Pagi menyapa. Mungkin bagi sebagian orang, menjumpai pagi dan harus kembali melakukan rutinitas adalah sebuah hal yang tidak mereka sukai.
Tapi lain halnya yang dirasakan oleh dua insan yang sedang dimabuk cinta itu. Keduanya masih bergelung pada satu selimut yang sama. Di kamar hotel yang sengaja mereka sewa untuk malam pengantin mereka. Jangan dipikirkan apa yang terjadi tadi malam, nanti kepengen loh, haha.
Mata si wanita terbuka perlahan. Ia melihat jam dinding. Ternyata baru jam enam pagi. Ia beranjak bangun dari tempat tidurnya untuk ke toilet.
"Mau kemana?," Langkahnya terhenti ketika suaminya bertanya.
"Mau ke kamar mandi, Genta mau ikut?," Jawabnya dengan polos.
"Mau," dengan mata sipit karena baru bangun, masih saja Gentala menggoda Aratasha. Membuat Aratasha kembali tersenyum malu.
"Genta tidur lagi aja sana," sinis Aratasha. Ia menggigit pipi dalamnya untuk menahan senyum.
Sedangkan Gentala tersenyum miring ketika adik sepupunya itu, Eh, maksudnya istrinya itu menutup pintu kamar mandi dari dalam.
Memiliki Aratasha adalah sebuah anugerah. Hanya wanita itulah yang bisa mengubah pribadinya yang dingin dan cuek pada apapun walau nyatanya ia hanya bisa berubah saat ada Aratasha saja, selain itu jarang.
Tak lama kemudian, Aratasha kembali dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Mungkin dia habis cuci muka dan gosok gigi.
"Tacha mandi sekalian ah, tanggung," ucap Aratasha.
"Barengan yuk!," Usul Gentala dengan antusias.
"Genta jangan kayak Sena deh, mesum," sinis Aratasha lagi.
"Biarin, sama istri sendiri ini,"
Aratasha membatin. Benar juga kata Gentala. Masih bagus Gentala menggodanya daripada menggoda orang lain. Membayangkannya saja miris.
"Awas sampe berani godain cewek lain," ancam Aratasha dengan tatapan menusuk pada Gentala.
Bukannya takut, Gentala malah terkikik. Ancaman Aratasha tidak terlihat menakutkan sama sekali, yang ada membuatnya geli melihatnya.
"Kok malah ketawa?," Pekik Aratasha.
"Lucunya istrikuuuu," Gentala mencubit pipi Aratasha dengan gemas.
Aratasha menepuk tangan Gentala agar melepaskan cubitannya. "Sakit tau Genta,"
"Abis gemes,"
"Emang Tacha dedek bayi?,"
"Kamu bukan dedek bayi, tapi dedek gemesh,"
Aratasha melototkan matanya. Sedangkan Gentala masih terkikik geli.
"Ihhh masak samain Tacha sama dedek gemesh? Emang Tacha cewek apaan?," Pekik Aratasha lagi.
"Iya kamu kan emang dedek gemesh simpenan Om Gentala, HAHAHA,"
"Nggak lucu!,"
Aratasha kembali masuk ke kamar mandi. Sedangkan Gentala memegang perutnya karena terlalu keras tertawa.
Setelah beberapa saat, baru ia bisa berhenti tertawa. Pikirannya mengawang. Kapan terakhir kali ia tertawa sekeras ini? Ia rasa tidak pernah. Dan lagi-lagi, Aratasha lah yang membuatnya. Menggoda Aratasha adalah sebuah hobi baginya sejak kemarin di acara resepsi mereka. Dan itu menyenangkan.
Gentala beranjak dari tempat tidur dan mengendap-endap ke arah kamar mandi. Ia memutar kenop pintu kamar mandi, namun sayangnya terkunci dari dalam. Rupanya Aratasha benar-benar terpancing godaannya tentang mandi bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARATASHA (COMPLETED)
ChickLitBerawal saat Ndoro Nyai Riani yang tak lain adalah Mama-nya sendiri yang menitipkannya kepada orang kepercayaan selama ia menyelesaikan skripsi di ibukota. Siapa sangka sosok kepercayaan itu adalah adik sepupu perempuannya yang telah lama menghilang...