Bab 14

641 172 30
                                    

Semenjak resmi berkencan dengan Yunho, sejak itu pula lah Jaejoong sangat rajin untuk mengetahui tentang seluk beluk percintaan. Bahkan, wanita cantik itu selalu berdandan setiap hari, dan wajahnya selalu merona dan berseri-seri jika kekasihnya menghubungi. Sebagai asisten Irene turut senang karena Jaejoong terlihat jauh sangat ceria dibanding sebelumnya.

Irene juga tidak membiarkan Jaejoong terlalu naif dalam menjalani hubungan cinta ini. Pada dasarnya ia selalu mengontrol apa yang dilakukan oleh Jaejoong dan Yunho. Hanya memastikan bahwa Jaejoong bertindak yang semestinya dan tidak berlebihan.

Sepertinya biasanya saja, Jaejoong akan ke kantor Yunho setiap hari. Entah membawakan makanan atau sekantong cemilan untuk kekasihnya. Sebagai wanita, Irene akui bahwa Jaejoong sangat perhatian tanpa harus ia ajarkan. Rasa cinta Jaejoong kepada Yunho benar-benar besar.

"Aku akan ke kantor Yunho Oppa, dia memang ada rapat nanti. Tapi aku bisa menunggu di ruangannya. Aku juga sudah memberitahunya hal ini. Menurutmu aku harus membawakan apa?" Jaejoong menoleh ketika selesai mengoleskan lipstik ke bibir merah mudanya yang alami.

Tersenyum, Irene mendekat dan memberikan tas tangan kepada Jaejoong. Tentu itu berisi ponsel dan dompet sang Nona. "Yunho baru saja mentransfer sejumlah uang ke rekening Nona," ucap Irene, ia sengaja tidak menjawab ucapan Jaejoong tadi dan memberitahunya.

"Mentransfer uang? Keuntungan dari perusahaannya? Cepat sekali? Bukankah kau bilang semua belum selesai ia urus?" Jaejoong telak terkejut, setiap hari ke kantor Yunho, ia tahu kekasihnya itu sibuk sekali. Ia juga meminta agar Irene membantu kerja Changmin dan Yoona. Sementara ia menemani Yunho di ruangannya, dan tentu saja seraya sambil berkencan.

"Bukan Nona, nominalnya tidak banyak. Sekitar 1 juta won, aku sudah mengkonfirmasi itu uang apa, dia mengatakan membayar untuk cemilan dan juga bekal yang dibawakan Nona."

"Apaaa?!" Jaejoong memekik, sangat terkejut sekali. Bukan karena nominalnya terlalu sedikit, bukan pula karena banyak. Tapi, mengapa Yunho mentransfer uang untuk itu? Ia membelikan makanan dan cemilan dengan suka rela tanpa ingin minta Yunho menggantinya. "Aku akan meneleponnya dan akan mengembalikan uang itu, aku melakukan itu karena aku—"

"Nona, kau harus paham situasi. Pria yang kau kencani memiliki harga diri tinggi, bahkan sekalipun dia sangat miskin, dia tidak akan membiarkan Nona memakai uang Nona. Jadi, tidak perlu membahas ini saat bertemu dengannya nanti. Aku memberitahu agar Nona terlihat peduli. Nona bisa berterima kasih atas transferan yang diberikan dan sanjunglah dia bahwa Nona sangat beruntung karena menjadi kekasihnya."

Ya, pria yang dikencani Jaejoong bukan pria sembarangan. Dari pada mereka beradu argumen lebih baik Jaejoong berterima kasih atas semua itu. Dan dengan begitu semua akan merasa lebih nyaman dalam menjalin hubungan.

Mendesah pelan, sejujurnya Jaejoong masih tidak setuju. Tapi, ia tentu ingat bahwa Yunho tidak suka wanita yang melampauinya maka dari itu Jaejoong mengangguk pelan. Benar kata Irene, kekasihnya itu tidak akan membiarkan ia membayar apapun meski dirinya miskin. Tapi, entah mengapa dengan poin yang seperti ini, ia malah merasa Yunho adalah pria tepat untuknya.

Ia mengambil tas tangan dari Irene dengan segera dan melangkah mendahului asistennya itu. Ia akan membelikan beberapa roti dan kue di toko kue langganannya untuk cemilan ketika mereka lembur nanti.

.
.
.

Tatkala pintu ruangannya terbuka, Yunho langsung mengalihkan atensinya ke ambang pintu. Ia segera tersenyum ketika melihat Jaejoong berdiri di sana dan tersenyum malu. Wanita itu semakin manis setelah masa penjajakan kencan awal-awal mereka. Ia meletakan bollpoin dan melepas kaca mata yang dipakainya. Segera berdiri, Yunho menghampiri Jaejoong, wanita itu juga masuk ke dalam ruangan dan menuju ke sofa.

"Aku membawakan beberapa roti dan juga kue," Jaejoong meletakan plastik yang dibawanya ke atas meja dan tersenyum melihat Yunho. Antusias Yunho menemuinya dengan segera membuat ia tersentuh.

"Kue?"

"Uumh, ini isinya kue sedangkan rotinya ada di ruangan Changmin, ah aku juga membelikan beberapa botol kopi, kau bisa menyimpannya di lemari es," Jaejoong lupa membawakan kopi literan yang dibelinya di coffee shop, Irene yang membawa tadi.

"Terima kasih sudah membawakan macam-macam kemari, aku pasti akan menggantikan semua ini," Yunho membuka plastik yang ada dan membuka kotak kuenya. Ia tersenyum melihat strawberry shortcake yang sudah dipotong-potong.

"Aah iya aku menerima transferan uangmu, terima kasih untuk transferannya, Sayang," ujar Jaejoong, ia mulai memanggil pria ini dengan mesra sejak beberapa waktu lalu.

"Itu hanya sedikit, aku yakin jumlah yang kau belanjakan lebih banyak. Lain kali, kau harus memberikan struk belanjanya padaku, hmm?"

"Eoh? Kenapa?"

"Biar di audit oleh tim keamanan, kau tahu kita harus pandai mengumpulkan setiap bukti pembelanjaan. Karena ini akan dihitung sebagai pengeluaran perusahaan dan juga agar pajak yang ada tidak melonjak. Kau tahu kan, untuk pembelian itu kita sudah membayar sebagian pajak. Itu cukup meringankan untuk trik perpajakan!" Yunho harus pandai menekan setiap pengeluaran. Ia bahkan selalu mengumpulkan semua bukti perbelanjaan dengan Changmin agar pajak perusahaan tidak melambung.

Semestinya juga tim keuangan bisa paham hal ini dan memperingati setiap atasan agar membeli sesuatu harus disertakan dengan bukti pembelian apa lagi jika kebutuhan kantor. Ia tidak tahu entah sejak kapan buku keuangan kacau seperti ini. Tapi, setelah teman dari sepupunya menjabat semua kacau. Dan well, pria itu juga salah satu orang yang menggelapkan uang.

"Benarkah? Ooh astaga, aku tidak tahu. Baiklah, aku akan mengumpulkan struk belanja dari sekarang dan—"

"Tidak semua, Baby. Jika kau membeli untukku dan karyawanku, aku tahu kau pun juga tak luput dari pajak penghasilan, kau bisa ambilkan botol air mineral di lemari es tidak?" Yunho tersenyum, karena jelas ia sedang menyuruh wanita ini sekarang. Posisinya sedang nyaman duduk di sofa dan ia sudah tidak sabar memakan kue yang ada.

Jaejoong mengangguk, ia segera menuju lemari es dan mengambil dua botol air mineral dingin, ia juga mengambil piring yang ada di sisi lemari es. Well, ia lah yang menata ruangan Yunho agar lebih rapi dan lebih praktis. Meletakan piring dan sendok, Jaejoong juga meletakan dua botol air mineral. Ia duduk di sebelah Yunho dan mengambilkan satu potong kue untuk kekasihnya.

"Kau ingin makan rice bowl atau lainnya? Atau ingin kupesankan pizza?" tanya Jaejoong, tidak ada bekas makanan yang ada di sini, jadi jelas kekasihnya belum makan apa-apa.

"Hmm? Aku menyelesaikan memeriksa beberapa dokumen dahulu, kemudian ada rapat. Tadinya aku ingin keluar denganmu, tapi kau pasti akan lama menunggu," Yunho berucap serius, ia hendak mengajak Jaejoong keluar tapi jadwalnya memang padat sekali. Itu mengapa ia senang sekali kekasihnya tiba sebelum rapat.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Hmm.

.
.
.

SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang