"Gentala??," Mata Aratasha melotot tajam saat melihat Gentala duduk di kursi mempelai pria.
Aratasha melihat sekelilingnya. Semuanya tersenyum memerhatikannya dan Gentala. Bahkan Ibunya sendiri dan sahabatnya. Jadi ini yang mereka rencanakan sejak tadi.
Aratasha kembali menatap Gentala dari atas sampai bawah. Pria itu tidak lagi menggunakan setelan beskap yang seragam dengan anggota keluarganya. Tapi Gentala menggunakan beskap putih yang serasi dengan kebaya yang ia kenakan. Di telinganya terselip bunga melati yang menambah keserasian mereka.
"Kok Genta_" Aratasha berbicara dengan kaku. Ia terlalu kaget dengan semua yang terjadi.
Gentala maju selangkah mendekati Aratasha. Ia menggapai jemari Aratasha dan menggenggamnya di depan semua orang. Hal ini pastinya membuat Aratasha tegang. Bagaimana kalau semua orang tau tentang hubungan mereka, dengan masih sempatnya Aratasha memikirkan hal itu. Padahal semuanya memang sudah tau.
"Genta, please lepasin Tacha, nanti semua orang tau," bisik Aratasha sambil berusaha melepas genggaman Gentala. Bukannya melepas genggaman itu, Gentala malah terkikik geli melihat ekspresi Aratasha.
"Nikah yuk!" Celetuk Gentala dengan enteng.
Aratasha makin tegang. Ia memerhatikan sekitarnya lagi. Tidak ada reaksi apapun dari mereka semua. Bahkan mereka seakan menonton drama romance dengan senyum di bibir masing-masing.
"Genta!! Genta gila??," Sentak Aratasha. Ia menghentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Gentala.
Ia sungguh merasa campur aduk. Ia takut semua orang tau tentang hubungannya dengan Gentala yang tak wajar karena mereka adalah saudara. Ia takut mengakui yang sudah terjadi di antara mereka. Tapi ia tak menampik ada secercah kebahagiaan yang ia rasakan ketika Gentala ada di kursi pelaminan dan menggunakan pakaian yang serasi dengan yang ia pakai.
Aratasha tidak dapat berkata apa-apa lagi. Ia berbalik arah dan hendak turun dari pelaminan ketika Nilam, Farhan dan Sahabat-sahabatnya mencegahnya.
"Mami dan Ayah merestui kamu dan Gentala, Sayang," ucap Nilam sambil memegang kedua bahu putri sulungnya itu. Farhan mengangguk mengiyakan ucapan Nilam.
"Budhe dan Pakdhe lebih setuju kamu sama Gentala daripada dengan Naufal, Cha," dari arah belakang, Riani menambahkan ucapan Nilam.
Aratasha menoleh, ia bahkan tidak sadar bahwa sedari tadi ada juga Riani, Rusman, dan ketiga sahabat Gentala menyaksikan drama mereka.
Aratasha melihat sekelilingnya. Mbak Taya, dan beberapa rekan kerjanya berdiri tak jauh darinya. Sejak kapan mereka ada di sana? Kenapa semua orang menatapnya dengan tatapan penuh harap?
"Tapi aku dan Genta itu_"
"Lupakan status kalian, itu tidak perlu dibahas saat ini, Ndhuk," Pramana memotong ucapan Aratasha.
Gentala kembali meraih tangan dalam genggamannya. Ia menatap Aratasha penuh harap.
"Please, marry me!,"
Aratasha tak bisa berkata apa-apa. Bagaimana bisa orang-orang mendukung hubungannya dengan kakak sepupu sendiri? Apa dunia sudah gila?.
"Lupakan status, Cha. Anggap Genta sebagai kekasih kamu dan bukan kakak kamu, seperti sebelum kamu kembali ke Jogja" ucap Riani dengan tatapan menggoda yang justru membuat kedua bola mata Aratasha membulat. Darimana Riani tau? Apa yang sudah ia lewatkan selama dia pingsan?
"Mana bisa?? Genta itu kakaknya Tacha, mana bisa Tacha nikah sama Genta?," Pekik Aratasha di depan semua orang dengan suara bergetar.
"Nanti aku jelasin semuanya, Cha. Kita saling mencintai, jangan sakiti perasaan kita masing-masing. Ayo kita nikah!," Gentala kembali bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARATASHA (COMPLETED)
ChickLitBerawal saat Ndoro Nyai Riani yang tak lain adalah Mama-nya sendiri yang menitipkannya kepada orang kepercayaan selama ia menyelesaikan skripsi di ibukota. Siapa sangka sosok kepercayaan itu adalah adik sepupu perempuannya yang telah lama menghilang...