Sebelas

425 66 9
                                    

Siyeon membuka matanya perlahan begitu matahari menyeruak masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siyeon membuka matanya perlahan begitu matahari menyeruak masuk. Ia meregangkan badannya sebelum akhirnya sadar dimana ia berada. Siyeon mengerjap-ngerjapkan matanya, seingatnya semalam ia tidur di ruang tamu kenapa sekarang ia ada di kamar dan lagi tidak mungkin ini kamar Naeun karena hampir seluruh perabotan di dominasi oleh warna hitam dan tepat di depan kasur terdapat 2 PC berukuran besar khas anak gamers. Siyeon buru-buru beranjak keluar dari kamar yang sudah bisa dipastikan bahwa itu kamar Jeno.

Keluar dari kamar Siyeon malah menemukan sosok wanita tidak asing sedang bersantai di ruang tamu. Baik Siyeon maupun wanita itu sama-sama terkejut.

"Lo? Ngapain disini?" Tanya wanita itu.

"Lo berani muncul lagi di hadapan gue sama Jeno?"

"I-itu.. Kak.. Gue.. Gue.. "

"Barusan lo keluar dari kamarnya Jeno? Lo ngerayu Jeno biar mau balikan sama lo ya?!!"

"Nggak, nggak Kak gue-"

"Pergi gak lo dari sini?"

"Kak-"

"PERGI!!"

Tidak ada pilihan lain Siyeon memilih untuk pergi, namun baru saja beberapa langkah tangan besar Jeno menahannya dan membiarkannya bersembunyi di belakang Jeno.

"Jen biarin dia pergi, dia gak tau diri beraninya masuk lagi ke rumah ini."

"Kim Yerim! Lo diem!"

"Jen, dia Siyeon cewek yang udah bikin lo kecewa dulu."

Siyeon mengeratkan pegangannya pada lengan baju Jeno.

"Mening lo pergi sekarang, gue ada urusan sama Siyeona."

"Lo udah gila? Dia itu-"

"Gue bilang keluar Yer, nanti gue bisa jelasin sama lo." Jeno merendahkan suaranya dengan tatapan serius. Jeno itu berhati lembut tapi apabila sudah marah dia akan menjadi menakutkan. Mau tak mau Yeri menuruti kemauan Jeno, sebelum benar-benar keluar Yeri sempat melayangkan tatapan permusuhan pada Siyeon dan dengan sengaja menabrak bahu Siyeon.

Jeno membalikkan badannya dan melihat Siyeon masih menunduk ketakutan.

"Hei, gpp Yeri udah pergi." Jeno memegang kedua bahu Siyeon kemudian tersenyum teduh.

"Hng? I-iya."

"Sorry yaa, lo tau kan Yeri dari dulu emang gitu."

Siyeon mengangguk.

Yeri adalah sepupu Jeno yang merupakan anak dari kakak Jessica

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeri adalah sepupu Jeno yang merupakan anak dari kakak Jessica. Mereka hanya terpaut usia 1 tahun dengan Yeri yang lebih tua, keduanya sudah sangat dekat dari kecil karena rumah mereka juga berdekatan. Yeri dan Jeno selalu satu sekolah dari sekolah dasar sampai satu universitas. Berbeda dengan Jeno yang hangat, Yeri adalah orang yang terbilang galak dan judes ia ditakuti oleh hampir seluruh siswa perempuan dulu, ia juga selalu mempunyai genk. Yeri selalu terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada seseorang, dan apabila sudah masuk ke dalam list orang yang tidak disukainya kalian akan selalu merasa terpojok dan ketakutan setiap kali melihatnya walaupun dari kejauhan.

