Tiga Belas

419 59 17
                                    

Katanya membanding-bandingkan pasangan dengan masa lalu itu sangat amat di larang, karena nantinya kita hanya akan melihat kekurangan pada pasangan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya membanding-bandingkan pasangan dengan masa lalu itu sangat amat di larang, karena nantinya kita hanya akan melihat kekurangan pada pasangan kita. Jeno tidak berniat membandingkan tapi apa yang Jeno rasakan saat bersama Siyeon dan wanita lain selalu terasa sangat bertolak belakang. Jika katanya dengan membandingkan kita hanya akan melihat kekurangan pasangan kita, itu benar. Jeno sendiri bisa membuktikannya. Dulu setiap ia mempunyai pacar baru ia selalu membandingkan dan memikirkan Siyeon, jika bersama Siyeon pasti seperti ini, jika Siyeon pasti seperti itu, yang akhirnya membuat kekurangan pacarnya semakin terlihat jelas. Namun saat ini rasanya benar-benar berbeda, kata-kata itu pun menjadi tidak berlaku untuk Jeno. Saat bersama Siyeon, jujur saja Jeno selalu memikirkan dan membandingkannya dengan Yeji.

Tapi bukannya kekurangan Siyeon yang makin terlihat jelas, melainkan pesonanya yang semakin terpampang nyata oleh Jeno. Jeno tidak tahu, apakah ini karena Siyeon yang benar-benar merupakan gadis istimewa, atau justru karena memang hatinya itu hanya untuk Siyeon, karena ia selalu melihat kekurangan wanita lain saat membandingkannya dengan Siyeon.
Jika menurut kalian Jeno berlebihan itu terserah kalian, karena benar-benar seperti itu yang Jeno rasakan.

"Jen, lo punya motor kan?" Tanya Siyeon suatu hari ketika Jeno menjemputnya kerja.

"Punya, kenapa emang?"

"Lo lebih sering pake mobil daripada motor lo, karena apa?"

"Hmm.. Biar lo gak kepanasan atau keujanan?"

"Ih serius Jeno!"

Jeno terlihat berpikir sejenak, "Gue gak tau Siyeonaaa, gak ada alesan khusus juga kayaknya."

"Berarti bukan karena lo gak suka naik motor kan?"

Jeno hanya mengangguk-angguk matanya tak beralih melihat jalan.

"Kalo gitu, besok kalo mau anterin gue kerja pake motor yaa?"

Jeno menoleh sebentar dengan dahi yang berkerut, "Kenapa? Ngga ngga, kalo pagi kan dingin lo bisa kedinginan."

"Ih ngga akan Jen, gue bisa jamin. Yaa? yaa? yaaaaa?" Siyeon merajuk dengan memasang muka memelas. Jika sudah seperti itu Jeno mana bisa menolak. Siyeon si gadis yang jarang bersikap feminim itu terlihat sangat menggemaskan jika sudah meminta sesuatu seperti itu.

Besoknya Jeno benar-benar datang ke rumah Siyeon dengan menaiki motor, motor matic itu sudah lama sekali rasanya tidak pernah digunakan siapa pun. Terakhir ia menggunakan motor itu mungkin sekitar 3 bulan yang lalu saat mobilnya sedang di service.

Siyeon keluar dari flat-nya dengan mata yang berbinar setelah melihat Jeno sudah menunggunya dengan duduk di motor.

"Kenapa sih pengen naik motor?" Protes Jeno sambil memakaikan Siyeon helm.

Siyeon tidak menjawab, malah tertawa menampilkan gigi rapinya tanpa dosa kemudian mengajak Jeno untuk segera berangkat.

Di sepanjang perjalanan Siyeon menjadi lebih aktif berbicara, biasanya di mobil juga seperti itu namun tidak seaktif sekarang.

Endless | Jeno Siyeon (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang