Aratasha melihat pantulan dirinya di cermin besar yang ada di kamarnya. Wajahnya amat cantik malam ini. Ia memuji dirinya sendiri.
Malam ini adalah malam pertemuan dengan calon suaminya. Ia tak menyangka akan berjalan secepat itu. Ia akan menikah walaupun itu belum pasti karena belum tentu ia sreg dengan laki-laki itu.
Ia menggunakan riasan yang lebih menampilkan dirinya sebagai wanita yang anggun dan mengesankan. Rambutnya ia biarkan tergerai. Ia menggunakan lipstik berwarna peach yang menyatu dengan kulitnya yang putih.
Aratasha menggunakan dress berwarna navy yang sangat indah dan menyatu dengan tubuhnya walaupun hanya dress simpel. Ia mengakui kelihaian Riani dan Gentala dalam memilih dress untuknya malam ini.
Ia juga menggunakan wedges yang tak terlalu tinggi namun cukup menambah kesan menarik berwarna senada dengan dressnya.
Aratasha memutar tubuhnya untuk memastikan semua yang menempel pada tubuhnya terlihat sempurna. Aratasha tersenyum setelah memastikan semuanya tidak ada yang cela atau terlihat tidak enak di pandang.
Ia menarik nafas panjang lalu mengembuskannya dengan pelan. Ia tidak boleh terlihat terlalu antusias atau sebaliknya. Harus biasa saja agar orang lain tidak mengatainya norak atau apapun itu yang ia benci.
"Selamat malam semuanya," Aratasha menunduk sambil tersenyum manis.
"Aduh norak!," Gerutunya seorang diri.
"Ekhem ekhem," Aratasha berdeham kecil. "Selamat malam," ulang Aratasha.
"Kok keliatan judes sih," Aratasha mengerucutkan bibirnya.
Memperagakan bagaimana ia harus bersikap nanti dengan keluarga calon suaminya. Namun ia merasa kaku.
Aratasha menaruh telunjuknya di kening dan kembali memikirkan kata-kata yang tepat.
Tok tok tok
Aratasha sontak merapikan seluruh tubuhnya yang sudah sepenuhnya rapi itu ketika mendengar pintu kamar diketuk.
Ia bergegas membuka pintu. Rupanya Riani yang mengetuk pintu kamar Aratasha. Riani memerhatikan Aratasha dari atas sampai ujung kaki.
"Cantik banget keponakan Budhe," puji Riani.
Aratasha tersipu malu.
"Udah siap ya, Budhe?," Tanya Aratasha.
"Udah dong," Riani mengacungkan ibu jarinya. "Pakdhe Rusman, Mami, sama Ayah Farhan juga udah ada lo,"
"Hah? Beneran? Kapan mereka dateng?," Aratasha kaget. Pasalnya ia sama sekali tak mendengar grasak-grusuk kedatangan mereka.
"Ada di apartemennya Genta. Ayo temui mereka!," Ajak Riani.
Riani menggandeng Aratasha untuk menuju ke apartemen Gentala.
Sebelumnya mereka memang sudah membuat janji untuk berkumpul di apartemen sebelum menuju ke restoran tempat mereka bertemu dengan keluarga calon suami Aratasha.
Riani dan Aratasha masuk ke dalam apartemen Gentala disambut antusias oleh Rusman, Nilam, dan Farhan.
"Cantik sekali anak Mami," ujar Nilam. Ia segera mengahampiri Aratasha dan memeluknya. Tak lupa juga ia mencium kedua pipi Aratasha.
"Makasih, Mi," jawab Aratasha.
"Oh ya, Gentala mana?," Kali ini Rusman yang bertanya.
"Eh iya, kok nggak keliatan dari tadi?," Nilam menyahuti.
"Ehmm mungkin masih di kamarnya. Sebentar aku panggil,"
Riani menyambangi Gentala di kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu karena pintunya tidak dikunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARATASHA (COMPLETED)
ChickLitBerawal saat Ndoro Nyai Riani yang tak lain adalah Mama-nya sendiri yang menitipkannya kepada orang kepercayaan selama ia menyelesaikan skripsi di ibukota. Siapa sangka sosok kepercayaan itu adalah adik sepupu perempuannya yang telah lama menghilang...