Rabu pagi, jam olah raga akan segera dimulai. Ify dan seluruh anak kelas 12 IPS 2 sudah berkumpul di lapangan menunggu Pak Widi—guru olah raga mereka.
Sebagian dari mereka masih asyik mengobrol, bercanda, bahkan ada yang sudah sok rajin lari keliling lapangan. Sedangkan Ify duduk di pinggir lapangan dan memainkan tali sepatunya sendiri.
"Woy!"
Ify kaget bukan main.
"Zennn... Kaget tahu," ucap Ify sambil menoyor pelan tubuh sahabatnya itu.
"Lagian dari tadi ngelamun terus. Mikirin apa? Oooh gue tahu, pasti mikirin Kak Aksa kan?" tebak Zenia.
"Mikirin Kak Aksa dari mana? Enggak lah."
Ify memang sudah bercerita tentang pertemuannya dengan Aksa. Dan sejak saat itu, makhluk bernapas bernama Zenia tak pernah berhenti menggodanya.
"Ciee ciee... Kebayang Kak Aksa nih yee."
Setelah menggoda, Zenia bergegas menjauh sebelum sepatu kanan Ify benar-benar terlempar ke arahnya. Ingin rasanya Ify memberi pelajaran kepada Zenia sekali-kali.
Pemanasan telah selesai dilakukan. Sekarang waktunya masuk praktik materi. Pak Widi memberikan arahan untuk materi kali ini sekaligus memberitahu bahwa hari ini beliau ada kegiatan di luar sekolah. Alhasil, praktik dilakukan secara mandiri dengan koordinator ketua kelas.
"Siap, Pak!” Jeri si ketua kelas berkata dengan lantang tanda sanggup.
Sepeninggal Pak Widi, para siswa mulai melakukan instruksi yang diberikan Jeri. Kali ini mereka harus lari memutar lapangan. Untung saja lapangan sekolah mereka tidak terlalu luas. Jadi bisa santai. Sayangnya patokan yang diberi Pak Widi adalah lapangan sepak bola. Ini berarti satu putaran lapangan sekolah sama dengan setengah lapangan sepak bola. Untuk mencapai nilai minimal mereka harus mengintari lapangan sebanyak 8 putaran lapangan sekolah atau setara 4 putaran tanah luas dengan rumput di atasnya itu.
Ify terus berlari dengan keringat yang semakin mengucur deras di pelipisnya. Detak jantungnya semakin tak beraturan. Napasnya memburu. Ah sial! Sekarang matanya mulai mengabur dan seolah dia siap menghantam sesuatu yang besar di hadapannya. Dia semakin tak yakin bahwa kakinya masih menapak. Dia memaksa untuk terus berlari. Namun, gagal.
BRUKKK
Zenia terus berusaha membangunkan Ify. Mulai dengan menepuk-nepuk pipinya, memberikan minyak kayu putih, sampai berbohong kalau Aksa ada di sini untuk menemuinya. Semua itu Zenia lakukan dengan harapan Ify segera bangun. Nihil. Ify masih menutup rapat mata bulatnya.
Merasa frustrasi karena usahanya gagal, Zenia berniat pergi ke kantin. Jaga-jaga kalau Ify bangun, dia bisa langsung makan.
Baru saja Zenia membuka pintu dan melangkahkan satu kakinya, Ify berteriak histeris. Zenia yang kaget langsung menghampiri Ify dan berusaha sekuat tenaga menahan Ify yang terus memberontak. Para siswa mulai berdatangan. Zenia menyuruh siapa saja yang ada di sana untuk meminta bantuan guru. Tanpa pikir panjang, Jeri yang kebetulan juga ada di sana berlari mencari Pak Pri—guru sekaligus wali kelas.
Saking tergesa-gesanya, Jeri terlonjak ketika menyadari bahwa dia menabrak seseorang.
"Ah m-maaf Kak. Permisi," ucap Jeri dengan buru-buru.
"Tunggu tunggu! Ada apa sih? Buru-buru banget."
"I-itu Kak ada yang histeris. Takutnya dia kesurupan. U-udah ya Kak. "
"E-eh sekarang dia di mana?"
"Di UKS Kak. Sek-"
Belum selesai Jeri bicara, laki-laki itu sudah melesat pergi. Dia berhenti ketika melihat segerombol siswa dengan wajah penuh tanya mereka.
"Itu Ify kenapa sih?"
"Gimana ceritanya Ify bisa kayak gitu?"
"Apa jangan-jangan dia kesurupan. Secara dia kan aneh. Liatnya yang gitu-gituan. Iih."
Laki-laki berlesung pipi itu segera menerobos kerumunan di depan pintu UKS dan mendapati Ify yang masih terus berteriak dengan brutal.
Zenia yang merasa ada seseorang yang masuk, lalu menengok.
"Kak Aksa, kan?" Zenia memastikan, karena dia belum hapal dengan Aksa walaupun dulu sempat satu sekolah selama satu tahun sebagai kakak kelasnya.
"Iya. Sekarang aku minta tolong. Kamu bubarin anak-anak di depan UKS. Aku akan bantu Ify."
Zenia mengangguk dan melesat keluar UKS. Setelah perdebatan alot dengan sedikit tenaga ekstra, dia berhasil membubarkan kerumunan. Akhirnya, dia kembali masuk setelah memberitahu Jeri yang bersama Pak Pri bahwa Ify sudah ditangani.
Ify masih terus memberontak dan Aksa tak henti-hentinya komat-kamit entah merapalkan doa apa. Zenia sedikit was-was karena Aksa mulai bercucuran keringat. Sedangkan Ify masih belum sadar juga.
"Fy, kamu kenapa sih?" Zenia bertanya-tanya dengan gusar.
Dua puluh menit berlalu, akhirnya Ify mulai tenang. Zenia menghampiri Aksa yang tampak kehabisan energi. Dia menyodorkan sebotol air mineral pada Aksa.
"K-kak Aksa ga papa?"
Aksa tersenyum singkat dan kembali menatap Ify.
Kamu kenapa lagi Fy?
♡´・ᴗ・'♡
fila_daAda yang pernah pingsan juga pas olah raga? Hayoo =D
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKASA✔
Ficção AdolescenteSteffy Aliyaza, gadis manis yang sedikit berbeda dari gadis lainnya karena bisa melihat 'mereka'. Sebagian hidupnya yang hancur perlahan terkikis setelah bertemu seorang laki-laki alumni sekolahnya. Mereka bisa begitu dekat dalam waktu singkat. Namu...