Abaikan : typo!
Saran : sejenak sebelum membaca, ▶️🎶 dan dengarkan 👆
::
::Hujan semakin melebat kemudian. Udara dingin berhembus melalui cela jendela hingga menyingkap pelan tirainya. Donghae melirik ke jendela kaca itu, ia jelas melihat air turun dari langit. Mendung menggelap sama seperti suasana hatinya.
Jantungnya terpacu cepat. Kilasan masa lalu terurai kembali. Bagai benang yang tertarik untuk melepaskan simpulnya. Donghae merasa jiwanya tersedot masuk hari yang lalu. Dimana kaki kecilnya yang telanjang menapaki lantai rumah besar mereka. Saat ia mengintip di antara pilar tangga. Menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya.
Nafasnya memburu, kepalanya berat.. air matanya turun..
“Appa~” panggilnya pelan dengan mata berkaca-kaca. Ia menatap lelaki paruh baya itu masih berdiri di depannya. Dengan tatapan merindu. Ia pun hancur sama sepertinya.
“euhm.. anak appa…”
Hiks…
“Appa…. Hiks… aku takut!” adunya setelah itu.
Tak berlama lagi, dia yang dipanggilnya –appa- segera menarik tubuhnya lebih dekat dengan Donghae. Lalu merengkuhnya erat. Seakan memberikan kehangatan untuk mengalahkan dinginnya udara. Meredam suara hujan dan menenangkan anaknya, menarik Donghae ke dunia yang nyata.
“Maafkan appa.. appa sangat merindukanmu. Maafkan appa..” ungkapnya berulang kali.
Mendengar pengakuan itu membuat hati Donghae meluluh. Walau ia masih tidak yakin apakah ini mimpi atau sekedar halusinasinya? Tapi tubuhnya mejadi lemah kemudian. Ia menyandarkan penuh kepalanya dalam dekapan itu.
“hangat.. Hae suka di peluk appa..” jiwa kecilnya kembali. Menjadi Donghae yang manja di depan appanya.
Tuan Choi tersenyum di sela isak tangisnya. Ia bahagia. Sangat bahagia..
Hingga kemudian bertubi kecupan ia berikan pada sang putera.
“appa menyayangimu.. sangat…! Kau memaafkan appa?”
Gerakan lembut ia rasakan saat kepala dalam dekapan itu mengangguk pelan “aahhhh… tidak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan hari ini.. gumawo adeul..”“peluk aku terus appa…”
“tentu… tentu saja, Choi Haru..”
Mata Donghae membulat. Tapi sesaat bibirnya tersenyum. Jadi ia makin menelusupkan kepalanya dan memeluk erat tubuh itu. Membau setiap wangi yang bisa ia hirup.
Karena untuk pertama kalinya, ia kembali menjadi putera Choi Hanyeol..“aku suka nama itu.. gumawo sudah memanggil namaku kembali..”
“euhm.. Choi Haru, uri adeul…”
::
::::
::::
::“Kau sudah makan?”
Donghae menggeleng, karena memang ia belum memasukkan apapun ke mulutnya pagi ini. Hanya seteguk air mineral hangat.
“baiklah, Appa suapi…”
Ia mengangguk. Tentu saja, siapa yang tidak senang. Bahkan senyumnya terus menggembang di bibir soft pink itu.Satu suap pertama…
“bagaimana? Kalau kau tidak mau bubur, appa akan membelikan yang lain untukmu..”Donghae menggeleng “aku suka apapun.. apalagi kalau appa menyuapiku..”
Tuan Choi menyelidik “kau manja seperti ini setiap hari? Bukankah usiamu sudah 20 tahun?”
Donghae mengangguk “aku hanya melakukan itu pada keluargaku. Appa bisa menanyakannya pada Noona.. atau Jihyo eomma…”
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER LIFE ✔️
FanficDia lebih dari itu! Jadi jangan anggap jeda dalam sebuah kisah itu sebagai -batas-. Karena siapa tahu justru -awal- itu baru dimulai.