Paper 39 // Destiny!

349 47 13
                                    

:
:

:
:

Tepat tiga hari akhirnya ia membuka mata. Orang yang ia liat pertama kali ialah Siwon. Siapa lagi? Anak itu menjadi tanggung jawabnya.
“kau sudah bangun? Baguslah…” senyum Siwon terlukis di wajahnya.

Donghae hanya menatapnya sebelum ia berkata “sebentar lagi ya hyung, aku masih mengantuk..” lalu ia kembali memejamkan mata.
Siwon tidak rela, mereka sudah menunggu berhari-hari dan anak itu seenaknya saja kembali tidur setelah ia bangun.

Tluk..tluk! diketoknya pelan kening Donghae dengan jari telunjuknya.
“Heiii!! Jangan tidur lagi.. buka matamu! Kau tidak kasihan pada kami yang sudah menunggumu sampai berlumut?" katanya lembut “ayo Hae, buka matamu..” paksanya.

Ya. Siwon memaksa. Jika tidak ia akan kembali terlena dengan rasa mengantuknya. Itu tidak baik. Donghae harus melawan efek yang ditimbulkan oleh devil’s trumpet jahanam itu. Malahan Siwon yakin jika anak itu akan berada dalam halusinasinya untuk sementara.

“eughhh…” lenguhnya malas “shireooo!! Aku tidak ingin ke kampus hyung.. aku juga malas bekerja. Ijinkan aku tidur..”

Sepertinya usaha Siwon gagal. Donghae lagi dan lagi memiliki alasan untuk kembali memejam. Sampai kemudian terdengar suara ribut masuk ke kamarnya.
Siwon melongok, ia melihat Yoona dengan keluarganya. Pagi ini memang jadwal mereka sebelum nanti siang appa-nya yang akan menemani Donghae. Mereka sepakat sejak awal akan bersama-sama menjaganya.

“eomma, sudah datang?”

“selamat pagi Siwon-ah, bagaimana Donghae?” ujar perempuan itu sembari mendekat padanya.

Siwon menunjuk dengan dagu “lihat saja, dia sudah bangun tapi kembali tidur. Sebaiknya eomma paksa dia untuk membuka mata. Aku sudah menyerah..”

Jihyo tersenyum.. “benarkah? Uri Donghae sudah bangun? Ahh.. eomma senang mendengarnya..” lanjutnya kemudian ia melakukan hal yang sama seperti Siwon. Namun ia lebih keras lagi membangunkan bocah itu.

Plak!! Dipukulnya lengan Donghae yang tidak ada infuse.
Lalu..
Plak! Kembali ia memukul pipi Donghae..
“bocah nakal! Bangun!! Eomma tidak mau tahu.. pokoknya bangun….”

Song Hahyun, halmonie, ikut membantunya.
“Donghae-ya, kau tidak merindukan Halme eohh.. kau tidak mau bangun??” hampir ia memukulnya juga karena gemas namun diurungkan melihat usahanya sedikit berhasil.

Donghae membuka sedikit matanya “Hhaaiisssshhh… eomma~ halme~ Hae mau tidur..” begitulah katanya kembali.

“anak ini tidak tahu betapa banyak orang yang mencemaskannya eoh? Baiklah.. kau mau tidur? Tidur saja terus.. kau kerasan tidur di sini eoh?” sindir Jihyo.

Tiba-tiba matanya membola “memang ini dimana eomma?”

“kau tidak tahu?”

Donghae tersenyum “tentu saja ini di kamarku.. ah, eomma jangan bercanda.. Hae tidak suka..”

“OMO…omo!! Tidak suka katamu?” seringai Yoona, sepertinya ia tidak sabar menghadapi kelakuan adiknya “YAK! DONGHAE BABO!! IRREOONAA!!” teriaknya tidak peduli mereka di rumah sakit.

“NOONAA!! Menjengkelkan…” akhirnya ia bangun perlahan. Dengan wajah di tekuk dan bibir mengerucut “sudah, aku bangun… jangan teriak lagi…” sembari membenahi posisinya yang ia rasa agak berat. Ya, menggerakkan tubuh saja Donghae kesusahan.

Bahkan ketika ia hendak turun dari ranjang, ketiga perempuan itu mencegahnya.

“jangan turun dulu, kau masih harus istirahat..” suara Jihyo melembut tiba-tiba.

ANOTHER LIFE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang