Paper 35 // Memburu Masa Lalu

312 38 18
                                    

Sedikit lagi....




::
::

Donghae gelisah malam ini. Sejak ia menceritakan masa lalu itu kepada Yunho, perlahan sakit itu kembali terasa. Rasa sakit yang tidak jelas dari mana. Bahkan ia mulai membutuhkan penenang sebelum tidur. Ruangan rahasia tidak menolongnya untuk melenyapkan rasa gelisah itu.
“eomma…”
Ia berbaring di sofa, menatap langit-langit ruang itu. Sepertinya ia merindukan eomma-nya.

Klak!
Srraaaakk!

Bunyi pintu terbuka. Donghae menoleh! Berjingkat hingga ia memposisikan diri untuk duduk. Bagaimana bisa? Siapa?

“Samchon???” kedua matanya membulat. Ia mendapati Tan Hangeng sudah berdiri di depan pintu “bagaimana kau bisa masuk? Kau.. tahu tempat ini?”

“jangan terlalu terkejut..” ujarnya dengan tenang. Ia mengambil duduk lalu menatap wajah pucat Donghae “kau tidak percaya aku menemukan ruangan ini? Maafkan aku.. mungkin kau tidak terima dengan kelakuanku.. tapi, asal kau tahu.. akulah yang membuat  tempat ini.. Noona mengatakan jika anak kesayangannya menyukai tempat yang nyaman. Bahkan ia mengubah lemari baju menjadi tempat persembunyian. Akhirnya aku membuat  tempat ini.. tempat dimana kau bisa meluapkan semua perasaanmu, emosimu..”

“jadi…??”

“Nde. Aku mencarimu.. kau sudah pulang tadi tapi tidak ada di kamar.. jadi kupikir kau di sini.. maafkan aku sekali lagi menganggu privasimu..”

Hah! Donghae mau bagaimana lagi jika Hangeng sudah tahu? Ia juga yang membangun tempat itu? Ia tak bisa bersembunyi lagi..
“ada apa sampai samchon mengejarku kemari..”

“ya.. kau merasa seperti buronan? Aku menemukan persembunyianmu??”

“Nde..!” singkatnya. Hangeng tertawa kecil “wae?”

Kali ini ia mengambil jeda. Memberi kode dengan dagunya supaya Donghae duduk di sampingnya. Ia mematikan lampu ruangan itu hingga hanya kerlap di langit-langit kamar.
“Kau masih sering ketakutan? Apa kau pernah menghadapi hujan?”

Donghae tahu arah percakapan mereka “euhm..” angguknya “waktu itu aku penasaran, sepulang dari sekolah hujan turun. Aku lupa tidak membawa payung dan harus naik bus untuk sampai rumah. Tapi baru sampai di halaman depan sekolah, aku sudah tidak bisa bernapas. Kepalaku sangat sakit.. tidak lama aku kehilangan diri, setelahnya aku sudah terbangun di rumah sakit dan harus menghadapi ocehan Yoona Noona..”

“Kau tidak ingin melakukannya lagi?”

“Mwo?”

“Melawan rasa sakit itu.. apa kau akan hidup dengan perasaan itu? Sampai kapan? Kau mau terpuruk terus?”

Anak itu menunduk “aku merasa sendiri samchon.. walaupun ada keluarga Jung yang bersamaku tapi mereka tidak tahu apapun. Aku tidak bisa membawa mereka dalam kehidupanku lebih jauh.. samchon juga baru datang.. sementara.. hiks..”

Hangeng mengubah posisinya menjadi menghadap Donghae. Anak itu sudah terisak dalam-dalam. Menundukkan kepala sambil sibuk menghapus air mata..
“kau sudah ingat?”

“entahlah.. pikiranku campur aduk.. hiks..”

Jelas ia pasti terpukul dengan masalahnya. Tapi Hangeng selalu tahu tentang keponakannya. Di sudut meja kecil ruangan itu, ada foto yang untuh, tapi bagian wajah seseorang di sata ditutup dengan sticky note. Cukup mudah sebenarnya membuang kertas itu tapi Donghae tidak melakukannya.
Ya.. itulah kenapa ia yakin Donghae mengetahui semuanya.. mengingat semuanya.. tapi ia menutup rapat dirinya.

“kau bahkan menyimpan foto itu dengan rapi.. berapa lama kau tidak melihatnya?”

Donghae memainkan kedua ujung jemarinya “aku melihatnya sekali bersama dengan surat terakhir eomma. Setelah itu aku tidak membukanya lagi..”

ANOTHER LIFE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang