Jeno sudah tiba di sungai Han, matanya berkeliling mencari kebaradaan Yeji. Tadi Yeji menangis saat menelpon dan dia mengatakan bahwa ia sedang berada di sungai Han sendiri. Setelah berkeliling sebentar Jeno menemukan Yeji sedang duduk sendirian dengan bahu yang terlihat bergetar dari belakang.
"Ji?"
Begitu Yeji mendongkak Jeno terkejut karena menemukan lebam di pipi juga bibir Yeji, "Lo kenapa?!" Tanya Jeno panik.
Yeji tidak menjawab, ia malah memeluk Jeno kemudian tangisannya semakin menjadi di dekapan Jeno. Jeno balas memeluk Yeji mengusap-usap belakang kepala Yeji memberikannya ketenangan, sudah lama sekali rasanya Jeno tidak bertemu bahkan memeluk Yeji. Gadis itu terlihat lebih kurus dibandingkan saat terakhir kali mereka bertemu.
Setelah merasa Yeji sudah cukup tenang, Jeno menatap dalam Yeji, "Lo kenapa? Siapa yang udah bikin muka lo gini?" Tanyanya lembut.
Yeji menunduk menggelengkan kepalanya pelan.
"Gue perlu tau Ji."
".... Hyunjin." Jawab Yeji sangat pelan yang untungnya masih bisa terdengar oleh Jeno.
"APA?! HYUNJIN?!"
Jeno beranjak dari duduknya hendak pergi menemui Hyunjin namun Yeji menahannya.
"Don't do that.. Please."
"Dia tuh udah berapa kali kayak gini ke lo Ji? Waktu di ulangtahun Lia juga gitu, dia harus di kasih pelajaran."
"Waktu itu gak sengaja Jen."
"Tetep aja! Dia gak boleh kayak gini."
"Gue gak mau lo berantem Jeno."
Jeno membuang nafas kesal tidak mau menatap Yeji, gadis itu selalu membiarkan Hyunjin berprilaku seperti itu.
"Jeno."
Jeno masih tidak mau menoleh.
"Lee Jeno."
Jeno pasrah ia menoleh, "Makasih yaa udah dateng kesini." Ujar Yeji sembari tersenyum.
Melihat Yeji tersenyum membuat Jeno seperti melihat dirinya, kata orang Jeno dan Yeji itu mirip, keduanya sama-sama mempunyai eye smile yang mana apabila tersenyum atau tertawa akan hilang dan membentuk bulat sabit. Jeno hanya mengangguk-angguk, "Yaudah sekarang pulang yuk? Kayaknya bentar lagi mau ujan."
Yeji mengangguk dan keduanya berjalan menuju mobil Jeno untuk mengantar Yeji ke rumahnya.
15 menit mereka habiskan hanya untuk saling diam selama di perjalanan, Yeji masih sedih mengingat tingkah laku Hyunjin sedangkan Jeno bingung dengan apa yang ia rasakan kini setelah lama tidak bertemu Yeji.
"Makasih ya Jen udah nganterin gue pulang."
"Gak nawarin gue masuk dulu?"
"Lo mau masuk?"
Jeno mengangguk, "Kalo nggak sama gue itu luka pasti gak akan lo obatin."
Yeji tertawa kecil kemudian mempersilahkan Jeno masuk. Rumah Yeji sepi hanya ada ART dan satpam yang selalu diam di depan, orangtuanya selalu pulang larut.
Jeno mengobati luka lebam di bibir Yeji dengan telaten, mukanya yang sangat serius membuat Yeji tidak kuat gemas hingga tawanya keluar.
"Kok ketawa?!"
"Lo gak berubah Jen." Jawabnya masih dengan sisa tawa.
"Setahu gue sih, gue bukan spiderman jadi gue gak bisa berubah."
Tawa Yeji semakin menjadi membuat Jeno ikut tertawa.
"Jeno?"
"Hmm?"
"Gue boleh minta tolong sekali lagi?"
Jeno menatap lembut Yeji kemudian mengangguk mengiyakan.
"Temenin sampai gue tidur kayak dulu...... bisa?"
Jeno terdiam untuk beberapa saat, sebenarnya bukan hal yang sulit dilakukan bagi Jeno tapi itu dulu, sekarang rasanya berbeda karena Yeji bukan miliknya lagi dan Jeno tiba-tiba memikirkan Siyeon, ia kembali ingat kejadian dimana ia meninggalkan Siyeon sendirian di gedung saat ulang tahun Lia. Akhir-akhir ini Siyeon lebih banyak yang memenuhi pikirannya di bandingkan dengan Yeji, apakah ia harus menolak dan segera kembali ke flat Siyeon dan mencoba cake yang sepertinya sudah berhasil ia buat? Atau memilih membuat Siyeon menunggu sendirian lagi?
🐾🐾
***
Drrt. drrt.
Ponsel Jeno terus bergetar selama kurang lebih daari 30menit yang lalu, terdapat 3 panggilan tidak terjawab dari Siyeon. Baik telepon atau pesan dari Siyeon tidak ada satupun yang terbalas atau terangkat. Lagi pula sepertinya sang pemilik ponsel meninggalkan ponselnya itu di mobilnya.
Jen, gue bakal nunggu lo. Selama apapun urusan lo, gue bakal nunggu. Karena cake ini harus lo makan hari ini.
Siyeon hanya bisa menghela nafas, sambil berharap Jeno akan datang secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless | Jeno Siyeon (✓)
Romance"Lo mau gak jadi pacar gue lagi?" Satu kalimat yang berhasil memporak-porandakan hati Siyeon.