3.

5.1K 603 11
                                    


"Sumpah, Kak. Dia beneran ganteng, cuma dingin banget. Mau gila gua kalo ngadepin dia, Kak."

"Yaelah, Lane. Lu baru ketemu sama dia beberapa kali, masa udah mau gila."

Gua mencoret-coret buku gua asal-asalan sambil mendengar Kak Jeonghan yang berbicara di seberang sana.

Gua sama Kak Jeonghan itu deket banget kayak cacing sama tanah. Gua selalu cerita semuanya ke Kak Jeonghan dan sebaliknya. Sekarang dia lagi kuliah di Korea, jadi sekarang gua sama dia cuma modal callan.

"Kalo lu bisa naklukin cowok dingin, untung lu tuh banyak banget. Cowok kayak gitu malah lebih serius daripada mantan sialan lu itu."

"Ingetin gua, kalo gua udah pulang, gua mau neror rumahnya."

"Tenang, Kak. Gua juga ikutan neror rumahnya."

"Mending lu puter otak tuh gimana caranya naklukin dia. Kalo lu serius, ya lu nggak mungkin nyerah sekarang, kan."

"Bantuannya dong, Kak. Gua butuh saran dari seorang cowok. Lu kan cowok, Kak."

Untuk pertama kalinya gua penasaran sama cowok dan sampe minta saran begini ke Kak Jeonghan. Sesering-seringnya gua curhat sama Kak Jeonghan, gua nggak pernah minta saran kayak begini.

"Gua sama dia beda."

"Tapi inget kata-kata gua. Lu harus jadi diri lu sendiri supaya dia bisa nerima lu apa adanya. Jangan pernah jadi orang lain."

"Iya, Captain!"

"Udah ah. Gua mau makan dari tadi kagak jadi."

"Yaudah, bye."

Tut tut tut


Baru pertama kalinya gua ngerasain hal kayak begini. Kenapa gua harus repot-repot mikirin cara buat bikin dia nggak dingin lagi? Emangnya gua siapanya dia? Gua kan cuma orang asing yang ketemu di cafe sama dia waktu itu.

Tapi, semaleman gua tidur lebih telat karna gua nggak berhenti mikirin dia. Entah mikirin wajahnya atau cara buat bikin dia nggak dingin lagi, gua sama sekali nggak ngerti. Intinya dia terus-terus muncul di pikiran gua semalem.

"Ih, kayaknya gua udah mau gila." Kata gua.

Gua menepuk jidat gua berkali-kali dengan harapan kesadaran gua bakal balik. Gua takut gua udah mau gila.

"Kalo gua emang mau cari pacar, kenapa harus sama dia? Kan masih banyak cowok ganteng juga yang ada di kampus gua." Monolog gua.

Gua membaringkan tubuh gua di atas kasur karna frustasi memikirkan dia. Ah, kenapa dia ngeganggu gua mulu sih dari kemaren?

"Stop! Dia nggak mikirin lu. Ngapain lu mikirn dia?"

Gua berjalan keluar dari kamar gua lalu keluar dari rumah dan mengambil sepeda gua untuk muter-muter kompleks buat nyari udara segar. Sore-sore plus abis hujan kayaknya enak kalo ada di luar rumah.

"Eh, kok sepedanya jalan ke sana?"

Rasanya seperti sihir, gua diarahkan ke rumah Wonwoo. Ya, kali-kali dia ada di depan rumahnya. Sekalian caper aja lah udah.

Gua menurunkan kecepatan sepeda gua saat udah berada di dekat rumah Wonwoo. Satu tangan gua merapihkan rambut gua, seenggaknya gua nggak keliatan buluk kalo ada Wonwoo.

"H-hai!"

Gua menyapa adik Wonwoo yang ada di halaman rumahnya sambil menggowes sepeda gua. Adiknya pun melemparkan senyuman manisnya. Sayangnya, kakaknya lebih manis dari dia.

✔️Cold ; Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang