"Maa."
"Apa?"
"Aku bawa bekal boleh nggak? Soalnya hari ini ada pelajaran tambahan."
"Nggak ada cerita bawa bekal. Lagian cuma laper kan? Nggak mati?"
Kata-kata menohok seperti itu hampir setiap pagi dia telan sebagai sarapan. Jangankan mendapat uang liburan, untuk mengisi perut saja terkadang dia masih kesusahan.
Steffy Aliyaza—Ify. Siswi kelas 12 di SMA Bhinneka. Seorang gadis yang ramah dan periang. Tak kurang akan kasih sayang. Setidaknya dia pernah memiliki sifat itu dan pernah merasakan kebahagiaan seperti layaknya anak-anak seusia dirinya. Lebih tepatnya sebelum sesuatu terjadi pada keluarganya. Sejak saat itu, semua seolah sebuah papan yang dibalik. Berantakan.
Ify memasuki gerbang sekolah dengan langkah gontai. Sampai akhirnya dia dikejutkan oleh seruan seseorang.
"Hey! Lemes amat pagi-pagi."
Gadis berperawakan tinggi itu kini merangkul Ify yang hanya tersenyum kecut.
"Ifyku sayang. Kenapa sih? Masih soal orang-orang rumah? Cerita napa? Lo diapain lagi?"
"Ng-ngga papa Zenia. Gue aman kok pagi ini," ucapnya dengan senyum yang dipaksakan.
Seseorang yang dipanggil Zenia itu hanya beroh singkat. Walaupun sebenarnya dia tahu pasti, bahwa sejak sebulan lalu hidup sahabatnya ini hampir tak pernah baik-baik saja.
Jam istirahat hampir saja tiba tapi Ify sudah sangat muak di kelas. Pelajaran Matematika dan dia tidak tertarik dengan hal-hal yang memiliki ilmu pasti. Lagipun dia lebih suka sesuatu yang melihatnya kebebasan berpikir tanpa terikat rumus-rumus yang memaksa. Di samping itu, baginya tidak ada kepastian dalam hidup ini, kecuali kematian. Sungguh, bahkan kebahagiaan saja belum tentu dia dapatkan.
Ify minta izin pergi ke kamar mandi untuk sekedar membasuh mukanya yang pasti sangat kusut. Kelasnya di lantai dua. Jadi dia harus melewati lorong dan menuruni tangga untuk ke kamar mandi lantai satu.
Lorong saat itu masih sepi karena memang belum jam untuk keluar kelas. Dia berjalan dan matanya melihat sekeliling. Sampai akhirnya dia terpaksa berhenti dan secepat mungkin mengatur napas dan detak jantungnya yang semakin cepat. Dia melihat sosok wanita dengan rambut panjang yang berantakan. Sosok itu hanya diam menatap Ify dengan tatapan tak dapat diartikan.
Ify mulai memejamkan mata dan bertekad untuk melanjutkan niatnya ke kamar mandi. Belum selesai Ify menenangkan diri, dia merasakan sesuatu. Benar saja. Ada yang memegang pundaknya perlahan. Dia masih setia menutup matanya rapat-rapat. Sampai akhirnya....
Ify merasakan tubuhnya sangat ringan. Saat ini dia sudah berdiri di sebuah tempat yang sangat asing baginya. Hanya kabut putih tebal yang tampak di depannya. Dia mulai berjalan yang sebenarnya tak tahu arah tujuan. Ify terus berjalan setengah berlari sampai benar-benar berlari kencang.
Hahhahaahhaa... Hihhihiiiihihihihii....
Suara tawa tanpa wujud yang begitu melengking membuat telinga Ify berdengung.
"Kamu siapa? Kamu mau apa dari aku?"
Ify bertanya dengan berteriak entah kepada siapa.
Hahahhahaha...
"Pergi! Aku nggak ada urusan sama kamu!"
Ify merasakan tekanan dan aura hitam yang sangat pekat.
AKU TIDAK AKAN PERGI SEBELUM KAMU MATI!
Dada Ify mendadak sesak. Kini bukan ringan lagi yang dirasakannya, melainkan lemas. Makhluk dari dimensi lain itu seolah menyerangnya bertubi-tubi meski tak menyentuhnya secara langsung.
Fokus! Jangan terlalu diikuti! Jangan biarin dia mengendalikan kamu!
Suara itu begitu menenangkan Ify yang semakin panik. Ify mencoba mengikuti arahan dari suara laki-laki yang raganya tidak terlihat itu. Ify memejamkan matanya dan...
"Dek..."
Ify berjingkat karena terkejut dan terhuyung karena lemas. Beruntung ada seseorang yang menopang tubuhnya sehingga tidak jatuh.
"Dek, kamu ga papa?"
Seorang lelaki yang berpenampilan selayaknya anak kuliahan itu membuat Ify lega. Setidaknya bukan 'mereka' yang menyapanya barusan.
Ify mengangguk pelan dan sudah melupakan niatnya untuk ke kamar mandi. Kini, dia digiring lelaki itu ke tempat duduk di pinggir koridor.
"Kamu ada urusan apa sama 'dia'?"
Ify menoleh ke arah laki-laki yang seolah tahu apa yang baru saja terjadi.
"Kakak liat?" Ify balik bertanya.
"Aku juga nggak tahu Kak. Semuanya tiba-tiba," ucap Ify yang terlihat masih syok.
"Namanya Sahara. Aku dulu sering lihat dia di sini. Selama ini dia cuma diem, nggak pernah macem-macem. Tapi sekarang," Kalimatnya terhenti.
"Kakak tahu tentang dia? Berarti kita," Kini kalimat keduanya sama-sama terpotong.
Laki-laki itu hanya tersenyum singkat.
"Kenalin, Anggaraksa Mahendra. Panggil aja Aksa. Alumni angkatan dua tahun lalu."
"Ify—Steffy Aliyaza. Anak kelas 12 IPS 2."
♡´・ᴗ・'♡
fila_daGimana part pertamanya? Yaa kasih vomment biar makin keliatan jalannya #ganyambung ╮(─▽─)╭
Kalo momen kenalan sama doi kayak gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKASA✔
Teen FictionSteffy Aliyaza, gadis manis yang sedikit berbeda dari gadis lainnya karena bisa melihat 'mereka'. Sebagian hidupnya yang hancur perlahan terkikis setelah bertemu seorang laki-laki alumni sekolahnya. Mereka bisa begitu dekat dalam waktu singkat. Namu...