"Aratasha, jangan lupa data customer bulan ini!"
"Aratasha, meeting sama owner!"
"Aratasha, lunch bareng gengss ya!"
"Aratasha, blablablaaaa," si pemilik nama Aratasha itu mencibir semua orang yang memintanya untuk ini itu.
Semuanya akan Aratasha beri tanda besar bertulis Alpha. Aratasha sedang ada misi penting dan perlu digaris bawahi lebih penting dari apapun.
Ia tak peduli dengan data customer bulan ini. Bahkan ia membodo amatkan masalah owner. Apalagi lunch bareng geng alaynya itu.
"Cha, aku tunggu di kantin. Makan siang kita hari ini bakal kita bumbui pake pembahasan soal komplain dari Ayunda Kartika, customer cerewet minggu lalu itu," Taya, Manajer Teressa Beauty Care tempat Aratasha bekerja tiba-tiba muncul.
"Eh mbak," Aratasha hendak protes sebelum...
"Gue traktir," ucap Taya. Aratasha kicep. Siapa yang akan menolak sebuah traktiran di saat perut mulai meronta? Aratasha bukan orang itu. Dia butuh makan siang dan dia lebih butuh traktiran Mbak Taya-nya. Manajernya. Sobat karibnya.
Ia membuntuti langkah Taya menuju kantin setelah sebelumnya ia meletakkan kembali tasnya ke ruangan tempat ia kerja. Sebenarnya ia ingin izin masuk setengah hari saja, tapi karena mendengar kata ditraktir, ia membatalkan niat itu. Nanti ia cari akal lagi agar bisa menyelesaikan misinya tanpa telat.
"Masalahnya ada di salah satu produk yang ia kira sudah kadaluarsa. Padahal setelah dicek semuanya baik dan tanggal kadaluarsa masih dua tahun lagi. Pada dasarnya emang kulit dia yang sensitif dan dia malah cari skincare sana-sini bukan menetap di Teressa. Bahkan dia mau ajuin tuntutan ke kantor polisi atas kesalahan yang gak pernah kita buat," Taya berbicara panjang lebar.
Kruyukkk
Bukan suara ayam ya. Itu suara sialan dari perut Aratasha. Aratasha nyengir malu. Sedangkan Taya berdecak melihat cengiran Aratasha.
"Kapan makannya sih, Mbak?? Perut gue meronta nih," Aratasha berbicara pelan. Taya tak heran. Adek ketemu gedenya ini emang tukang makan.
"Sana gih pesen, dasar perut karet," sinis Taya. Aratasha lebih melebarkan cengirannya.
"Stephaniiii, nasi ayam bakar dua, es jeruk dua!"
Suara Aratasha melengking saat mengucapkan pesanannya pada Stephani, penjaga kantin. Namanya keren bukan? orangnya tak kalah keren. Wanita yang bertugas menjaga kantin itu selalu memakai pakaian berbau rocker dan kacamata hitam bertengger di kepalanya.
"Siap, Bos!" Tampak Stephani mengangkat tangannya dan menempelkan ujung jari telunjukku ke kening untuk memberi hormat kepada Aratasha.
"Boros amat sih, Cha. Biasanya juga nasi sayur asem sama tempe goreng," Taya berkata sambil mencibir
"Kan ditraktir Bos Cantik," Taya memepertajam cibirannya. Tapi tak pernah keberatan sedikitpun. Aratasha memang begitu. Ia paham
Tak lama kemudian rocker jadi-jadian kantin kembali dengan pesanan Aratasha. Aratasha ngiler melihat es jeruknya. Tenggorokannya makin kering minta segera diguyur perasan jeruk tambah gula dan air dingin itu.
"Makan dulu baru bahas, Mbak," pernyataan mirip perintah sudah diluncurkan oleh Aratasha. Taya memutar bola matanya jengah.
Aratasha mencium aroma ayam bakar dari piring di hadapannya. Aroma Ayam bakar memang selalu seenak itu, rasanya tak kalah menggiurkan. Apalagi menu kantin yang paling spesial ya Ayam Bakar itu.
"Lo kalo udah makan nanti ngantuk lagi," Taya menerka-nerka.
"Enggak, Mbak. Santai aja," elak Aratasha.
Setelah makanan keduanya berhasil mereka lahap masing-masing, pembahasan mengenai Ayunda Kartika kembali dimulai. Taya kembali berbicara panjang dan lebar. Tapi tak sedikitpun yang nyantol di benak gadis di depannya. Aratasha sibuk melirik jam tangannya. 12.30, ia hampir telat.
Pembahasan masih berjalan. Aratasha makin tak karuan. Bahkan, siapa itu Ayunda Kartika saja ia tak tau.
"Cha, lo paham??" Tanya Taya diakhir kata.
Taya tau pikiran dan otak Aratasha tak hadir dalam pembahasan ini. Dia tak tau apa yang tidak ia tau tentang Aratasha yang sedari tadi nampak gelisah.
"Eh, emmm paham, Mbak," jawab Aratasha kaku.
"Jadi menurut lo gimana solusinya??" Tanya Taya lagi-lagi.
Aratasha meringis.
"Suruh aja si Yunyun itu pindah ke klinik kecantikan lain," jawab Aratasha asal. "Mbak gue izin pulang awal ya? Gue ada janji penting, Dahh Mbakku Sayang," Taya terbengong.
Aratasha melarikan diri setelah sebelumnya mencium tangannya. Bocah edan bernama Aratasha itu cepat sekali menghilang dari hadapannya. Jangan-jangan selama ini Aratasha punya ilmu sihir. Ia geleng-geleng kepala, rupanya pembahasan hari ini tak menghasilkan apa-apa.
Sedangkan Aratasha mengikik sambil berjalan meninggalkan Teressa. Lagian kenapa juga Taya bahas customer dengan Aratasha yang notabene-nya adalah front desk. Alih-alih membicarakannya dengan customer service. Aratasha kan hanya incar makan siang gratisnya saja. Batin Aratasha merasa menang.
Tutt tuttt tuttt
Ponsel Aratasha berdering. Ia melihat nama di layar handphone miliknya.
NugiLa
Ah anak itu. Salah seorang geng alaynya. Aratasha mengangkat telepon. Belum sempat orang di seberang sana bicara...
"Mohon maaf orang yang Anda hubungi sedang sibuk, jangan telepon lagi karena dia tidak akan mengangkatnya," Aratasha berbicara layaknya suara operator.
"Woyy Edan, ayo lunch. Yang lain udah nunggu, Cha,"
"Mohon maaf Tacha tidak bisa datang karena banyak urusan," Aratasha kemudian menutup teleponnya sepihak. Membuat orang di seberang sana misuh tak karuan.
Lagi-lagi gadis itu terkikik. Lagipula ia sudah lunch dengan Taya, jadi ia tidak akan hadir ke acara lunch bareng tiga sahabat karibnya.
Aratasha sedang ada misi besar. Aratasha tidak bisa diganggu. Aratasha tersenyum lebar. Semuanya akan dimulai sore ini.
Ia segera mengendarai mobil kesayangannya menembus keramaian Jakarta sambil bersenandung kecil. Sungguh ia bahagia setelah penantian yang amat lama.
Setelah sampai di tempat tujuan, Aratasha melirik ke kanan dan kiri untuk memastikan tempat yang ia tuju tidak salah.
Aratasha merogoh tasnya dan mengambil sepotong kertas di sana. Tertera dengan jelas alamat yang akan ia tuju di kertas itu. Ia menyamakan nama apartemen di hadapannya dengan alamat di potongan kertas tersebut. Dan benar, itu adalah alamat yang ia tuju. Aratasha tersenyum puas.
Ia segera turun dari mobilnya. Ia mengambil koper dari bagasi mobilnya dan meminta satpam untuk membawakannya masuk.
Cklekkk
Aratasha membuka pintu yang terkunci tersebut dengan satu dari dua kunci yang ia bawa. Pintu berderit ketika ia membukanya.
Aratasha mengambil alih kopernya dari satpam setelah memberikan sedikit tip untuk satpam itu. Ia membawa kopernya masuk ke dalam tempat itu. Di tempat itulah ia akan tinggal setelah ini.
Tanpa banyak berpikir lagi, Aratasha melanjutkan misinya. Ia meninggalkan begitu saja kopernya di apartemen barunya itu. Ia melangkahkah menuju ruang apartemen yang berada persis di sebelah apartemen miliknya.
Berbekal kunci terakhir yang ia bawa, ia membuka pintu ruangan itu. Setelah melihat isinya, ia teecengang sampai melongo.
"Ini apartemen apa tempat pembuangan akhir???,"
******
Kembali update di malam yang sudah ngantuk inii. Semoga kalian suka. Vote dan comment ditunggu selalu 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
ARATASHA (COMPLETED)
Chick-LitBerawal saat Ndoro Nyai Riani yang tak lain adalah Mama-nya sendiri yang menitipkannya kepada orang kepercayaan selama ia menyelesaikan skripsi di ibukota. Siapa sangka sosok kepercayaan itu adalah adik sepupu perempuannya yang telah lama menghilang...