Malamnya Jeno menjemput Siyeon di flat nya, gadis itu terlihat masih bersiap-siap. Jadi Jeno menunggunya di sofa.
"Jen gue harus pake baju apa?" Teriak Siyeon masih di dalam kamarnya.
"Baju yang lo punya."
"Ih maksud gue baju yang kayak gimana?"
"Hmm... Baju yang bikin lo nyaman?"
"Serius?"
Jeno mengangguk padahal Siyeon tidak bisa melihatnya.
"Jeno jawab!!!"
"Iya Siyeonaaaaa."
Jeno kembali fokus pada ponselnya, jemarinya menari-nari diatas layar membalas beberapa ucapan dari orang terdekatnya.
"Jen?"
"Hmm? Udah?"
"Gue harus dandan ga?"
Jeno menghela nafas, "Biasanya lo suka dandan ga?"
"Nggak."
"Yaudah gak usah."
"Serius?"
Alih-alih menjawab Jeno memilih untuk mendatangi gadis itu di kamarnya. Siyeon yang sedang berdiri di depan kaca membalikkan badannya.
".... Gue gini doang gpp Jen?"
"Emang kenapa kalo gitu?"
Siyeon memainkan kuku jarinya, "Gue.."
Jeno berjalan beberapa langkah lebih dekat ke arah Siyeon, "Lo udah cantik Siyeona." Ujarnya dengan sangat lembut, tangannya terulur untuk membenarkan anak rambut Siyeon yang keluar dari tepi wajahnya, "Kita berangkat sekarang ya? Bunda udah nungguin."
Siyeon mengangguk terbata.
Namun setibanya di restoran pun Siyeon masih merasa tidak percaya diri. Siyeon tidak berdandan, hanya memoles tipis wajahnya dengan bedak dan mewarnai bibirnya dengan lipstik berwarna pink. Siyeon juga hanya menggunakan celana jeans dengan kemeja panjang sebagai atasan. Siyeon merasa tidak percaya diri harus menemui keluarga Jeno dengan tampilan sangat biasa seperti itu. Padahal Jeno pun hanya menggunakan celana dan jaket jeans yang hampir senada, namun lelaki itu selalu terlihat sangat tampan menggunakan pakaian apapun.
Tepat di depan pintu ruangan privat yang sudah dipesan, Siyeon menahan tangan Jeno.
"Jen gue beneran gpp kayak gini?"Jeno memegang sebelah pipi Siyeon kemudian tersenyum hangat, "Gue tanya, lo nyaman gak pake baju itu?"
"Nyaman."
"Yaudah lo gak perlu ngerasa gak percaya diri. Jangan pikirin apa pendapat orang lain tentang penampilan lo kalo lo nyaman dengan baju yang lo pake."
"..............."
"Hmm?" Jeno mencubit gemas pipi Siyeon kemudian beralih menggenggam tangan Siyeon dan membawanya ke dalam.
Ternyata bukan hanya bunda, papa dan Naeun yang ada di dalam, Yeri juga ada disana. Namun bukan Yeri yang membuat Siyeon juga Jeno terkejut, Yeji sudah duduk di sebelah Yeri.
Yeri dan juga Yeji membuat Siyeon kembali merasa tidak percaya diri, mereka hanya menggunakan pakaian casual biasa namun tetap terlihat sangat cantik dan elegan. Ingin rasanya Siyeon pulang saja malam ini.
"Yeji, lo kok disini?" Jeno melepaskan genggamannya.
"Gue yang ngundang." Sahut Yeri.
"Kak Siyeon ayo sini duduk sama Naeun." Naeun tahu-tahu sudah mendekati Siyeon dan menarik tangannya untuk duduk di sebelahnya yang juga di sebelah Yeji.
Donghae dan Jessica sempat berbasa-basi kepada Siyeon kemudian makan malam pun berlanjut. Mulai dari acara meniup lilin atas permintaan Naeun yang juga menjadi orang yang paling heboh ingin ikut meniup, sampai berlanjut dengan makan-makan.
Jeno selalu bersikap manis, selalu membawakan makanan dan juga minuman untuk Siyeon. Namun hal itu ia lakukan juga pada Yeji.
Makan malam berlangsung sekitar kurang lebih satu jam, tapi Siyeon merasa seperti sudah seharian berada disana. Siyeon tidak tahan melihat Jeno yang membagi perhatiannya, Siyeon juga bingung harus bagaimana ketika sepertinya semua orang terlihat lebih akrab dengan Yeji, Siyeon juga takut dengan Yeri yang selalu menatapnya tajam.
Siyeon bisa bernafas lega setelah akhirnya acara berakhir, namun lagi-lagi selalu ada saja hal yang tidak terduga. Yeji tiba-tiba ambruk begitu ia bangkit dari kursi membuat semua orang yang ada disana panik.
"Ji lo gpp?" Jeno yang panik langsung mendekati Yeji.
"Gpp Jen, gue cuman pusing."
"Tadi lo kesini naik apa?"
"Naik taxi."
"Jen lo anterin Yeji gih, kalo dia kenapa-napa gimana?" Suruh Yeri.
Jeno terlihat ragu, bukannya tidak mau, Jeno juga tidak akan tega membiarkan Yeji pulang sendirian naik taxi, tapi Jeno sudah berjanji pada Siyeon katanya gadis itu mempunyai sesuatu yang ingin ia berikan pada Jeno di flat. Jeno menoleh ke arah Siyeon yang juga sedang menatapnya.
Ingin sekali rasanya Siyeon melarang Jeno untuk pergi (lagi) bersama Yeji, namun Siyeon tahu tidak seharusnya ia bersikap seperti itu. Akhirnya Siyeon memberikan senyumannya pada Jeno, "Gpp Jen, anterin aja dulu."
"Lo ikut dulu sama bunda ya? Tungguin di rumah gue, oke?"
Siyeon mengangguk-angguk. Jeno pun pergi sambil merangkul Yeji, membuat mata Siyeon berkaca-kaca namun sudah jelas ia tidak boleh menunjukkannya di depan Naeun dan yang lainnya.
Yeri tersenyum senang.
"Kita tungguin Jeno di rumah yaa?" Ujar Jessica sambil merangkul Siyeon dan membawanya pergi bersama.
Untunglah selain Yeri, keluarga Jeno yang lain sangat baik pada Siyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless | Jeno Siyeon (✓)
Storie d'amore"Lo mau gak jadi pacar gue lagi?" Satu kalimat yang berhasil memporak-porandakan hati Siyeon.