"Baju ganti udah, make up udah, alat mandi juga udah, eh sisir belom," jari lentik Aratasha meraih sesuatu dalam laci nakas kamarnya. Meraih sebuah sisir lalu memasukkannya dalam koper.
Saat ini Aratasha sedang menyiapkan barang-barang yang akan menemaninya pergi ke tanah kelahirannya. Jogjakarta.
Besok pesawat take off pukul setengah tujuh, jadi ia harus menyiapkan barang-barangnya malam ini juga.
Ia juga sempat minta izin ke atasannya untuk mengambil cuti selama seminggu. Awalnya ia kena protes oleh atasannya dan bahkan karyawan lain juga karena ia sudah banyak mengambil cuti. Tapi apalah daya permintaan Aratasha harus selalu dituruti.
Setelah semuanya beres, Aratasha menutup kopernya rapat-rapat. Ia mencepol rambutnya lalu berbaring di kasur empuk kamarnya.
Rasanya sungguh lelah setelah tadi sampai apartemen pukul lima sore dan setelah itu langsung menyiapkan segala hal untuk berangkat ke Jogja. Belum lagi besok ia harus bangun pagi agar tidak ketinggalan pesawat. Lagipula ia sebenarnya tidak ada niatan sama sekali untuk pulang ke Jogja. Tapi ini semua untuk membalas budi pada kakak sepupunya yang tak lain adalah Gentala yang selalu ada untuknya.
Tok tok tok
Pintu kamarnya diketuk dari luar. Ia pun mengernyit. Gentala jarang mengetuk pintu kamarnya. Laki-laki itu biasanya hanya memanggilnya dan langsung masuk.
Aratasha beranjak lalu membuka pintu kamarnya. Tampak gadis berambut pendek di hadapannya. Gadis itu terlihat cemberut sambil melipat tangannya di depan dada.
"Nugi? Lo ngapain ke sini malem-malem?" Aratasha menarik lengan Nugi agar masuk ke kamarnya.
"Hai, Cha!," Sapa seseorang yang tiba-tiba muncul di belakang Nugi.
"Renita! Kamu ke sini bareng Nugi?," Aratasha memeluk Renita dengan lembut. Renita pun membalasnya.
"Gue kesini sendiri, cuman ada yang nguntit," jawab Nugi dengan sinis. Ia berbaring di kasur Aratasha tanpa disuruh.
"Aku tadi ketemu Nugi di minimarket deket sini, aku tebak dia pasti mau ke apartemen kamu, jadi aku ikut, Cha," Renita berkata dengan lembut. Berbanding terbalik dengan hatinya yang seakan ingin mencabik mulut pedas Nugi.
"Lo ke minimarket pasti beli jajan buat gue ya? Mana, Gi?," Tagih Aratasha. Ia mengulurkan tangannya di hadapan Nugi.
Nugi merogoh sakunya lalu meletakkan lima biji permen di telapak tangan Aratasha. Wajahnya masih cemberut. Sungguh gadis parasit itu membuat mood-nya hancur. Sebenarnya ia ingin menemui Aratasha karena ia mendengar bahwa gadis itu akan pergi ke Jogja. Tapi kehadiran Renita membuat ia terganggu.
"Lo ke minimarket cuma beli permen lima biji?," Tanya Aratasha dengan heran.
"Tadinya gue pengen beli cemilan tapi nggak jadi,"
"Kenapa?,"
"Keburu ada penguntit, males gue,"
Nugi berkata dengan sadis. Sedangkan Renita mendengus menahan emosinya. Kalau Nugi bukan sahabat Aratasha, ia pastikan mulut Nugi sudah jadi oseng-oseng pake cabe biar makin pedes.
"Hmm Cha, katanya kamu mau balik ke Jogja ya?," Tanya Renita yang sedari tadi masih berdiri di dekat pintu.
"Iya. Rencananya besok setengah tujuh pesawat aku take off," jawab Aratasha dengan senyum lebar.
"Sebenarnya aku juga udah ada rencana balik ke Magelang bulan ini, gimana kalau kita barengan?," Renita berkata dengan antusias.
Nugi memutar bola matanya jengah. Ia sudah tau niay Renita dari awal pasti untuk deketin Gentala.
"Boleh dong, Ren. Tapi kamu udah beli tiket?,"
Renita mengacungkan selembar tiket yang baru ia keluarkan dari dalam tote bag-nya sambil tersenyum lebar.
"So, walaupun Tacha nggak mau bareng sama lo, lo tetep bakal maksa kan? Udah beli tiket sebelum bilang ke Tacha gitu!," Sinis Nugi. Kali ini ia memilih menyibukkan diri memotong kuku kakinya daripada harus lama-lama memandang Renita.
"Nggg nggak kok, nggak gitu. Kebetulan aja barengan. Aku udah beli ini seminggu yang lalu. Kan aku udah bilang, emang aku udah ada rencana balik ke Magelang bulan ini," elak Renita. Tentu saja ia berdusta. Ia baru membeli tiket itu setelah tau bahwa Aratasha dan Gentala akan pergi ke Jogja.
"Iyain aja biar cepet," jawab Nugi enggan berbasa-basi,"
"Nugi, udah ah," lerai Aratasha.
"Berarti besok kita ketemu di bandara ya, Ren," Renita mengangguk antusias.
Ini kesempatannya untuk berdekatan dengan Gentala. Ia merasa setelah kehadiran Aratasha, langkahnya mendekati Gentala makin mudah dengan Aratasha yang terbuka dan mau berteman dengannya.
Setelah itu Renita berpamitan untuk pulang dan menyiapkan keberangkatannya esok hari. Sementara Nugi masih setia rebahan di kasur Aratasha.
"Gi, lo kapan pulang sih?," Celetuk Aratasha.
"Lo nggak suka gue ke sini?," Jawab Nugi.
"Jangan ajakin gue maen sekarang, gue besok harus bangun pagi, takut ketinggalan pesawat,"
"Siapa yang ngajakin lo maen, Saodah?? Gue masih doyan batangan kali," Nugi menempeleng kepala Aratasha.
"Bukan maen itu. Maksud gue, jangan ajakin gue ngobrol, gue mau bobok awal biar bangun pagi," Aratasha bergedik. Ya kali ngajakin anu-anu si Nugi.
"Yaudah tidur aja. Gue nggak ajakin ngobrol, gue nginep di sini. Besok pagi gue bantuin prepare biar lo nggak keteter," Aratasha menganga tak menyangka dengan kebaikan Nugi.
Ia memeluk erat Nugi dalam dekapannya. Dibanding dengan Winda dan Ayana, ia memang lebih dekat dengan Nugi yang notabene-nya adalah teman sekelas dan sebangku sejak kelas sepuluh. Sedangkan dengan Winda dan Ayana, mereka hanya sekelas waktu kelas sepuluh saja. Dan kelas sebelas dan dua belas mereka sudah pisah kelas.
"Sahabat gue baik banget sih," mereka masih berpelukan sambil menyatukan pipi mereka.
"Ada imbalannya dong," celetuk Nugi.
Aratasha melepas pelukannya kasar. "Pamrih banget sih, Gi,". Ada sedikit sesal karena menyebut Nugi sebagai sahabat terbaiknya.
"Sebenarnya gampang sih imbalan buat gue,"
Aratasha menaikkan satu alisnya isyarat bertanya pada Nugi.
"Gue tuh cuma pengen jauh-jauh dari cewek parasit bin medusa itu," Nugi berkata dengan gemas sampai meremas sprei Aratasha.
"Why? Renita anaknya baik kok, Gi. Santai aja,"
"Lo nggak tau aja, cewek macem dia mah pasti kerjaannya godain cowok. Liat aja tu, terbaca dari raut wajahnya," Nugi berkata dengan mimik menyeramkan membuat Aratasha bergedik.
"Emang muka Renita buku, bisa dibaca HAHAHHA,"
"Lo masih nggak percaya? Buktinya si Sena aja bisa tergoda akan pesonanya,"
"Ohh jadi ini karena si Sena naksir sama Renita? Bilang dong dari tadi, pake acara baca raut muka segala, emang koran? HAHAHHA," Aratasha terpingkal sambil memegangi perutnya.
Sementara Nugi yang kepalang malu, ia menimpuki wajah Aratasha dengan bantal yang ada dalam kamar.
"Tenang, Gi. Renita tuh naksirnya sama Genta buka sama Sena, jadi lo aman,"
"Apaan sih lo, mau naksir si Sena juga bukan urusan gue," wajah Nugi sudah bagai kepiting rebus. Sedangkan Aratasha tak berhenti menggoda sahabatnya itu
******
Nunggu numbuhin inspirasi setelah hampir seminggu nggak update guyss ehehe
Happy reading, don't forget to vote and comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
ARATASHA (COMPLETED)
ChickLitBerawal saat Ndoro Nyai Riani yang tak lain adalah Mama-nya sendiri yang menitipkannya kepada orang kepercayaan selama ia menyelesaikan skripsi di ibukota. Siapa sangka sosok kepercayaan itu adalah adik sepupu perempuannya yang telah lama menghilang...