Dulu saat masih berpacaran dengan Jeno, Siyeon dekat dengan Yeri karena Yeri juga selalu bersikap sangat baik pada Siyeon. Namun setelah mengetahui bahwa Siyeon mengecewakan Jeno, Yeri langsung berubah 90 derajat, Siyeon menjadi salah satu orang yang tidak disukai Yeri. Sejak saat itu Siyeon selalu merasa ketakutan setiap melihat Yeri, karena wanita itu selalu melayangkan tatapan permusuhan. Yeri juga pernah memojokkan Siyeon di dalam sebuah ruangan bersama dengan teman-temannya, ia memang tidak pernah melakukan bullying secara fisik namun dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya yang sangat tajam.Jujur saja Siyeon tidak mempunyai banyak teman, bahkan bisa dibilang tidak punya sama sekali tapi itu lebih baik daripada mempunyai 1 musuh.

Melihat Siyeon masih melamun Jeno mencubit kedua pipi Siyeon gemas, "Udah gak usah dipikirin." Senyuman Jeno mengembang, "Mening sekarang kita cari sarapan yuk."

"Kita mau kemana Jen?" Tanya Siyeon setelah mereka keluar dari rumah dan saat ini sedang menunggu taxi datang.

"Ke caffe breakfast gitu."

Siyeon menghela nafas, kemudian ia menarik lengan Jeno. Mereka berjalan selama kurang lebih 7 menit untuk sampai di kedai kecil yang menjual bubur dan berbagai sup hangat.

"Lo masih inget tempat ini?" Keduanya kini sudah duduk di salah satu meja di sana.

Jeno mengangguk sambil melihat-lihat kedai yang dulu sering ia kunjungi bersama Siyeon.

"Dulu kita sering banget kan makan disini."

Kurva di bibir Jeno otomatis terangkat begitu mengingat kenangan lama. Dulu entah berapa kali panas dan berapa kali hujan mereka selalu makan disini. Banyak sekali kenangan yang terjadi disini, mulai dari mereka yang selalu berbagi cerita menyenangkan disini, berantem ditempat ini dan masih banyak lagi, tempat ini benar-benar penuh oleh tawa. Jeno tidak pernah kesini lagi sejak 3 tahun walaupun tempatnya sangat dekat dengan rumahnya, padahal masakan disini benar-benar sangat enak dan membuat ketagihan.

"Lo masih inget nenek pemilik kedai ini?"

"Inget. Dulu dia baik banget kan sering ngasih kita makanan tambahan terus suka ngasih diskon. "

Siyeon mengangguk, "Nenek udah meninggal tahun lalu dan tadi yang nganterin pesenan kita itu anaknya sekarang yang nerusin kedai ini."

"Serius?"

Siyeon mengangguk dengan raut wajah sedih.

"Kalo tau gitu mungkin gue bakal lebih sering kesini."

"Its okay." Siyeon mengusap-usap telapak tangan Jeno, "Lo kan ngga tau nenek bakal pergi secepat itu. Udah sekarang makan dulu yaa. "

Jeno mengangguk tapi bukannya makan ia malah asyik memperhatikan Siyeon. Cara Siyeon makan membuatnya terseret lagi ke masa lampau, Siyeon masih sama seperti dulu ia tidak berubah sama sekali. Selalu hangat, selalu ceria, selalu penuh perhatian, selalu sederhana, selalu sangat ingin Jeno lindungi dan selalu.. sangat cantik. Tiba-tiba ada gejolak aneh yang Jeno rasakan dalam dadanya, selama 3 tahun ke belakang Jeno selalu berusaha melupakan semua kenangan bersama Siyeon. Padahal lebih banyak kenangan indah yang akan membuat hati menghangat apabila diingat lagi. Jeno baru menyadari, bahwa selama ini ia ternyata serindu itu pada Siyeon.

"Siyeona."

"Hmm?" Siyeon masih sibuk makan sup hangat dengan sebelah tangan yang memegangi rambut panjangnya.

Refleks Jeno berpindah tempat ke sebelah Siyeon kemudian mengikatkan rambut Siyeon sama seperti yang biasa ia lakukan dulu.

Gue kangen sama lo. Harusnya kalimat itu terucap dari mulut Jeno tapi ia mengurungkannya, "Makan yang banyak yaa."












Endless | Jeno Siyeon (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang