Bored

162 11 1
                                    

Seminggu sudah Aratasha berada di Jogjakarta. Itu artinya pernikahannya dengan Naufal tinggal menunggu lima hari lagi.

Persiapan pernikahan sudah sembilan puluh persen terpenuhi. Undangan sudah seluruhnya disebar. Baju pernikahan juga sudah ada di kamarnya. Semuanya sudah direncanakan dan dipersiapkan dengan matang oleh pihak keluarga Aratasha maupun keluarga Naufal.

Rencananya pernikahan Aratasha dan Naufal akan diadakan dengan adat Jogjakarta karena keduanya berasal dari Jogjakarta. Maka dari itu sejak Aratasha sampai di Jogjakarta ia langsung dipingit. Ia dilarang bertemu dengan Naufal. Bahkan ia tidak diperbolehkan keluar dari rumah. Itu sangat membosankan baginya. Ia hanya bisa berdiam diri di kamar karena yang lain sibuk wara-wiri untuk mengurus pernikahannya.

Tok tok tok

Aratasha spontan melihat ke arah pintu kamarnya. Ada seseorang yang mengetuk pintu. Tanpa terbuka tanpa Aratasha persilakan.

"Budhe!!," Pekik Aratasha ketika melihat sosok Riani datang dengan senyum lebar.

Aratasha merentangkan tangannya untuk memeluk Riani. Mereka berpelukan sangat erat sudah seperti tidak bertemu berabad-abad. Padahal baru sebulan yang lalu mereka bertemu di acara lamaran Aratasha.

"Apa kabar, Ndhuk?," Tanya Riani.

"Tacha baik Budhe. Budhe juga baik kan?," Aratasha balik bertanya.

"Budhe baik dong. Budhe kan nggak mau ketinggalan acara pernikahan kamu,"

"Silakan duduk, Budhe," Aratasha memersilahkan Riani untuk duduk di atas ranjangnya.

Riani mengangguk. Ia mengikuti arahan Aratasha untuk duduk di samping gadis itu.

"Gimana? Degdegan nggak mau nikah?,"

"Degdegan banget, Budhe," Aratasha menunjukkan wajah cemasnya.

Spontan Riani mengelus rambut Aratasha untuk menenangkan ponakannya itu.

"Nggak papa, Sayang. Semua orang pasti merasa begitu kalo mau nikah,"

"Tapi ini rasanya kayak nggak siap gitu, Budhe," Aratasha menggenggam jemari Riani untuk menyalurkan rasa cemasnya.

"Its okay, Honey. Budhe paham. Pasti Naufal juga ngerasain hal yang sama," Riani menenangkan Aratasha.

"Emang iya, Budhe?,"

"Heem, tanya aja kalo nggak percaya,"

Aratasha menimbang. Sebenarnya Aratasha ingin sekali menanyakan hal itu pada Naufal. Tapi entah kenapa, sejak pertemuan terakhir mereka di Jakarta, Naufal sama sekali tidak bisa dihubungi. Aratasha cemas, tapi Nilam dan yang lainnya selalu menenangkannya.

"Itu dia, dari seminggu yang lalu Kak Naufal nggak bisa dihubungi, Budhe. Tacha nggak tau kenapa,"

"Oh ya?," Tanya Riani seperti tidak percaya.

"Makanya Tacha takut, Budhe. Tacha takut kalo Kak Naufal nggak hadir...,"

"Sstttt," Riani memotong ucapan Aratasha. "Jangan mikir yang aneh-aneh. Dia pasti dateng kok, kemarin Budhe ketemu Papanya waktu survey keadaan gedung tempat kalian nikah nanti,"

"Beneran, Budhe?," Tanya Aratasha dengan ragu.

"Iya, Sayang,"

"Tapi kenapa Kak Naufal nggak angkat telepon Tacha?," Tanya Aratasha masih dengan tidak yakin.

"Kan Mami udah bilang, kamu kan lagi dipingit, Cha," Nilam yang baru saja datang langsung menyambar percakapan antara Riani dan Aratasha. Kedua arah pandang Budhe-ponakan itu reflek beralih.

ARATASHA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang