Sebenarnya Siyeon tidak begitu mengingat apa saja yang terjadi malam itu. Siyeon bahkan tidak ingat jika ia dipeluk Ojun yang membuat Jeno jadi salah paham. Malam itu serangkaian moment terjadi begitu cepat. Saat tiba di rumah sakit semua orang sudah menangis, Ibu menangis ia bahkan kehilangan kesadarannya, kakaknya sedang menangis tersedu-sedu di pelukan suaminya. Siyeon tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai pintu UGD di buka dan membawa Papa yang seluruh tubuhnya sudah di tutupi kain. Siyeon ambruk. Dunianya seolah berhenti berputar.
Secepat itu Papa pergi, tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Siyeon. Tanpa membiarkan Siyeon melihat senyumnya untuk yang terakhir kalinya. Tanpa memberikan Siyeon kesempatan untuk bisa membuatnya bahagia. Tanpa memberikan Siyeon kesempatan untuk meminta maaf karena sudah memintanya menjemput Siyeon malam itu.
Saat itu Siyeon merasa kosong, jangankan ingat Jeno atau berusaha menghubunginya apalagi setelah ponselnya rusak, sekali lagi Siyeon bahkan tidak ingat bahwa Ojun selalu ada di sisinya bersamanya sejak di rumah sakit hingga saat pemakaman.
Siyeon menyalahkan dirinya atas kepergian Papa, ini salahnya karena sudah membuat Papa harus menjemput Siyeon saat hujan turun begitu deras. Jika Siyeon tidak meminta Papa untuk menjemput, mungkin saat ini Papa masih ada bersamanya. Mungkin Siyeon tidak akan pernah melihat Ibu menderita sampai seperti itu.
Sejak saat itu Siyeon terus menyalahkan dirinya, ia mengurung dirinya di kamar. Siyeon tidak mau makan, tidak mau juga menemui siapapun. Ia hanya ingin terus menyalahkan dirinya karena sudah membuat Papa pergi. Siyeon sudah seperti mayat hidup, yang enggan untuk hidup tapi terlalu takut untuk melakukan hal-hal yang bisa membuatnya menyusul Papa. Siyeon tidak mau berbicara dengan Ibunya karena ia merasa sangat bersalah sudah membuat orang yang Ibu cintai itu pergi untuk selamanya.
Siyeon tidak memikirkan apapun lagi selain terus menyalahkan dirinya. Ia mengutuk dirinya sendiri karena tidak ingat Jeno dan tidak berusaha untuk memberinya kabar. Saat itu Siyeon memang pergi ke rumah sakit bersama Ojun karena ada beberapa hal mengenai administrasi yang masih belum beres, Ibu tidak bisa pergi karena keadaannnya masih belum membaik, kakaknya juga tidak bisa pergi karena harus menjaga anaknya yang masih sangat kecil. Jadi mau tak mau Siyeon yang harus pergi walaupun keadaannya juga tidak karuan, dan kebetulan saat itu ada Ojun.
Siyeon menyesali karena setelah menghilang tanpa kabar, Jeno harus melihat Siyeon sedang bersama dengan Ojun. Siyeon tahu sejak dulu Jeno tidak pernah suka Ojun, dan lelaki itu selalu melarang Siyeon untuk tidak berhubungan dengan Ojun. Wajar saja jika saat itu Jeno marah, kecewa dan berpikir jika Siyeon sudah mengkhianatinya.
Jangan pernah muncul lagi di depan gue.
Setelah berkata seperti itu Jeno berlalu begitu saja, dan Siyeon hanya bisa menatap punggung Jeno yang semakin menjauh. Bukan Siyeon tidak mau menahan atau bahkan menjelaskan semuanya, Siyeon ingin namun tenaganya seperti sudah habis. Lagi pula Siyeon salah karena tidak berusaha memberi kabar pada Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless | Jeno Siyeon (✓)
Romance"Lo mau gak jadi pacar gue lagi?" Satu kalimat yang berhasil memporak-porandakan hati Siyeon.