Genta, jangan galau dong!

184 9 1
                                    

"Woy, Ma Bro!!," Seseorang menepuk bahu Gentala kala Gentala sedang berjalan di koridor kampus.

Gentala hanya menoleh sambil menaikkan kedua alisnya tanpa membalas sapaan sahabat karibnya itu.

"Diem-diem bae, galau ya, Lo?," Lanjutnya sambil cekikikan.

"Biasa wae," jawab Gentala dengan logat bahasa jawanya yang kental.

"Gimana skripsi lo?,"

"Gimana apanya? Udah selesai lah,"

"Weitss beneran udah selesai?," Tanya Sena dengan takjub.

"Iyalah, emang kenapa?," Gentala tersenyum miring. Seolah itu bukanlah sesuatu yang perlu ia banggakan.

Sena menggeleng takjub. Inilah sahabatnya yang selalu menunjukkan raut wajah yang sama dalam keadaan apapun. Saat sedih ataupun gembira, rautnya selalu saja datar.

"Gue traktir makan sepuasnya di tempat bisa asek nggak?," Sena menahan bahu Gentala agar berhenti melangkah sambil menaik turunkan alisnya dengan jahil.

"Emang skripsi lo udah selesai juga?," Tanya Gentala sambil melepaskan tangan Sena dari bahunya.

Sena menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari menyengir. "Ya, belom sih,"

"Tumben amat pake acara traktir segala? Udah jadi sultan sekarang?,"

"Kan dia baru aja jadian, masak lo nggak tau, Ta?,"

Seseorang tiba-tiba menyambar. Dia adalah Edo dengan Yoan di sampingnya. Edo merangkul Gentala yang akhirnya ditepis oleh Gentala karena merasa jijik.

"Enggak," jawab Gentala singkat.

"Tacha nggak ngasih tau kalo Sena jadian sama Nugi?," Kali ini Yoan yang bertanya.

Mendengar nama Aratasha disebut membuat Gentala spontan berhenti melangkah namun tetap dengan ekspresi datarnya.

"Kenapa lo kaget gitu?," Edo menelisik.

"Ya maklum sih, secara gue tau kalo gue sama Mbak Darta kerjaannya berantem mulu, eh tiba-tiba jadian. Pantes kalo lo kaget," Sena kali ini berasumsi.

Namun asumsi Sena benar-benar meleset. Gentala tidak sedang kaget karena sahabatnya itu kini berpacaran dengan Nugi. Tapi karena ucapan Yoan yang menyebutkan nama Aratasha membuatnya kembali ingat akan lukanya yang masih menganga oleh gadis itu.

Tak mau sahabatnya curiga, Gentala kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran.

"Kita nongki dulu kan? Kan udah ada Pak Bos Sena yang mau traktir kita," ucap Yoan sambil menepuk-nepuk bahu Sena.

"Yoi, Bro!," Sahut Edo.

"Iye-iye gue traktir, santuy, Bosque," Sena berlagak bagai bos di depan ketiga sahabatnya membuat Yoan dan Edo pura-pura muntah.

"Gue nggak ikut,"

Berbeda dengan Edo dan Yoan yang tampak antusias, Gentala malah terlihat paling malas. Ia lebih ingin kembali ke apartemen lalu menikmati kesakitannya sendiri.

"Loh kenapa?," Tanya Yoan.

"Lo nggak mau ikut rayain hari jadian gue?," Timpal Sena dengan wajah melas.

"Gue doain lo langgeng, tapi gue balik duluan aja," jawab Gentala.

"Nggak bisa gitu dong, Bro. Lo juga perlu ajakin Tacha soalnya Winda sama Ayana juga nanti kesana," bujuk Edo.

Lagi-lagi nama Aratasha disebut. Itu membuat Gentala semakin ingin segera sampai apartemen dan berbuat apa saja yang membuat ia tenang tanpa dilihat orang lain.

ARATASHA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang