"Jangan mendekat!!!," Pekik Aratasha sambil menutupi mukanya sendiri.
Semua tamu yang hadir dalam ulang tahun Pramana melihat Aratasha dengan heran. Mereka hanya bisa saling tanya satu sama lain tentang siapa Aratasha dan kenapa Aratasha bisa ada di acara tersebut. Bahkan ada yang terang-terangan menuduh Aratasha adalah orang gila yang kesasar. Hal itu membuat Gentala yang tak sengaja mendengarnya geram.
Aratasha merintih dan mulai meneteskan air mata. Ia lebih terkesiap ketika seseorang tiba-tiba memeluknya dari samping. Aratasha hampir berteriak lagi namun tidak jadi ketika mengetahui seseorang itu adalah Maminya sendiri.
"Mamiii, ayo kita pergi! Ayo, Mami," Aratasha menarik lengan Nilam dan mencoba bangkit untuk meninggalkan tempat itu walau dengan kaki yang bergetar.
"Tenang, Sayang. Ada Mami di sini," Nilam mengelus rambut Aratasha sambil tetap memeluk putrinya. Matanya berkaca-kaca namun ia menahan. Ia tidak bisa melihat keadaan Aratasha sekacau itu.
Wajah Aratasha terlihat ketakutan. Penampilannya sudah berantakan. Dress yang ia kenakan sudah kusut dan rambutnya tak tertata.
Nilam menahan Aratasha agar tak beranjak dari posisinya dengan sekuat tenaga. Namun tenaganya kalah dengan Aratasha yang mencoba berontak dan akan kabur. Beruntung Gentala dengan sigap membantu Nilam menahan Aratasha.
"Mami, Ayo pergi!! Ayo pergi sebelum dia usir kita dan menghina kita!!," Teriak Aratasha sambil menunjuk ke arah Pramana.
Aratasha meninggikan suaranya. Ia menata Ia sudah kehilangan kontrol dirinya sendiri.
Di sisi lain, Pramana terlihat bingung dan serba salah. Ia tak pernah tau keadaan Aratasha separah ini. Ia hendak mendekat namun takut akan memperburuk keadaan. Tapi ia tak mungkin pergi karena dia sudah sangat merindukan cucu kesayangannya tersebut.
"Aratasha, listen to me, Please," Nilam memohon dengan lemah untuk mendapatkan perhatian Aratasha. Suaranya terdengar bergetar.
Nilam tak lagi memeluk Aratasha. Kendali Aratasha sepenuhnya pada Gentala. Namun Nilam berganti memegang kedua lengan Aratasha sambil mendapatkan manik mata gadis tersebut.
"Aratasha, kamu nggak boleh kayak gini, Sayang," Nilam tak dapat menahan air matanya lagi. Kali ini pipinya sudah basah oleh air matanya sendiri.
Aratasha mulai mereda setelah melihat air mata Nilam.
"Mami," Aratasha berkata pelan. "Mami jangan nangis," Aratasha menghapus air mata Nilam dengan ibu jarinya.
"Mami nggak akan nangis lagi kalau kamu janji kamu bakalan baik-baik aja, Tacha. Kamu harus bisa tenang. Kontrol diri kamu sendiri. Semuanya akan baik-baik saja," Nilam berkata dengan pelan diakhiri dengan senyum tipis.
"Iya, Mami. Tacha udah tenang sekarang. Tapi Mami jangan nangis lagi. Janji sama, Tacha!," Aratasha menekan akhir katanya.
Nilam mengangguk lalu kembali memeluk Aratasha dengan erat. Semua orang yang hadir dalam acara tersebut melega setelah melihat Aratasha tenang tak terkecuali Gentala.
"Sayang, Mami punya permintaan buat kamu," ucap Nilam masih dengan nada rendah.
"Apapun buat Mami," jawab Aratasha.
"Ka_kamu mau kan bicara sama Kakek?," Pinta Nilam dengan ragu.
Sontak Aratasha menoleh pada pria tua yang sedari tadi masih setia di sampingnya meski agak jauh. Wajahnya yang angkuh telah tergantikan dengan raut ketakutan dan kebingungan.
"Nggak!," Jawab Aratasha lantang.
"Kenapa?,"
"Aku nggak mau orang itu nyakitin Mami lagi kayak dulu. Aku nggak akan biarkan Mami nangis lagi karena orang itu," jelas Aratasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARATASHA (COMPLETED)
ChickLitBerawal saat Ndoro Nyai Riani yang tak lain adalah Mama-nya sendiri yang menitipkannya kepada orang kepercayaan selama ia menyelesaikan skripsi di ibukota. Siapa sangka sosok kepercayaan itu adalah adik sepupu perempuannya yang telah lama menghilang...