Loh, Kok?

287 19 3
                                    

Bola matanya mulai bergerak diikuti kelopak matanya yang membuka sedikit demi sedikit untuk menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke matanya.

Ia memegangi kepalanya yang masih terasa agak pusing. Ketika kesadarannya mulai terkumpul, ia mengernyit memerhatikan beberapa orang di sekitarnya.

Ada yang memegang kipas dan mengipasinya dengan panik. Ada juga yang memegang minyak angin yang menurutnya sangat menyengat di hidungnya. Mungkin minyak angin itu juga yang membantunya kembali mendapatkan kesadarannya.

"Shhh," Desisnya pelan.

Orang yang ada di sekelilingnya terlihat tersenyum lebar saat mereka menyadari kesadarannya.

"Tacha udah sadar," celetuk salah satunya. Ia mengenali suara itu. Pasti itu sahabat cemprengnya, Nugi.

"Kak Tacha udah sadar," pekik suara anak kecil yang ia tebak adalah salah satu dari adik kembarnya. Entah Fika ataupun Fiona.

"Sebentar aku panggil Bunda," celetuk satu dari adik kembarnya lagi.

Lalu ia melihat ibundanya tergopoh-gopoh berjalan ke arahnya. Maminya itu duduk di sampingnya dan mengecek keadaannya.

"Gimana? Ada yang sakit?," Tanya Nilam.

Aratasha menggeleng lemah. Walau nyatanya kepalanya masih agak pusing. Ia mengingat semuanya. Siaran televisi itu, calon suaminya. Dan setelah itu ia sudah tak ingat apa-apa lagi.

"Bisa duduk nggak, Cha?," Tanya Winda yang ternyata juga ada di antara orang-orang yang mengelilinginya.

"Bisa," jawab Aratasha dengan lemah.

"Yaudah, gue panggil make up artist-nya buat touch up make up Tacha," izin Ayana.

Gadis yang merupakan salah satu sahabat Aratasha itu pergi entah kemana. Yang pasti Aratasha mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Ayana.

"Ngapain di touch up sih? Acaranya kan udah berantakan," protes Aratasha masih dengan keadaan lemah.

"Sssttt pokoknya tenang aja, lo harus tetap dateng ke gedung, Cha," jawab Nugi.

"Kalian mau bikin malu gue? Mau semua tamu undangan tau kalau gue gagal nikah karena calon suami gue ditangkep polisi?," Cerocos Aratasha. Air matanya sudah siap menerobos keluar lagi.

"Hushh jangan ngomong yang jelek-jelek gitu. Bener kata Nugi, kamu harus tetap datang ke gedung, Sayang. Ini demi kamu sendiri," Nilam meluruskan perdebatan yang terjadi.

Tak lama kemudian, Ayana datang bersama make up artist yang tadi meriasnya. Aratasha hanya menurut saja apa yang akan dilakukan Maminya dan ketiga sahabatnya itu. Yang pasti ia sudah tidak lagi punya gairah untuk melakukan apa-apa setelah tau apa yang sebenarnya terjadi pada Naufal.

Aratasha jadi ingat saat ia bertemu dengan Naufal di Jakarta dan ia menabrak seseorang dan kameranya. Saat itu Naufal mengunci mobilnya dan membiarkan Aratasha di luar walau Aratasha sudah mengetuk kaca mobil beberapa kali.

Saat ini Aratasha sadar bahwa seseorang yang ia tabrak itu adalah seorang wartawan. Dan Naufal tak ingin wartawan itu mengetahui keberadaannya.

Dan beberapa hal aneh lagi seperti Naufal yang tak ingin kembali ke Jogja bersamaan dengan dirinya serta yang terakhir yaitu saat acara tadi malam Naufal datang dengan baju berantakan. Aratasha berasumsi bahwa itu semua ada hubungannya dengan kondisi Naufal yang merupakan seorang buronan.

Memikirkan itu membuatnya makin pening. Air matanya mengalir tanpa diminta. Ia mengusap hidungku yang mengeluarkan air.

"Mbak, kok nangis?," Tanya sang make up artist yang tak tau apa-apa tentang apa yang telah terjadi.

ARATASHA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang