Bab 23

657 172 38
                                    


Menyipitkan mata, Yunho benar-benar merasa ini aneh. Ia marah besar karena memang pria itu melamar Jaejoong. Tetapi, fakta lain yang diketahuinya adalah pria itu ke kamar Jaejoong. Apa yang dilakukannya di kamar Jaejoong.

"Kau tidak sedang membodohiku kan? Aku berpapasan dengannya ketika aku tiba di anak tangga terakhir," ujar Yunho, ia curiga. Dan hal itu tidak bisa ia sembunyikan. Rasanya amarah itu semakin tinggi.

"Itu— dia lancang sekali masuk kemari ketika aku tidak ada. Aku tidak bohong! Kita bisa melihat rekaman CCTV, aku baru tiba dari pusat perbelanjaan dan segelintir agendaku dengan Irene di luar. Dia sudah ada di dalam walk in closetku, aku langsung berteriak ketika melihatnya, sungguh aku tidak bohong, Sayang!" Jaejoong sadar saat ini Yunho mencurigainya sedang berbohong. Tapi, ia tidak begitu. Semua ini benar adanya. Pria itu datang tiba-tiba kemari.

Memandang lekat wajah Jaejoong, Yunho tahu sekali wanita itu sedang grogi, tetapi sorot mata Jaejoong terlihat tidak gentar. Ia mendesah pelan, dan hendak mendorong pelan tubuh Jaejoong. Tapi wanita itu memasang wajah memelas.

"Kau tidak percaya aku? Aku tidak berbohong. Aku sendiri kaget sekali tadi. Kita ke ruang CCTV kau bisa lihat bahwa aku tidak ada di rumah dan baru tiba!" Jaejoong menarik pergelangan tangan Yunho, tapi langkahnya terhenti ketika Yunho sama sekali tidak bergerak. Ia menoleh dan pria itu hanya memandangnya dengan lekat. "Sayang, kau—"

"Tidak perlu, aku percaya padamu," secara teori, Jaejoong tidak akan berani membawanya melihat rekamam CCTV jika berbohong. Tapi, Jaejoong bersi keras agar membuat ia tidak salah paham dan marah. Ia menarik tangan Jaejoong dan memeluk wanita itu dengan erat. Menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Jaejoong dan mencium aroma manis dari Jaejoong.

"Sayang..." gumam Jaejoong pelan dan ia perlahan membalas pelukan Yunho. Mengusap punggung kokoh pria itu. Apa sesuatu terjadi lagi, ia tidak ke kantor Yunho karena pacarnya mengatakan tidak akan lembur dan akan keluar bersama dengan timnya.

"Hmm? Jangan biarkan pria lain masuk kemari, aku tidak segan-segan memukul pria itu lagi jika dia melecehkanmu," Yunho serius, ia tidak segan memberi pelajaran pada pria seperti itu. Sampai-sampai ia mencurigai kekasih manisnya ini. Seharusnya, ia sudah paham sejak awal bahwa pria itu memang biangnya. Jaejoong bisa berkencan dengan pria mana saja yang diinginkannya, tapi wanita itu memilih dirinya yang biasa saja.

Terkejut dengan ucapan Yunho, Jaejoong senang mendengarnya. Meski terdengar konyol bahwa Yunho ingin memukul Poseidon. Tapi, sebagai seorang pria, kekasihnya ini keren sekali karena membelanya atau sedang mempertahankannya agar tidak jatuh ke tangan pria lain.

"Uumh, aku akan memperketat penjagaan mansion, aku rasa salah satu asisten rumah tanggaku melakukan kesalahan," Jaejoong merasa sedikit geli ketika tengkuknya di cium oleh Yunho.

"Aku tadinya ingin mengajakmu berkencan keluar, tapi sepertinya kau lelah karena seharian diluar," Yunho melepas pelukannya dan menatap lembut Jaejoong.

Mencebil, Jaejoong menggeleng dan memeluk tubuh Yunho. "Aku mau, aku mau kita keluar dan berkencan, aku tidak lelah Honey!" ujar Jaejoong dengan suara manjanya. Ia merasa jauh lebih nyaman bersama dengan Yunho.

Terkekeh, Yunho membawa Jaejoong duduk di sofa dan ketika ia baru saja mendudukan wanita itu di atas pangkuannya, ia cukup terkejut ketika Irene tiba dengan paperbag yang cukup banyak dengan label brand ternama tertulis disetiap paperbag.

Jaejoong sendiri merasa cukup malu karena posisi mereka yang mesra begini, tapi wajah Irene sangat kalem dan tak terlihat menggodanya. Bahkan berusaha tidak menatap kepadanya dan Yunho.

"Nona, apa ingin kamar kubersihkan dan semua barang Nona di walk in closet dibersihkan pakaian semua di laundry atau dibiarkan saja?" secara garis besar, Jaejoong anti dengan Poseidon. Jadi, Irene hanya menerka-nerka mungkin nonanya tidak mau menginjakan kaki ke dalam walk in closet.

Jaejoong baru tersadar. Ia yang tadi memeluk tubuh Yunho langsung berdiri dari atas pangkuan Yunho. Ia menatap jijik ke arah walk in closetnya. "Minta kepala pelayan untuk membersihkan kamarku selama kamar dan barang-barangku di bersihkan, aku akan tinggal di Hotel, ah bersihkan seluruh mansion. Semprot dengan disinfektan paling bagus jangan sampai ada satu pun bekas pria itu tertinggal. Jika tidak aku akan membongkar mansion dan membangunnya ulang!"

Tertawa mendengar ucapan Jaejoong, Yunho mendongak sedikit karena Jaejoong langsung menoleh kepadanya. Ia hanya merasa lucu bahwa wanita ini benar-benar seserius dan sekaya itu sampai-sampai ingin menghancurkan mansion yang besar ini hanya karena pria itu.

"Honey kenapa tertawa? Tidak ada yang lucu!" protes Jaejoong dan mencebilkan bibirnya.

"Baik Nona, akan aku katakan kepada semuanya untuk segera membersihkan mansion dan mencari tahu siapa yang sudah memperbolehkan pria itu masuk," Irene segera berbalik, ia tidak ingin mengganggu Jaejoong yang sedang bermesraan dengan Yunho. Bahkan, Irene tidak mau mencampuri urusan nonanya mengenai hal demikian. Ia hanya menjadi penasihat saja, tidak dalam kapasitasnya melarang Jaejoong untuk melakukan apapun bersama Yunho, bahkan jika mereka bergumul panas pun, ia akan bungkam.

"Kau tidak perlu menghancurkan mansion dan bersikap seperti itu," Yunho menatap lembut Jaejoong, dan wanita itu kembali duduk di atas pangkuannya.

Yunho tidak tahu betapa Jaejoong tidak suka pada Sihoo. Ia menggeleng dan menjawab dengan lembut, "Tidak, aku harus membersihkannya dan—"

Mengernyit, Jaejoong tidak menyelesaikan ucapannya, tercium aroma tidak sedap. Dan ia tahu dari mana berasal. Sial, pria itu kemari ingin membuat rusuh di mansionnya. Jaejoong kembali berdiri. Yunho bisa-bisa tidak sadarkan diri karena aroma ini. "Sayangku, kita segera keluar ummh?"

Bergegas mengambil ponsel dan tasnya yang tadi, Jaejoong juga membawa paperbag yang baru saja dibawa Irene. Ia segera menarik tangan Yunho agar keluar dari kamarnya.

"Baby kenapa tergesa sekali?" Yunho bingung dan terkejut karena ia ditarik sekuat itu oleh Jaejoong keluar kamar dan wanita itu menutup kamarnya dengan segera.

"Aku tidak sabar kencan denganmu!" sahut Jaejoong dan tersenyum lebar meski nampak kaku. Ia marah sekali sekarang, Sihoo meletakan sebuah gas beracun di kamarnya. "Ah aku akan memberitahu Irene kita kencan sehingga dia bersiap membersihkan ini, kau ke mobil lebih dulu uumh?"

Yunho mengernyit bingung, Jaejoong juga memberikan paperbag kepadanya dan mendorong tubuhnya berjalan ke depan, sementara wanita itu dibelakangnya. "Baiklah, aku akan ke mobil lebih dahulu!"

Tidak ingin menduga hal yang tidak-tidak, mungkin benar bahwa Jaejoong tidak sabar untuk kencan mereka. Sejak mereka berkencan, sekali pun belum pernah keluar dalam niat berduaan.

Memperhatikan Yunho turun dari anak tangga, Jaejoong memanggil Irene dengan segera, "Irene! Cepat kemari!"

Irene yang semula berbincang dengan asisten rumah tangga di dekat balkon lantai ini segera mendekat. "Poseidon sialan itu meletakan gas beracun di kamarku, kau tahu apa yang harus asisten rumah tangga lakukan. Aku akan menelepon Hyunbin bedebah itu adalah musuh kita dan sekarang terang-terangan ingin menyerang!"

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules ya genk!

.
.
.

SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang