Sang surya sudah naik ketika penghuni rumah yang dikepala keluargai Rusman Pramana sedang berkumpul di gazebo halaman belakang, tempat favorit Rusman dan Gentala.
Mereka sengaja berkumpul di gazebo setelah sarapan karena mereka sengaja meninggalkan rutinitas mereka demi berkumpul bersama.
Rusman yang notabene-nya adalah pemegang cabang perusahaan milik keluarga yang ada di Malaysia kebetulan sedang pulang ke Jogja untuk mengurus sesuatu. Jadilah mereka berkumpul bersama.
"Rencana hari ini kita ngapain nih?," Tanya Rusman kepada yang lainnya.
"Ke pantai yuk!," Usul Aratasha dengan antusias penuh.
"Boleh," Gentala menyetujuinya. Riani dan Rusman ikut mengangguk.
"Yeaayy, ini nih yang namanya holiday beneran ," Aratasha terkikik. Ia membayangkan ombak pantai menerpa tubuhnya, berjalan menyusuri tepi pantai, dan berenang bersama Gentala dan kedua orangtuanya. Pasti sangat menyenangkan.
Tuttt tutttt
Suara telepon bergetar. Rupanya Riani mendapatkan panggilan. Ia segera mengangkatnya dan berbicara dengan orang di seberang sana.
"Assalamualaikum," sapa Riani di awal percakapan.
"Astaghfirullah. Iya saya lupa," Riani terlihat menepuk jidatnya sendiri.
"Oke habis ini saya kesana," putus Riani. Setelah itu ia menutup teleponnya. Ia tampak gelisah sebelum mengatakan sesuatu.
"Siapa yang nelpon, Ma?," Tanya Gentala sambil mengernyit.
"Ini asistennya Kakek Pramana," Riani menjawab hampir tanpa bernafas.
Sementara itu, nafas Aratasha tercekat. Tatapannya berubah datar dan tubuhnya menegang. Gentala, Riani, dan Rusman melihat ke arah Aratasha bersamaa. Namun gadis itu tak terusik sekalipun.
"Cha? Are you okay?," Gentala bertanya pelan sambil memegang pundak Aratasha. Gadis itu seakan tersadar dan mengangguk pelan sambil ternyum tipis.
"Kenapa asisten Bapak telpon?," Tanya Rusman pada Riani.
"Kita diminta ke rumah Bapak. Hari ini kan Bapak ulang tahun," Jawab Riani sambil meringis. Melihat ekspresi Aratasha mendengar nama kakeknya saja sudah miris, apalagi kalau bertemu langsung? Riani tak dapat membayangkan.
"Yaudah yuk kesana," Rusman berusaha bersikap biasa saja walaupun tak menampik ia juga takut akan keadaan Aratasha.
"Kita gagal ke pantai dong," protes Gentala berusaha mengeluarkan ekspresi kecewanya. Padahal dalam hati ia ikut tegang.
"Besok deh kita ke pantai, sekarang kita ke rumah Kakek dulu. Kasian masak Kakek ulang tahun malah kita main ke pantai," bujuk Riani.
"Mmm kayaknya Tacha nggak bisa ikut," ucap Aratasha sambil tersenyum tipis.
"Loh kenapa, Putri Manis?," Tanya Rusman pura-pura tidak tau. Padahal ia tau jelas alasannya.
"Tacha mau ke rumah Mami. Masak Tacha ke Jogja tapi nggak ketemu sama Mami," alibi Aratasha.
"Iya juga ya. Yaudah kamu nggak papa nggak ikut, Cha. Kamu ke rumah Mami dulu," putus Riani. Aratasha tersenyum lega.
"Tapi coba kamu telepon Mami kamu dulu, Ndhuk. Siapa tau Mami nggak di rumah," usul Rusman. Aratasha mengangguk.
Aratasha mengeluarkan benda segi empat canggihnya untuk menelpon ibundanya. Dua kali deringan telepon Aratasha sudah tersambung.
"Hallo, Sayang," Sapa seseorang di seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARATASHA (COMPLETED)
ChickLitBerawal saat Ndoro Nyai Riani yang tak lain adalah Mama-nya sendiri yang menitipkannya kepada orang kepercayaan selama ia menyelesaikan skripsi di ibukota. Siapa sangka sosok kepercayaan itu adalah adik sepupu perempuannya yang telah lama menghilang...