Tiga

483 72 9
                                    

Siyeon sudah bersiap menutup matanya untuk mengakhiri hari yang sangat melelahkan ini dengan tidur yang nyenyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siyeon sudah bersiap menutup matanya untuk mengakhiri hari yang sangat melelahkan ini dengan tidur yang nyenyak. Apalagi besok Siyeon kebagian shift pagi jadi ia harus tidur lebih cepat malam ini.

"Siyeona. SiYEONAAAA." Siyeon langsung terbangun begitu mendengar seseorang memanggil namanya sambil mengetuk-ngetuk pintu. Siyeon yakin ia tidak salah dengar, tapi ketukan pintu itu bukan berasal dari pintunya.

Siyeon keluar untuk memastikan. Benar saja sudah ada Jeno sedang mengetuk-ngetuk pintu flat sebelah sambil memanggil namanya. Untung saja tempat itu belum ada penghuninya, jika ada mungkin saja Jeno sudah kena masalah.

"Jeno?"

Jeno tidak mendengarkan.

"Jeno??" Siyeon menghampirinya dan langsung membalikkan badan Jeno.

"Oh? Siyeona? Kenapa lo keluar dari sana?"

"Astaga lo bau alkohol, lo udah minum ya?"

"Nggak. Gue gak minum."

Namun saat itu juga Jeno langsung ambruk kehilangan kesadarannya, untungnya masih bisa ditahan oleh tubuh Siyeon.

Dengan bersusah payah Siyeon membawa Jeno ke dalam flat-nya. Siyeon memang tidak bertubuh mungil dia itu cukup kuat untuk ukuran gadis seusianya namun tetap saja Jeno sangat berat untuk ia bopong sendirian apalagi lelaki itu sangat berotot.

Siyeon langsung menidurkan Jeno di kasurnya, membuka sepatunya dan memberikannya selimut. Cuaca sedang sangat dingin akhir-akhir ini dan bisa-bisanya Jeno hanya menggunakan kaos sleeveless. Jeno tidur dengan posisi menyamping jadi Siyeon berjongkok untuk melihat wajah Jeno yang sedang tertidur. Lelaki itu tidur dengan dahi yang mengkerut, katanya orang yang tidur seperti itu biasanya tidur dengan kondisi marah atau sedang bermimpi buruk. Tangan Siyeon terulur untuk mengusap-usap lembut dahi Jeno agar lelaki itu tidur dengan tenang dan nyenyak. Namun siapa sangka tiba-tiba Jeno memegang tangannya.

Siyeon terkejut bukan main.

"Yeji.. gue kangen sama lo."

Jeno memang sedang tidar sadar, ia mengigau. Tapi kata orang omongan orang yang sedang mabuk itu adalah yang paling jujur. Tiba-tiba Siyeon merasakan sakit di hatinya.

"Yeji.. Hwang Yeji.."

Siyeon terdiam tanpa kata.

Siyeon ingat Yeji adalah nama yang sama dengan wanita yang memenuhi postingan instagram Jeno.

"Lo sesayang itu sama dia ya Jen?"

Siyeon menghela nafas panjang kemudian menunduk sedih.



🐾🐾



Jeno terbangun karena mendengar suara berisik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno terbangun karena mendengar suara berisik. Ia langsung terduduk, menguap kemudian memegangi kepalanya yang terasa pusing. Jeno melihat sekelilingnya dan menemukan dirinya berada di tempat yang asing. Kemudian ia berjalan ke arah sumber suara yang membuatnya terbangun, dan sudah ada Siyeon yang sepertinya sedang sibuk memasak. Gadis itu terlihat sangat serius. Sangat ricuh dan.. kacau. Sesekali ia berteriak karena terciprat minyak panas. Kurva di bibir Jeno terangkat begitu saja. Kecerobohan Siyeon tidak hilang sejak dulu.

Buru-buru Jeno menggelengkan kepalanya begitu sadar dimana ia sekarang dan apa yang membuatnya tersenyum pagi ini. Jeno berjalan ke arah pintu untuk pulang agar tidak ketahuan Siyeon.

"Jeno?"

Namun baru juga Jeno memegang gagang pintu, Siyeon sudah lebih dulu memanggilnya.

"Mau kemana?" Siyeon bertanya sambil menghampiri Jeno.

"Gue mau balik, takut orang rumah nyariin."

"Sebelum balik makan dulu, gue udah masak."

"Gue ga-"

"Ga ada penolakan." Siyeon menarik tangan Jeno untuk duduk di meja makan yang sangat dekat dengan dapur.

"Lo tuh udah malem gedor-gedor rumah orang, minta di bopong ke flat gue, malem muntah-muntah. Terus sekarang mau langsung pulang aja gitu?"

"Gue?"

"Iya lo siapa lagi."

"Sorry.."

"No need to sorry, sebagai gantinya lo harus makan dulu masakan gue."

"Lo bisa masak?"

Siyeon berhenti sejenak menatap Jeno sebelum akhirnya tersenyum menampilkan gigi rapinya, "Sebenernya nggak. Gue cuman ngikutin di youtube barusan. Tapi siapa tau enak kan. Ini gue masak sup pereda pengar buat lo." Siyeon menyodorkan semangkuk sup itu pada Jeno yang sudah duduk di meja makan.

"Enak?" Tanya Siyeon setelah Jeno mencoba sup buatannya.

Jeno manggut-manggut, "Enak. Lumayan."

"Serius?" Mata Siyeon berbinar.

"Tapi lebih enak lagi kalo lo gak perlu repot-repot masak."

Siyeon melayangkan tinjunya di udara sebagai tanda kekesalannya. Sedangkan Jeno hanya tertawa tanpa dosa. Sungguh, ini pertama kalinya lagi Siyeon melihat Jeno tertawa setelah pertama kali mereka bertemu lagi.

"Lo gak bisa masak, terus lo makan gimana? delivery tiap hari?"

"Nggak juga duit gue gak sebanyak itu. Kalo buat sarapan gue udah nyediain banyak roti sama susu, kalo makan siang kebanyakan di tempat kerja. Terus kalo malem biasanya gue masak mie, atau Haechan sering beliin makanan buat di makan bareng."

Haechan lagi. Ujar Jeno dalam hati.

"Emang perut lo gpp?"

"Kalo gue yang dulu bakal apa-apa. Tapi gue yang sekarang kuat Jen."

Meskipun membenci Siyeon, tapi Jeno tidak pernah lupa bagaimana dulu Siyeon sangat manja dan gampang sakit. Tadinya Jeno ingin bertanya lebih tentang dimana keluarganya sekarang, tapi Jeno tidak mau lagi terlihat tertarik dengan kehidupan mantan pacarnya itu.

"Oh iya Jen, keluarga lo apa kabar? Semuanya sehat kan?" Tanya Siyeon di tengah keduanya sedang makan.

"Baik ko semuanya sehat."

"Syukur deh. Adek lo Naeun apa kabar? Dia pasti udah gede sekarang."

"Iya sekarang udah masuk sekolah."

"Serius? Wah dulu dia pas kecil udah cantik banget apalagi sekarang kayaknya."

"Mau ketemu?"

"Hng? Boleh emang?"

"Boleh aja, tapi gue ga yakin Naeun masih inget sama lo."

Benar juga, saat masih berpacaran dengan Jeno, Naeun masih berusia 4 tahun dan jika dihitung berapa lama Jeno dan Siyeon tidak bertemu berarti Naeun sudah berusia sekitar 7-8 tahun. Mana mungkin Naeun ingat.

"Gue gak ngarepin Naeun bakal inget gue sih, gue cuma pengen liat dia yang sekarang."

"Yaudah nanti kapan-kapan gue ajak dia ketemu lo."

"Beneran Jen?"

Jeno mengangguk sambil mulutnya yang masih sibuk mengunyah. Walaupun masakan Siyeon jauh dari kata enak tapi jika sedang lapar makanan apapun akan habis. Apalagi Jeno ini termasuk orang yang sangat suka makan.

"Jujur deh masakan gue sebenernya enak kan?" Siyeon mengkerutkan dahinya karena Jeno makan dengan sangat lahap.

"Lo serius nanya gitu?"

"Kenapa emang?"

"Gue kepaksa karena lagi laper. Kalo lagi gak laper mana mau gue makan makanan hambar ini."

Siyeon memukul-mukul kecil tangan Jeno karena ia kesal, Jeno hanya mengaduh kesakitan sambil nyengir-nyengir tanpa dosa. Jeno tidak berubah selalu jahil dan menyebalkan, Siyeon merasa lega karena setidaknya Jeno tidak sedingin saat pertama kali mereka bertemu.





Endless | Jeno Siyeon (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang