Minggu pagi.
Ini saatnya bagi orang-orang malas seperti Aratasha untuk berleyeh-leyeh. Bangun saat matahari hampir di atas kepala dan mandi nanti saja sekalian mandi sore.Saat Gentala sibuk menyegarkan badan dengan melakukan jogging, Aratasha masih enggan meninggalkan kasur empuknya dan bergelung dengan selimut.
"Tacha!!!!," Aratasha menggeliat setelah mendengar teriakan dari luar kamar.
"Tacha, kamu dimana sih?!" Aratasha kini mengucek matanya yang baru saja melek setelah tidur panjang.
"Tacha!!,"
Orang yang meneriakinya itu akhirnya menemukannya setelah membuka pintu kamar. Aratasha menoleh dengan cepat ke arah orang tersebut.
"Budhe?!," Sontak Aratasha memekik ketika tau siapa yang datang.
Aratasha menyengir melihat orang yang disebutnya sebagai 'Budhe' tersebut geleng-geleng.
"Ya tuhan, anak gadisnya Nilam jam segini belum bangun?," Cerca orang itu.
"Ehehe kan Minggu, Budhe," Aratasha menggaruk Kepalanya yang sedikit gatel.
"Mandi gih! Budhe tunggu di ruang makan,"
"Nanti aja," rengek Aratasha dengan manja.
Riani mendecak. Mau tak mau Aratasha harus menuruti keinginan Riani.
Sembari menunggu Aratasha mandi, Riani menyiapkan makan siang untuk Aratasha dan Gentala.
Gentala datang dengan kaget melihat ibunya tiba-tiba di apartemen. Ia baru saja menyelesaikan joggingnya. Sebenarnya bukan hanya jogging, tapi ia juga sempat nongkrong di warung kopi di tepi jalanan dekat apartemennya.
"Ma?," Gentala memanggil dengan ragu.
Riani menoleh sambil tersenyum manis. Ia geleng-geleng ketika melihat Gentala baru datang dengan tubuh berkeringat.
"Baru pulang jogging, Mas?,"
"Mama ngapain di sini?," Tanya Gentala balik.
"Nggak papa dong main ke apartemen anak sendiri,"
Gentala tak lagi bertanya apa-apa. Ia memilih duduk di bangku yang tersedia di meja makan milik Aratasha.
"Mandi dulu harusnya, Mas," saran Riani masih sambil menata makanan di meja makan.
"Bentaran ah, lagi capek banget," tolak Gentala.
"Kamu tu sama aja kayak Tacha,"
"Loh emang Tacha kemana?,"
"Cie Genta nyariin Tacha ya?," Sahut Aratasha yang baru keluar dari kamarnya.
Aratasha terlihat lebih segar dengan mengenakan hotpants warna krem dan kaos hitam bertuliskan 'Its Sunday'.
Riani melihat Aratasha sambil geleng-geleng dan berdecak. Ia mengintimidasi pakaian yang dikenakan Aratasha.
"Cha, harusnya kamu nggak boleh pake pakaian terlalu pendek gitu loh,"
"Loh emang kenapa, Budhe? Tacha udah biasa pake kayak gini padahal,"
"Kan sekarang kamu sekarang tinggal deketan sama Genta,"
"Genta kan kakak sepupu Tacha, Budhe. Ya kan, Genta?,"
Gentala mengangguk dengan ragu. Sejujurnya ia menyetujui perkataan Riani. Sepatutnya Aratasha memang menjaga cara berpakaiannya selama ia tinggal berdampingan dengannya. Namun karena kebiasaan, hal itu sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak perlu dibahas menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARATASHA (COMPLETED)
ChickLitBerawal saat Ndoro Nyai Riani yang tak lain adalah Mama-nya sendiri yang menitipkannya kepada orang kepercayaan selama ia menyelesaikan skripsi di ibukota. Siapa sangka sosok kepercayaan itu adalah adik sepupu perempuannya yang telah lama menghilang...