Pacaran sama siapa dong?

276 23 0
                                    

"Sayang!!," Gentala terkesiap dengan pekikan itu.

Gentala menoleh ke belakang dimana seorang gadis berkucir kuda poni sedang berlari mengejarnya.

"Kebiasaan deh ninggalin Tacha," celetuk gadis itu ketika sampai dihadapan Gentala.

"Sayang?" Tanya Gentala dengan wajah heran.

"Katanya kita pacaran kan?," Aratasha terkikik.

"Gila kamu," Gentala kembali melanjutkan langkahnya menuju lift di apartemennya.

Hari ini adalah jadwal Gentala untuk skripsi. Kurang beberapa langkah lagi untuknya menuju wisuda. Dan ia tak sabar dengan itu.

"Waktu Tacha ajakin pacaran Genta nggak jawab apa-apa. Artinya Genta mau kan?," Tacha terus menguntiti Gentala sampai mereka ada di dalam lift.

"Genta!," Pekik Aratasha lagi karena Gentala terus mencuekinya.

"Hmm,"

"Nanti jemput Tacha ya?," Mohon Gentala sambil menyatukan dua telapak tangannya.

"Ngapain?,"

"Ya jemput aja," kini Aratasha merengek.

"Aku sibuk,"

"Ayolahh Genta,"

"Tumben banget minta jemput ada apa sih?," Tanya Gentala heran.

"Mau pamer dong sama temen kerja aku kalo sekarang aku punya pacar," jawab Aratasha yang mau tak mau membuat Gentala meneguk ludahnya sendiri.

Gentala mendengus kasar sambil menatap Aratasha. Ingin sekali mengiyakan ajakan Aratasha untuk menjalin hubungan asmara walau ia tau Aratasha hanya sedang bercanda. Namun ia harus kembali mengingat bahwa Aratasha adalah adik sepupunya sendiri.

"Mau ya, Ta?," Aratasha mengeluarkan jurus puppy eyes-nya.

"Kita ini bukan pacar, Cha. Kamu adik aku, aku kakak kamu," jelas Gentala.

"Tapikan Tacha pengen punya pacar," rengek Aratasha lagi.

"Yang pasti bukan aku orangnya," tekan Gentala tepat di muka Aratasha.

Gentala hampir sama sekali tak ingin mengatakan itu. Bahkan ia menginginkan agar ia menjalani hubungan layaknya orang pacaran. Tapi ia bukan orang gila yang memacari adiknya sendiri.

"Terus siapa dong?," Aratasha menunduk sambil memanyunkan bibirnya.

"Ya, siapa aja yang bisa buat kamu bahagia dan nyaman ketika dia ada di deket kamu. Terus orang itu juga harus punya sifat lebih dewasa untuk kamu yang kekanak-kanakan ini," Gentala menyentuh kepala Aratasha dengan telunjuknya sehingga kepala Aratasha bergerak mundur.

"Tuh kan, cuma Genta yang bisa buat Tacha nyaman dan bahagia waktu ada di samping Tacha sejak dulu. Gentala juga dewasa dan bisa menjaga Tacha yang childish ini," jawab Aratasha dengan antusias.

"Harus berapa kali aku bilang kalo bukan aku orangnya," tegas Gentala lagi. Sungguh ia tak tahan untuk mengiyakan ajakan Aratasha.

"Terus siapa?" Aratasha tampak berpikir keras.

Gentala melihat Aratasha sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Pintu lift terbuka dan Gentala pun menarik Aratasha agar keluar dari lift. Aratasha mengaduh karena tiba-tiba saja ditarik.

Gentala membawa Aratasha masuk ke mobilnya.

"Loh kok jadi ke mobil Genta? Tacha mau kerja, Genta. Nanti keburu telat kalo ikut Gentala ke kampus,"

ARATASHA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang