Bab 25

792 172 42
                                    

Yunho tersenyum ketika Jaejoong baru saja selesai berdandan. Sebenarnya, hari ini ia harus ke kantor. Namun, entah mengapa perasaan malas menggelayut begitu saja. Apa lagi mengingat bahwa ia akan dilengserkan dari kedudukan CEO setelah semua terselesaikan. Well, semua masalah nyaris ia selesaikan dengan para timnya. Lalu, ia juga cukup lelah dengan ucapan kakeknya yang menyudutkannya.

Ia benci sekali ketika pria tua bangka tak tahu terimakasih itu mulai merendahkannya. Ia bahkan ingin menampar wajah sang kakek karena emosi kembali menggelegak. Teringat kejadian itu ia juga teringat pada obrolannya dan Changmin.

Kala itu ia meminta Changmin memindahkan peternakan dengan penghasilan susu dan satu pabrik a atas nama Jaejoong sebagai ganti pembayaran utang, serta satu gedung yang ada di daerah Gangnam juga ia minta agar Changmin segera membalik nama dan menandatangi secara resmi semua dokumen pemindah kepemilikan dengan menyertakan detail jumlah utang yang dimiliki perusahaan. Semua dokumen itu resmi dan tidak bisa digugat karena berdasarkan bukti perjanjian yang telah ia dan Jaejoong tanda tangani.

Yunho tidak yakin bahwa semua akan baik-baik saja setelah ia turun dari jabatan ini. Bisa jadi semua akan hancur begitu saja. Dari pada ia menggantungkan harapan tidak pasti, lebih baik ia sendiri yang memutuskan. Ia bahkan akan mengundurkan diri sebelum diturunkan jabatan.

Well, Yunho merasa ini jalan yang terbaik. Ia sudah menimbang tentang ini sejak rapat berlangsung.

"Kau hanya memandangiku, aku cantik atau cantik sekali?" Jaejoong menoleh dan tersenyum kepada Yunho. Pria ini benar-benar pria tepat untuknya jatuh cinta.

Terkejut, Yunho terkekeh dan mendekati Jaejoong. Ia menunduk dan tersenyum melihat pancaran kecantikan Jaejoong. Ah, ia selalu merasa bahwa wanita ini cantik selalu dan tanpa rasa jeda juga bosan melihatnya. "Kau cantik sekali, Baby," bisik Yunho dan mengecup pipi Jaejoong dengan lembut.

Senang, Jaejoong berdiri dari tempatnya duduk. Ia menggandeng lengan Yunho dan mengernyitkan kening karena Yunho hanya memakai kemeja dengan dua kancing terbuka. "Aku akan mengambilkan—"

"Baby tidak usah! Aku memutuskan tidak masuk kerja," Yunho menarik tangan Jaejoong dan tersenyum lembut ketika wajah sang kekasih yang terlihat syok.

Membenarkan rambut panjangnya yang terurai, Jaejoong memiringkan kepalanya. Tidak biasanya pria itu membolos dalam urusan kerja. "Tidak masuk? Maksudmu kau—"

"Aku ingin bersamamu. Kau bilang akan kembali ke mansion, aku akan membantu berbenah," ujar Yunho.

Jaejoong memandang Yunho, mengapa pria ini manis sekali. Lebih seminggu ia berada di hotel dan Yunho selalu menemaninya. Irene memang terlalu sibuk mengurus mansion, ia tidak ingin ada yang masuk ke mansionnya lagi dan berulah. Kali ini ia akan memakan habis siapa saja yang berani menginjakan kaki di daerah kekuasaannya selain manusia.

"Kau yakin tidak akan apa-apa?"

"Kenapa tidak? Aku yakin kau lebih penting," sahut Yunho dengan mantap.

"Kalau begitu aku ingin minta kau menemaniku jalan-jalan saja, boleh kan?"

Ia lebih baik meminta Yunho untuk ini dibanding berbenah. Toh, akan ada asisten lainnya yang akan berbenah barang-barangnya.

"Baiklah, apa saja untukmu!" Yunho mengulurkan tangannya dan segera disambut Jaejoong dengan gerakan cepat.

.
.
.

Mereka berkeliling tempat-tempat yang bagus dan berakhir di pusat perbelanjaan. Mau bagaimana lagi, Jaejoong ingin membeli sesuatu di sini. Dan sebagai kekasih, ia hanya menuruti permintaan mereka. Lagi pula, ia rasa ia perlu membeli sesuatu juga.

Wanita itu singgah di beberapa butik, ia hendak membayar belanjaan Jaejoong tapi herannya, kasir yang bertugas mengatakan semua belanjaan Nona Kim sudah lunas. Maksud dari itu semua apa? Ia memandang Jaejoong dan tidak mungkin jika wanita ini membayarnya lebih dahulu, padahal Jaejoong memilih beberapa pakaian tanpa ke kasir.

"Baby, aku ingin bertanya," ucap Yunho dan melirik Jaejoong skeptis.

"Aku tahu kau pasti bingung, mengapa mereka mengatakan sudah dibayar iya kan?" Jaejoong menggandeng lengan Yunho dan tersenyum manis, ia melihat Yunho mengeluarkan kartunya di kasir.

"Hmm, kenapa?" Yunho menaikan sebelah alisnya dan menatap lekat Jaejoong.

Tetawa pelan, Jaejoong memang tidak pernah bayar di kasir. Ia selalu meminta tagihan belanjaannya di kirimkan dan akan mentransfer. Karena seringnya ia lupa membawa dompet dan ia memiliki negosiasi demikian dengan beberapa pemilik butik dan toko. Tentu saja sedikit magic dengan nyanyiannya sehingga mereka bersedia. Tetapi, ia tidak menipu mereka. Ia selalu membayar sesuai tagihan belanjanya.

"Irene akan membayarnya, semua tagihan akan masuk ke email yang dipegang Irene dan dia akan mentransfer semuanya dengan cepat!"

Mengangakan mulutnya, Yunho menggeleng pelan, "Itu berarti kau tidak mau aku—"

"Hentikan Honey, aku tidak ingin berdebat. Kau tahu itu sudah kebiasaan sebelum aku denganmu. Jadi biarkan semua itu, aku tahu niatmu yang hendak membayar semua, lakukan nanti jika aku memintanya uumh?"

Mendesah, sebenarnya itu memalukan, Jaejoong datang dengannya tapi ia malah hanya bisa menonton tanpa bisa membayar. Namun Jaejoong benar, mereka sudah pernah berdebat membahas ini. "Baiklah lagi pula aku ingin memberikanmu sesuatu, ayo ikut aku!"

Jaejoong terkejut ketika Yunho menariknya, tetapi belum tiba di tempat yang dimaksud Yunho, langkah kaki Jaejoong terhenti dan ia sedikit terseret karena Yunho terus melangkah, pria itu berhenti ketika sadar bahwa Jaejoong tidak melangkah sama sekali.

"Baby?" tegur Yunho karena Jaejoong terlihat terdiam dengan pandangan ke depan.

Jaejoong terkejut, ia spontan menunjuk ke depan mereka dan berucap, "Itu sepupumu kan? Dia bersama Dahyun!"

Mendengar itu, Yunho terkejut. Ia melihat ke arah depan yang dimaksud telunjuk Jaejoong, menyipitkan matanya, Yunho juga terkejut karena bertemu Sung-il di sini. Dan lagi, siapa tadi yang dikatakan Jaejoong? Dahyun? Ia ingat bahwa Dahyun adalah si peminjam uang dengan syarat menjadi budak seks. Apakah Sung-il meminjam uang kepada Dahyun?

"Baby, apakah—"

Yunho terkejut ketika Jaejoong melepas gandengan tangan dan melangkah dengan cepat ke depan. Ia mendesah dan segera mengejar Jaejoong. Ia terhenti ketika kekasihnya berdiri tepat di depan wanita yang diyakininya bernama Dahyun.

"Ah siapa yang sedang berdiri di depanku sekarang!" ujar wanita itu dan menatap Jaejoong dengan pandangan lekat.

"Dahyun, aku tidak menyangka ternyata sampah ini adalah peliharaanmu!" Jaejoong menatap sekilas Sung-il, sekarang ia sudah tahu siapa saja lawannya Yunho di perusahaan itu.

Dahyun tersenyum lebar, kemudian menatap kepada Yunho dan terkejut melihat pria itu. Langkah kaki Dahyun maju selangkah dan tangannya terulur hendak menyentuh wajah Yunho. Tetapi tepat sebelum itu terjadi, Jaejoong menghalanginya. Wajah pria itu tampan, sial sekali mengapa Jaejoong bersamanya.

"Jangan berani menyentuh calon suamiku! Aku hanya terkejut bahwa Sung-il bersamamu, kurasa ini lah awalnya bagi kita untuk saling membuktikan!" Jaejoong tahu, Dahyun pasti bingung sekali. Tapi ia marah besar, jika Sung-il meminta bantuan Dahyun artinya pria itu bersedia menjadi budak seksnya. Ia rasa Dahyun tidak mampu untuk mematahkan nyanyiannya, pasti ada sekutu Dahyun lainnya. Dan ia mulai menebak-nebaknya.

.
.
.

Rules 30 komentar.

.
.
.

SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang