulang. Dengan kata lain, Yunho ingin kembali di depak.
Mengusap wajahnya, Yunho mengerti ucapan sang ayah. Ia bahkan belum membayar sepeserpun uang Jaejoong, dan semua akan segera beralih sesuai keinginan kakeknya. Ini sama saja sia-sia. Ia benar-benar merasa lelah dan tak dihargai selama ini. Mengangguk, Yunho menatap sekilas sang ayah, "Aku tahu Ayah, tapi aku sangat kesal. Jika itu benar terjadi, aku akan berhenti dan menerima tawaran Ayah untuk menggantikan posisi Ayah di perusahaan milik Ayah."
Woosung tidak masalah Yunho ingin bekerja dimana saja. Ia hanya tidak ingin anaknya terluka dengan ketidak adilan yang terjadi. Bahkan, ketika ia merasa diposisi anaknya saat ini, Woosung langsung ingin membangun perusahaan sendiri. Dan ya, meski perusahaan yang dijalankannya masih kecil, tapi ia bisa berbangga bahwa apa yang dihasilkan dan milikinya adalah sesuatu yang bukan berasal dari ayah pilih kasihnya.
.
.
.Jaejoong terkejut ketika ia baru tiba di ruang tamu dan Yunho langsung memeluknya. Ia menggigit bibirnya sejenak, sebelum memutuskan membalas pelukan Yunho. Dari wajahnya sekilas, Jaejoong tahu bahwa keadaan Yunho terlihat buruk. Wajah tampan itu nampak kusut, ia jadi penasaran apa yang terjadi.
"Oppa," gumam Jaejoong dengan pelan dan pelukan yang dirasakannya semakin erat.
"Biarkan aku memeluknya lebih lama, Baby," bisik Yunho, ia merasa sedikit lebih baik saat memeluk Jaejoong dan emosi yang ada mulai memudar. Ia tidak tahu harus mengatakan apa kepada wanita ini sebagai mitra. Tapi, jika ia benar-benar diturunkan menjadi CEO, mungkin ia akan mengubah satu nama gedung atau peternakan yang diusahakan olehnya dan timnya menjadi atas nama Jaejoong sebagai pembayaran utang yang ada.
Entah, Yunho tidak yakin bahwa orang yang dipilih kakeknya nanti lebih baik dari yang sudah-sudah. Atau, kakeknya akan kembali menaikan sepupunya yang gagal menjadi CEO. Sungguh, picik sekali.
.
.
.Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.
.
.
.