[Semua wanita punya cinta pertama. Bisa ceritakan sedikit tentang cinta pertamamu?]
"Cinta pertama, ya ...," desah wanita berambut cokelat dan baju renda berleher rendah. Bibirnya yang dipoles lipstik merah dikerucutkan, kontras dengan kulit putihnya. "Kalau cinta monyet semasa SMP pernah sih, beberapa kali. Karena teman-teman pada ngejek dan jodoh-jodohin kita jadi kesemsem kiranya dia suka kita. Norak banget."
Bahunya bergetar karena merinding kegelian. Hidungnya berkedut tak suka. Namun, ia tersenyum.
"Tapi, kalau cinta pertama yang kuakui, itu pas kenaikan kelas satu SMA. Pertama kali ketemu dia di konser Sheila on 7 tahun 2016. Kebetulan aku datang sama sepupuku dan cowoknya. Untuk pertama kalinya, aku tahu kalau di konser yang rame, orang masih bisa mesra-mesraan. Nggak mau jadi obat nyamuk, aku menyingkir ke depan.
"Pas nggak sengaja nabrak satu cowok. Aku ingat betul dia pakai jaket hitam slim fit, rambutnya rapi, dan senyumnya yang perlahan mengembang itu benar-benar buat orang terpana. Kita ngobrol dan nyanyi sama-sama di sana. Terus putus kontak selama dua minggu waktu liburan. Eh, tahunya ketemu di sekolah. Ternyata, dia seniorku. Dia suka aku, aku suka dia. Kita kencan."
****
[Kalau ketemu orang itu, apa kamu akan kembali menyukainya?]
Wanita cantik bentuk wajah oval, kulitnya putih, matanya bulat, perawakannya manis. Ia berdeham panjang seolah sedang berpikir, lalu menjawab, "Iya, tapi juga tidak."
[Bisa dijelaskan sedikit maksudnya apa?]
Ia mengibas rambut panjangnya ke belakang, name tag emas tulisan Febby tersemat di dadanya. "Iya, karena sebelum ketemu aku pasti membayangkan 'bagaimana rupanya? apa dia masih secakep dulu? apa dia masih ingat aku? bajuku terlalu biasakah untuk ketemu dia?'. Otakku terus memproyeksikan wajah dan senyum mempesona yang kuingat. Aku sangat bisa menyukainya lagi. Sampai, pas ketemu aku sadar kalau ternyata ingatanku itu versi dia dalam filter beauty camera."
[Kenapa kamu bisa sangat yakin?]
Febby memutar bola matanya risih. Wajah kucing manisnya berubah jadi kucing garang. "Apa itu pertanyaan yang harus ditanyakan? Tentu saja, karena aku pernah mengalaminya! Punya otak apa nggak, sih?"
****
[Apa pacar pertamamu adalah cinta pertamamu?]
"Aku selalu jadi cinta pertama semua orang, jadi aku nggak yakin," jawab wanita berkulit kuning langsat. Ia menyisir rambutnya yang hitam halus bagai tenunan sutera. Elissa, atau biasa dipanggil Lis, lalu mengecek jam tangannya. "Interview-nya sudah selesai? Aku habis ini ada acara lagi. Maaf, ya."
[Interview-nya belum selesai, Kak. Silakan duduk kembali!]
Senyuman paling memikat ia tampilkan, sangat manis dan sopan membuat orang jadi tidak rela memanggilnya duduk kembali ke kursi. Ia keluar lewat pintu bercat putih, sewarna dinding ruangan. Tak lama waktu berselang, seorang wanita bertubuh mungil masuk dengan langkah kaku dan tak yakin.
"Aku ke sini untuk interview," jelasnya, canggung. Ia membungkukkan badan tiap bertemu mata orang dan duduk di kursi hitam beroda di tengah ruangan. Kamera di sekeliling rupanya membuat wanita itu tidak nyaman. Matanya terus bergerak liar.
[Silakan merasa nyaman di sini, Kak! Kami cuma butuh jawaban satu pertanyaan terakhir.]
Ia mengangguk. Rambut sebahunya hampir menutupi name tag emas dengan tulisan tanam berbunyi, 'Nola'.
[Cinta pertama bagi seorang wanita adalah bagian kenangan masa lalunya yang tidak terlupakan. Saat pertama kali merasa debaran pada lawan jenis, pertama kalinya punya keinginan menjadi spesial di mata satu orang itu, pertama kalinya ingin memiliki seseorang, dan pertama kalinya jatuh cinta. Untuk orang spesial itu, sampaikan satu dua kata yang ingin atau belum sempat Kakak ungkapkan?]
Tangannya yang berkeringat diusap ke celana jeans. Ada jeda waktu sejenak untuknya berpikir, sebelum ia mengembangkan senyum entah untuk menutupi kecanggungan atau hanya kegugupannya duduk di depan kamera.
"Maaf, aku nggak punya sesuatu yang ingin kuungkapkan." Nola memegang belakang lehernya dengan canggung. Lalu, ia menutup setengah bibirnya, bicara dengan suara lebih pelan. "Dan, orangnya juga ada di ... belakang." Dia menunjuk dengan gerak matanya.
[Kalau Kakak bisa mendekat ke kamera dan cerita sedikit saja, kami akan sangat senang!]
Kamera menampilkan wajah wanita itu lebih dekat. Matanya yang bulat membulat tak menyangka. Bawah bibirnya lalu ia kulum, tanda masih ragu. Pipinya yang diberi perona pipi tampak lebih merah.
Ketika mulutnya hampir terbuka, gambar baterai pada ujung kanan layar berubah merah. Berkedip-kedip dan menyala.
Nola akhirnya mengumpulkan keberanian dan membuka mulut kecilnya.
"Begini ...."
Layar berubah hitam dalam sekejap. Mengumpul ke tengah layar dalam satu titik cahaya, yang lalu hilang.
Layar gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Not A Good Love Story [COMPLETED]
Teen Fiction🌸 Wattys Winner 2021 kategori "Young Adult" 🌸 Cerita pilihan @WattpadYoungAdultID Juni 2022 Dalam kisah Romeo dan Juliet, kita diajarkan bahwa cinta butuh pengorbanan. Dalam kisah The Notebook, cinta diibaratkan sebuah rumah, walau berkali-kali me...