Bab 43

603 168 54
                                    

Menggeleng, bukan begitu maksud Yunho. Bagaimana ia menjelaskan pada ibunya agar mengerti dirinya. Ia menatap Yejin, dan menjilat bibirnya. "Bu, maksudku bukan begitu. Tapi, apa yang akan dikatakan orang tentangku? Mereka mungkin akan menilai aku mendapuk nama besar Jeje dan perusahaannya, aku ingin karirku bagus dan stabil."

Yejin bersedekap, ia paham sekali maksud Yunho. Kebiasaan orang yang ada di dalam keluarga Jung, harga diri paling tinggi. Bahkan, Woosung pun memiliki harga diri yang sama dengan Yunho, tapi Woosung tidak sekeras kepala Yunho, Woosung bisa merubah hal yang seperti ini menjadi sebaliknya. "Itu hanya perasaanmu saja, Yunho. Dengar Ibu, dalam pernikahan itu bukan siapa yang hebat dan siapa yang tidak. Tetapi melengkapi satu sama lain, tidak juga pernikahan akan berhasil jika sama-sama keras. Kau tahu, mengapa Ayahmu berani menikahi Ibu padahal dia sama sekali belum memiliki perusahaan? Kau lupa, bahwa Ibumu ini dinikahi saat Ayahmu baru merintis usaha kecilnya. Dia baru memiliki peternakan ketika kami baru menikah, memutuskan usaha menjual susu keliling saat kau baru lahir. Ayahmu tidak pernah menjanjikan memberikan seluruh dunia pada Ibu, tidak juga menjanjikan membawakan bulan. Dia hanya berkata, bahwa menikah dengannya Ibu tidak akan pernah kelaparan. Bukan cincin bertahta berlian yang diberikannya pada Ibu, tapi hanya logam mulia yang beberapa gram. Kau tahu keluarga Ibumu ini bagaimana? Bisa dikatakan Ibu adalah Jeje versi lama!"

Entah mengapa Yunho benar-benar sangat keras kepala. Ia paham sekali bagaimana ada diposisi Jaejoong sekarang. Bukan jabatan, uang dan tahta yang diinginkan tapi cukup bersama dan tersenyum satu sama lain. Pernikahan itu memang tidak melulu tentang cinta, tetapi juga ada materi di dalamnya. Tetapi, jika wanita merasa bahwa apa yang dimiliki cukup, maka pria harus berbahagia karenanya. Mengapa ia katakan begitu, karena di sana tidak ada kata menuntut, tidak ada kata meminta, dan tidak pernah meragukan bahwa pria itu adalah pria yang baik.

Woosung membuktikan itu, pria itu berbeda sekali dengan pria yang dulu dikenalnya. Ia senang karena Woosung lah pria yang ia cintai.

Yunho terdiam, mengapa ia jadi dimarahi ibunya? Ia menatap sang ibu yang terlihat kesal padanya. Dan mendesah, apa yang dikatakan ibunya benar. Orang tuanya menikah tidak dalam keadaan yang mapan. Terutama ayahnya yang membangun bisnis sendiri.

"Jadi maksud Ibu—"

"Ya, wanita itu tidak bisa diberi janji, maka jangan berjanji jika pada akhirnya menyakiti. Cukup kau katakan hal paling sederhana dan coba lah yang terbaik!" sela Yejin, mengapa Yunho lambat sekali? Apa anaknya sedang terpengaruhi Soojin? Ah, tidak! Ia selalu memeriksa Yunho, dan tidak ada yang bisa mempengaruhi Yunho.

"Tapi Bu, bagaimana jika Hyunbin—"

"Kau saja belum bergerak kenapa harus mengungkit Hyunbin? Urusan keluarga Jeje biarkan kami sebagai orang tuamu mengatur!"

Menggigit bibir bawahnya Yunho, kemudian menatap Yejin. "Aku akan memutuskannya nanti, aku—"

"Jika begitu berhentilah memasang wajah kusut, ah kau membuat bingung para pembawa berita cuaca!" Yejin berdecak dan berbalik, rasanya kesal sekali bicara dengan pria bermarga Jung. Ia melangkah keluar kamar Yunho dan sengaja menutupnya dengan keras.

Terkejut, Yunho menatap pintu yang tertutup. Ibunya benar-benar membuatnya ingin tertawa dengan sikap kekanak-kanakan seperti tadi. Namun, ia masih harus membuat keputusan. Akankah ia melamar Jaejoong? Ya, sekedar wedding proposal lantas terikat. Tied the knot. Ah, ia memang harus menikah dengan Jaejoong.

Ya, tiba-tiba ia teringat wanita itu memakai bikini seksinya. Oh, astaga mengapa ia menjadi tiba-tiba bersemangat. Menggeleng pelan, Yunho berdiri dan tersenyum tipis. Jika mereka menikah maka batasan itu sudah tidak ada. Well, kali pertama ia rasanya ingin sekali.

"Okay, aku akan memberi kejutan padamu, Baby Je!" gumam Yunho.

Benar kata ibunya, Jaejoong bisa mendampinginya seperti ibunya yang mendampingi sang ayah. Lagi pula, ia tidak sememalukan itu untuk bersama Jaejoong, iya kan? Ini hanya masalah status dan besarnya perusahaan. Toh, ia pun seorang CEO diperusahaan TVXQ company yang sudah memiliki cabang di beberapa kota meski hanya lokal tapi usaha ayahnya terus menanjak.

.
.
.

Jaejoong bergegas masuk ke dalam kamar, dan terkejut melihat pria itu sedang tidak memakai bajunya. Ia terbelalak dan segera berbalik. Menatap Yejin, Jaejoong benar-benar malu sekali. Bukan kah Yunho sedang tidak baik-baik saja? Namun, mengapa kenyataannya berbeda? Jelas sekali ia melihat pria itu sedang mengangkat besi kecil yang dinamakan dumbell dan dalam keadaan seperti itu...

Ah, ia kemari karena Yejin meneleponnya, mengatakan bahwa Yunho sedang tidak baik. Jadi, meski cuaca sedang tidak baik, karena mudah berubah-ubah dan Irene mengatakan bahwa tidak baik untuknya sering keluar, Jaejoong tidak peduli. Apa lagi, ini aduan dari calon mertua. Ia segera meluncur kemari bersama Irene, dan calon ibu mertuanya, segera mengajaknya ke dalam kamar Yunho.

Menggigit bibirnya karena melihat Yunho tanpa kaos dan berpeluh seperti itu kejadian yang langka. Ia ingin menoleh kembali dan mengintip, tapi ia kembali terkejut ketika mendengar suara Yunho.

"Je, ada apa kemari hmm?" tentu dalam situasi seperti ini Yunho bingung. Ia meletakan dumbell, dan menghampiri kekasihnya yang tiba-tiba datang.

Yejin berdeham, ia menatap Yunho dengan lekat, "Bukankah tadi kau sedang tidak baik-baik saja, Yun? Kau kusut, jadi Ibu memanggil Jeje kemari."

Mengernyitkan kening, Yunho menunjuk dirinya lantas tertawa, ia bukan anak kecil lagi. Astaga. "Bu, kenapa harus merepotkan Jeje, lagi pula aku biasa saja!"

Mengedik seperti tidak ingin bertanggung jawab, Yejin mundur selangkah. Ia mendorong pelan tubuh Jaejoong dan berucap, "Kau tahu Je, dia juga berkata begitu pada Ibu. Astaga, kau harus membantu Ibu agar dia benar-benar baik-baik saja, hmm? Ibu akan ke bawah dan minta bantuan asistenmu."

Segera menjauh dari depan kamar Yunho, Yejin menggeleng pelan. Cuaca akan lebih bagus jika ada Jaejoong di sisi Yunho.

Berbalik, Jaejoong menggigit bibirnya. Ia menatap Yunho dan pria itu tersenyum lebar. "Kau habis olah raga?"

"Aah, aku hanya sedikit mengangkat beban, tapi tidak menyalakan AC," Yunho segera mengambil remote AC dan menyalakannya. Ia mengambil kaos tanpa lengan dan memakainya dengan segera.

Jaejoong meletakan tasnya, ia memperhatikan Yunho dan bertanya dengan polos, "Kau tadi sungguh—"

"Tidak Baby Je, aku baik-baik saja. Ibu hanya berlebih," menyanggah, Yunho tidak ingin salah paham.

Mengangguk, Jaejoong duduk di sofa kamar Yunho. Ia tersenyum manis dan malu-malu ketika Hyunbin tadi menghubunginya. "Hon, kau serius akan melamarku? Dalam waktu dekat ini kan? Oppaku sudah mengatakan bahwa Ayahmu sudah menemuinya untuk membicarakan tentang hubungan kita ke depan, aku senang sekali. Kau akan menikahiku!"

.
.
.

Rules ya.

Series 2 keknya bakal yang sedikit" tegang mungkin ~ .

.
.
.

SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang