"Selamat malam semuanya," seru Kevin kepada keluarganya yang bersiap untuk makan malam.
"Wah, makanan enak nih!" Kevin memandangi berbagai macam menu masakan yang dibuat oleh mamanya.
"Ya udah itu makan, ada jamur kesukaan kamu." Mama Kevin mempersilakan.
"Eh iya, katanya kamu udah ketemu sama Ify ya?" tanya mama Kevin.
"Emang iya Vin? Wah udah gede dong ya dia. Dulu papa ketemu waktu kalian masih kecil. Terus masih sering nangis sama ngadu ke kamu nggak sekarang?" sahut papa Kevin mengenang masa kecil sahabat putranya itu.
"Ooh Ify yang lo panggil Ijah itu Vin? Kenapa nggak lo ajak ke rumah?" Mecha, kakak perempuan Kevin ikut menimpali.
"Hadeh... Iya kalian semua bener. Ify si Ijah. Iya deh ntar kapan-kapan aku ajak main ke sini." Kevin menjawab semua pertanyaan anggota keluarganya.
"Kenapa nggak malem ini aja? Ya kan Ma, Pa?" Mecha meminta pendapat orang tuanya. Keduanya mengangguk setuju.
"Lah besok kan dia sekolah," kilah Kevin rasional.
"Ya nggak papa, dia berangkat dari sini. Besok gue deh yang anter kalo lo nggak mau. Atau gue aja yang jemput dia sekarang?" tawar Mecha yang langsung ditolak Kevin.
"Eh eh... Iya deh gue jemput dia. Malem. Ini. Heran, antusias banget sama anak orang," gerutu Kevin sambil melahap makanan yang masih tersisa di piringnya.
***
"Hah? Nginep di rumah kamu Vin?" Ify terkejut mendengar penuturan Kevin yang malam-malam datang ke rumahnya.
"Iya," sahut Kevin singkat.
"Harus banget malem ini?" Ify memelas agar semua ini tidak terjadi.
"Ya iya. Orang-orang rumah tuh pada pengen ketemu kamu. Malam. Ini." Kevin memberikan penekanan intonasi.
"Tapi kan besok sekolah. Terus-"
"Kak Mecha janji mau tanggung jawab anterin katanya," potong Kevin.
"Gimana Ma?" Ify meminta pendapat mamanya.
"Ya kalo Mama sih percaya aja sama Pipin," ujar Rere.
Ify menghela napas lunglai.
"Iya deh. Aku mau," ucap Ify akhirnya.
***
"Aku pulang," seru Kevin begitu memasuki rumahnya.
"Nih, aku bawa si Ijah." Mama, papa, dan kakak Kevin menyambut dengan hangat.
"Hai Ify. Duh udah gede ya sekarang. Jadi tambah cantik," seru mama Kevin sambil memeluk sahabat putranya itu.
"Wah ini bener Ify? Banyak berubah ya sekarang," imbuh papa Kevin.
Ify hanya tersenyum malu.
"Ini sih tanda-tanda ada yang bakal kesengsem," ucap Mecha bermaksud menggoda adiknya.
"Gue maksud lo Kak?" tanya Kevin merasa tersinggung.
"Yee nggak tahu deh," dalih Mecha.
"Udah udah. Yuk kita duduk!" Mama Kevin menggiring Ify untuk duduk di sofa ruang keluarga.
Malam itu penuh riuh obrolan antara keluarga Kevin dengan Ify. Gelak tawa masih santer terdengar di malam yang semakin sunyi. Menjelang tengah malam, mereka baru beranjak dari ruang keluarga ke kamar masing-masing. Mecha mengajak Ify tidur di kamarnya.
"Awas aja lo Kak, racunin dia pake drama Jepang." Kevin wanti-wanti.
"Bawel lo!" Mecha mencebik.
"Ayo Fy!" ajak Mecha. Ify terkikik dengan tingkah kakak beradik ini.
Ify memejamkan matanya dan terlelap dengan cepat. Sejujurnya, dia sudah menahan kantuk sedari tadi. Namun, dia tidak mungkin minta izin untuk tidur duluan. Lagi-lagi dia tak lupa bersyukur. Dia merasa memiliki keluarga yang lengkap.
Dulu, Ify merasa kelebihannya untuk melihat 'mereka' adalah sebuah kesialan. Anggapan itu kini terbuang jauh, saat dia memiliki keluarga lain yang teramat menyayanginya. Dia juga sangat beruntung bisa mengenal orang yang satu frekuensi dengannya. Sahabat yang dulu selalu ada untuknya, kini dia kembali di sisinya.
Lewat tengah malam, Ify terbangun dari tidur lelapnya. Dia terduduk dengan tubuh yang menegang. Mecha yang terusik pun membuka matanya.
"Fy, kamu mau ke kamar mandi?" Tidak ada sahutan. Ify menunduk.
"Apa mau ambil minum di dapur? Perlu Kak Mecha temenin?"
Bukannya menyahut, Ify malah berjalan hendak keluar kamar. Mecha sontak menyusul Ify dan mencekal tangannya. Dia tahu, bukan Ify yang bersamanya saat ini.
"Kamu siapa?" tanya Mecha yang semakin yakin dengan prasangkanya.
Di luar dugaan, Ify menepis tangan Mecha dan mendorongnya kasar. Mecha semakin panik saat melihat Ify berjalan cepat menuju sisi samping rumah. Tak lain dan tak bukan adalah mengarah ke kolam renang. Perempuan berumur 22 tahun itu hendak mengikuti Ify tapi berbalik berlari menuju kamar adiknya. Dia tahu, hanya Kevin yang bisa mengatasi keadaan ini.
"Vin! Kevin! Bangun Vin!" Mecha menggedor pintu kamar Kevin.
"Kevin! Vin!" Mecha bertambah panik karena Kevin tak kunjung keluar.
"Apaan sih Kak? Ganggu aja orang lagi tidur?" tanya Kevin protes.
"Ify, Vin!"
"Dia kenapa?"
"Dia bangun terus pergi gitu aja! Gue liat dia pergi ke kolam renang!"
"Ngapain dia kesana? Dia kan nggak bisa berenang!"
Kyaaa!!!
Mereka berdua tersentak mendengar suara jeritan. Mama dan papa Kevin ikut keluar karena mendengar keributan.
"Ayo Vin! Cepet!"
Kevin bergegas menuju kolam renang. Dia melihat sosok wanita berdiri menyaksikan Ify yang hampir kehabisan napas. Sosok itu mengejek dengan tawa melengkingnya.
"Sial!" umpat Kevin. Dia segera menceburkan diri ke kolam untuk menolong sahabatnya itu.
Ify semakin tak bisa merasakan tubuhnya. Matanya perih dan telinganya berdengung. Dia tersadar sudah meminum banyak air. Ify berusaha teriak tetapi suaranya tidak mau keluar. Dia ikhlas bila memang ini akhirnya. Berada di tengah keluarga yang menyayanginya sudah cukup membuatnya merasa hidup. Kemudian, pandangannya gelap.
Kevin membawa Ify ke tepian. Tangan Kevin bergetar menahan dingin, marah, dan takut. Dia takut terjadi sesuatu dengan Ify. Dia tidak ingin kehilangan sahabat yang baru ditemuinya lagi beberapa hari yang lalu. Kevin menepis pikiran buruknya lalu memberi pertolongan pertama.
Uhuk... uhuk...
Ify terbatuk dan mengeluarkan air kolam yang sempat tertelan olehnya. Hal itu membuat Kevin dan keluarganya bernapas lega.
Keesokan paginya kondisi Ify tidak baik. Tubuhnya panas dan menggigil. Mama dan kakak Kevin memperhatikan Ify seperti keluarga sendiri. Sedangkan Kevin langsung memberitahu mama Ify. Dia juga mengabari Alvan tentang kondisi Ify sekarang agar bisa mendapat izin dari sekolahnya.
Sahara semakin keterlaluan! Geram Kevin.
♡´・ᴗ・'♡
fila_daSee u next :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKASA✔
Teen FictionSteffy Aliyaza, gadis manis yang sedikit berbeda dari gadis lainnya karena bisa melihat 'mereka'. Sebagian hidupnya yang hancur perlahan terkikis setelah bertemu seorang laki-laki alumni sekolahnya. Mereka bisa begitu dekat dalam waktu singkat. Namu...