Gue Gentala.
Seperti yang kalian tau, saat ini gue udah sah jadi suaminya Aratasha.Hari ini gue sama istri gue mau jalan nih. Rencananya mau ke kafe buat rayain pertunangan sahabat gue, Sena sama sahabatnya Tacha, Nugi. Mereka emang diem-diem udah tunangan, makanya waktu ketauan mereka udah tunangan, temen-temen gue yang lain minta ganti rugi karena nggak diundang ke acara pertunangan mereka.
Ngomong-ngomong, gue udah balik ke Jakarta seminggu yang lalu. Nggak akan lama sih, paling cuma dua bulan aja sampe gue wisuda. Lagian kalo di Jogja, gue bingung mau tinggal di mana. Di rumah orang tua kan nggak enak, masak udah nikah masih tinggal bareng orang tua mulu.
Jadi, sambil nunggu gue beli rumah seadanya pake tabungan gue plus nyicil sedikit, gue sama Tacha mending di Jakarta dulu. Tacha sih sebenarnya mau bantu buat beli rumah, tapi gue larang karena itu tugas gue.
"Sayang, ayo berangkat!," Tacha tiba-tiba muncul dibelakang gue.
Gue liat dia. Sumpah istri gue keliatan cantik banget. Dia pake dress ketat warna dusty pink. Rambutnya digerai, make up-nya natural. Gue nggak tau kenapa istri gue ini makin hari makin cantik aja. Kok bisa sih ya? Gue sampe nggak rela bagi-bagi deh pokoknya.
"Tunggu dulu," cegah gue. Gue liatin dia lagi dari atas sampe bawah.
"Kenapa?," Tanya dia bingung.
Gue pergi ke kamar dan obrak-abrik lemari pakaian Tacha sampe gue nemuin apa yang gue cari. Gue kasih benda itu ke Tacha.
"Ini buat apa sih, Genta?,"
"Mas!" Peringat gue. Udah beratus-ratus kali gue ingetin ke Tacha buat manggil gue pake panggilan 'Mas' berhubung gue ini suaminya, tapi Tacha susah banget dibilangin.
"Iya, ini buat apa, Mas?,"
"Buat dipake," jawab gue.
Dia keliatan bingung sambil ngeliatin baju yang gue kasih. Gue sih tadi ngambilnya asal. Gue ambil aja baju panjang yang ukurannya gede plus celananya.
"Tapi kan Tacha udah pake baju," protes dia sambil cemberut.
"Aku nggak nyuruh kamu lepas baju itu, cuman aku minta pake baju yang aku kasih buat nutupin tubuh kamu yang_," Gue ngegantung kalimat gue. Masih agak canggung sih ngomongin kayak begituan sama Tacha.
"Percuma dong kalo ditutup pake baju yang kamu kasih, mending aku lepas sekalian yang aku pake sekarang,"
"Ya terserah kamu, yang penting baju yang aku kasih dipake," jawab gue cuek. Asal dia tau aja, gue cuma nggak rela punya gue dibagi-bagi.
"Masa aku pake sweater oversize sama kulot panjang gini ke pesta, nggak sekalian kasih aku gamis?," Rajuk Tacha. Sumpah dia kalo lagi cemberut gini bikin gue gemes.
"Jangan protes, kamu harus nurut sama suami," peringat gue.
"Ya tapikan nggak cocok sama acaranya. Mas mau liat yang lain pake dress cantik-cantik, keliatan modis, sedangkan istrinya Mas malah keliatan culun sendiri,"
"Nggak masalah buat aku," jawab gue.
Mau tak mau dia harus nurutin perintah gue. Dia berjalan ke kamar sambil ngehentak-hentakin kakinya ke lantai.
Nggak lama kemudian, dia keluar lagi pake baju ijo yang ujung bawahnya dimasukin ke celana kulotnya. Di mata gue, Tacha tetep aja keliatan cantik dan malah jadi imut pake baju yang gue pilihin. Jadi, kenapa dia protes?.
Tanpa basa-basi, gue tarik Aratasha buat berangkat ke kafe walaupun wajahnya dia tekuk terus gara-gara baju.
Nggak sampe sejam kita udah sampe di kafe. Gue tarik tangan Aratasha ke bagian ujung kafe yang suasananya kayak outdoor. Padahal dia masih indoor tapi karena dindingnya dari kaca jadi kayak outdoor.
Pas udah mau sampe di sana, gue liat pemandangan nggak enak. Di sana ada orang yang bikin gue eneg seketika ngeliatnya, Renita. Anak kampus gue yang sok ngedeketin gue dan suka cari perhatian. Gue nggak suka sama dia dan gue paling benci sama cewek yang nurunin harga dirinya demi cowok. Walaupun cowok itu gue sendiri.
"Kok berhenti?," Tanya Tacha. "Pasti karena ada Renita ya kan?,"
"Nggak," jawab gue cuek.
Istri gue malah senyum-senyum nggak jelas terus gantian narik tangan gue. Kayaknya dia mau balas dendam, masih tentang masalah baju.
"Hai semuanya!," Sapa Tacha ke semua yang ada di acara itu. Ada tiga temennya dia, tiga temen gue, plus cewek nyebelin itu.
"Hai, Cha!," Sapa mereka barengan.
Gue ngeliatin mereka satu-persatu, bener juga kata Tacha, mereka yang cewek pada pake baju yang bentukannya kurang lebih kayak yang Tacha pake tadi. Gue sih nggak nyesel, yang penting punya gue aman. Tapi kasian juga istri gue sih.
"Hai, Ren! Kita ketemu lagi," sapa Tacha pada Renita. Tentu aja itu bikin gue nggak nyaman.
"Hai, Cha. Nggak nyangka bakalan ketemu di sini," jawab si cewek nyebelin itu.
Habis itu Tacha duduk di antara Winda dan Ayana. Gue liat sekeliling, ternyata kursi yang kosong tinggal kursi di samping Renita.
"Na, tukeran kursi dong!," Pinta gue sama Ayana.
"Jangan, Na. Gue mau ngobrol sama lo sama Winda juga," cegah Aratasha. Jadi dia beneran mau bales dendam dengan bikin gue duduk di samping Renita? Istri macam apa dia?.
Dengan terpaksa gue duduk di samping Renita. Seperti yang gue duga, ada aja yang dilakuin cewek itu buat narik perhatian gue. Mulai pura-pura pusing dan nyenderin kepalanya ke gue sampe yang bikin gue jengkel adalah dia numpahin minumannya ke baju gue.
"Gue nggak nyangka banget kalo lo ternyata udah tunangan deh, Gi," Aratasha mulai ngobrol sama Nugi.
"Gue lebih nggak nyangka lagi kalo lo udah nikah," jawab Nugi.
"Loh, Tacha udah nikah?," Si Renita maen nyamber.
"Iya, Tacha udah nikah, lo nggak tau?," Jawab Winda. Kayaknya dia nggak suka sama si Renita.
"Ya ampun selamat ya, Cha. Maaf gue nggak dateng ke acara lo," Renita keliatan antusias banget ngucapin selamat. Belum gau aja dia kalo Tacha nikah sama gue.
"Iya, thanks ya, Ren," jawab Tacha.
"Terus sekarang mana suami lo?," Ini dia pertanyaan Renita yang gue tunggu-tunggu.
"Itu ada di samping lo," bukan Tacha yang jawab, tapi Ayana. Nggak tau kenapa temennya Tacha nggak ada yang suka sama Renita.
Renita tampak melongo. Dia duduk di antara gue dan Edo. Pasti dia nyangkanya Tacha nikah sama Edo deh. Enak aja.
"Gue suami Tacha," gue jelasin ke Renita.
Si Renita kaget banget. Dia sampe ngeliatin gue, gue geli banget diliatin kayak gitu sama Renita.
"Ini nggak bener kan?," Si Renita masih nggak percaya. Dia tanya ke semua orang yang ada. Gue ketawa dalam hati. Hahaha.
"Sayang, aku mau ngobrol sebentar sama kamu," gue ngomong sama Tacha. Renita makin kaget waktu gue panggil Tacha 'Sayang'.
Gue bawa Tacha ke deket kolam ikan yang ada di kafe itu. Istri gue cemberut banget, gue nggak tau kenapa.
"Tacha nggak enak sama Renita, dia kan suka sama Mas," ucap Tacha.
"Daripada disembunyiin, mending jujur aja. Lagian kamu malah biarin dia deketin aku,"
Dia ngikik nggak jelas. "Itu karena Tacha tau, Mas Genta sayang sama Tacha dan nggak akan tinggalin Tacha,"
"Kok pede banget?," Tanya gue liat dia senyum nggak jelas.
"Udah terbukti oleh semua perjuangan Mas selama ini," jawab dia.
Langsung gue peluk dia. Istri gue yang paling gue cintai. Mungkin dulu orang bilang gue dan Aratasha nggak akan mungkin jadi satu, tapi kekuatan cinta kita lebih kuat daripada kata tidak mungkin itu sendiri.
Demi apapun yang pernah gue alami di dunia ini, demi suka dan duka gue, demi tuhan, gue akan mencintai dan menyayangi istri gue, Aratasha Naeswari Pramana, kemarin, hari ini, dan sampai kapanpun.
******
Jangan lupa vote and comment ya, Guys 🙃
Vote and comment kalian akan sangat membantu gue :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARATASHA (COMPLETED)
ChickLitBerawal saat Ndoro Nyai Riani yang tak lain adalah Mama-nya sendiri yang menitipkannya kepada orang kepercayaan selama ia menyelesaikan skripsi di ibukota. Siapa sangka sosok kepercayaan itu adalah adik sepupu perempuannya yang telah lama menghilang...