Ify merasakan tubuhnya yang ringan seolah tak ada beban. Dia merasakan ketenangan yang membuatnya seolah menghilangkan semua himpitan dalam hidupnya. Seandainya saja dia bisa selalu merasakan ketenangan dan kenyamanan seperti sekarang ini, pasti dia akan lebih menikmati kesehariannya.
Tapi tunggu! Bukan masalah ketenangan dan kenyamanan saat ini, tapi lebih tepatnya keberadaannya. Ya! Di mana dia sekarang? Bagaimana Ify bisa tenang dan nyaman bila dia saja tidak tahu di mana keberadaannya sekarang.
Ify merasa sedang berada di pinggiran hutan. Sendirian. Dalam kegelapan. Dia sendiri tidak ingat mengapa bisa sampai ke tempat ini. Seingatnya dia baru saja...
"Kamu harus berhenti mengganggunya!"
Terdengar seorang lelaki yang tengah berbicara dan lebih terdengar seperti memerintah.
Sontak Ify celingak-celinguk mencari darimana suara itu berasal. Dia sendiri tidak tahu harus senang atau malah takut. Dia bisa saja senang karena itu artinya dia tidak sendirian di tempat yang asing baginya. Namun, dia akan sangat ketakutan jika bertemu dengan orang jahat atau bahkan ingin mencelakai dirinya.
Ify menyusuri di sekelilingnya, berharap dia memang tidak sendirian dan dipertemukan dengan orang baik yang mungkin bisa menjelaskan tentang semua ini. Dia mulai berjalan. Tiba-tiba...
Wush...
Seketika Ify berbalik ke belakang. Dia merasakan ada angin yang melewatinya. Tapi dia tidak menemukan apa-apa. Detik berikutnya...
Wush...
Kali ini dia tidak seketika membalikkan badan. Dia membalikkan badan perlahan-lahan. Entah mengapa kali ini jantungnya berdegup cepat. Dia lebih waspada daripada sebelumnya. Akhirnya, perlahan tapi pasti dia membalikkan badannya.
Tiba-tiba....
Aaaargh!!!!!
Sontak Ify mundur dengan panik. Kepanikannya malah menambah kesialan baginya. Dia terjerembab dan sudah mulai putus asa.
Ify menjauhkan tubuhnya dari sosok yang begitu menyeramkan itu. Sahara! Penampilannya tampak berbeda dari sebelumnya. Berambut panjang kusut, memakai dress putih lusuh yang tampak berhiaskan bercak merah. Wajahnya pucat, juga tampak ada bekas luka sayatan di beberapa bagian tubuhnya. Dan hal yang paling mengganggu adalah bau anyir darah yang membuat semua orang yang menciumnya mual. Bahkan, kali ini sosok yang telah berulang kali akan mencelakainya itu menjulurkan tangannya dan berhasil meraih leher Ify.
Ify ingin berteriak tetapi entah mengapa suaranya seperti tercekat. Dia sama sekali tak bisa bersuara. Lalu bagaimana dia bisa selamat jika tidak ada orang yang akan menolongnya.
Kali ini Ify semakin tidak bisa berbuat apa-apa. Sahara semakin mengeratkan cengkeraman tangannya di leher Ify.
Uhuk... Uhuk…
Ify terbatuk karena dia hampir kehabisan oksigen.
To-looong!!!! Uhuk…
Akhirnya suara yang Ify nantikan keluar juga. Walaupun terdengar terbata, tapi semoga suaranya yang sudah hampir hilang itu dapat membantunya.
Uhuk... Uhuk... Uhuk…
Ify semakin sering terbatuk karena Sahara semakin erat saja mencengkeram lehernya. Kuku-kukunya begitu tajam sehingga semakin terasa perih.
"Sudah aku bilang berhenti mengganggunya!"
Ify mendengar teriakan seorang lelaki. Dia sungguh bersyukur. Sepertinya Tuhan masih menyayanginya sehingga dia masih diberikan pertolongan.
Seiring dengan teriakan lelaki itu, Sahara perlahan melepaskan cengkeraman dari lehernya. Dia merasakan ngilu karena kuatnya cengkeraman Sahara.
BERHENTI MENGGANGGUNYA ATAU KAMU AKAN AKU BAKAR!?
Terdengar lagi suara laki-laki yang dia yakin adalah malaikat yang dikirimkan Tuhan untuknya. Dia berkata kepada Sahara dengan nada mengancam.
Tunggu! Sepertinya dia kenal suara itu.
Kak Aksa!!!
***
Ify terduduk di atas kasurnya. Keringat bercucuran dari dahi bahkan ke tubuhnya. Ify menengok jam weker di samping tempat tidurnya, pukul 01.17. Apa itu tadi? Mimpi? Terlalu nyata untuk disebut sebagai bunga tidur. Baru saja dia merasakan nyaman di kamarnya lagi tapi ada saja yang mengganggu. Ya, Ify tidak lagi di rumah Zenia. Setelah diantar teman-teman Aksa, Ify dijemput mamanya. Jujur, dia sungguh bahagia mamanya mau mencarinya. Apapun alasannya, Ify seolah merasakan kasih sayang mamanya akan segera kembali. Soal Aksa, dia sendiri belum mendapat kabar lagi darinya.
Ify bangkit dari kasurnya, bermaksud untuk mengambil minum di dapur. Namun, dia terhenti ketika merasakan perih di lehernya. Dia berjalan menuju cermin di meja riasnya yang malah membuatnya kembali ketakutan. Luka! Luka itu begitu nyata memerah di lehernya. Sahara benar-benar keterlaluan! Batin Ify kesal.
***
Hampir tengah malam, Aksa merebahkan badannya di sofa ruang rawat Bela. Mamanya sudah lama ada di sana sebelum Aksa datang. Bela mengalami kecelakaan tunggal di area tikungan yang cukup tajam. Saat itu Bela pulang sampai malam karena ada kegiatan di sekolahnya. Efek kelelahan dan kurang konsentrasi adalah dugaan awal penyebab kecelakaan Bela. Sampai saat ini dia belum sadarkan diri.
Aksa memejamkan matanya dan antara mimpi atau nyata, dia sempat melihat sosok Sahara sekilas. Namun, dia tidak sempat mencari tahu sampai akhirnya dia kembali terjaga tapi bukan di alam nyata. Dia berada di area hutan yang rimbun. Beberapa kali dia hampir terperosok, karena cahaya satu-satunya adalah dari bulan yang belum membulat sempurna.
Ketika sibuk berpikir untuk mencari jalan keluar, Aksa terhenyak. Jarak lima meter darinya, berdiri sosok yang beberapa minggu ini mengacau hari-harinya. Sahara!
"Mau apa kamu?" tanya Aksa mulai geram karena dia yakin Sahara adalah sumber masalahnya.
Aku akan membunuhnya!
"Kamu harus berhenti mengganggunya!"
Bukannya menurut, Sahara malah melesat pergi. Aksa berusaha mengejar kemana Sahara akan pergi. Dia berkeliling tapi tak kunjung menemukan Sahara. Sampai akhirnya, dia melihat seorang perempuan yang seolah tak lagi berdaya. Ify!
"Sudah aku bilang berhenti mengganggunya!"
Nihil. Sesungguhnya Sahara semakin ganas dan kini Sahara mengarahkan amarahnya pada Aksa.
BERHENTI MENGGANGGUNYA ATAU KAMU AKAN AKU BAKAR!?
Aksa mulai mengancam. Berbagai upaya dilakukannya. Mungkin tidak akan menuntaskan semuanya tapi setidaknya dia dan Ify bisa aman sementara ini. Pertarungan yang sebenarnya tidak imbang antara manusia dan hantu. Tetap saja, manusia lebih kuat dari ‘mereka’ yang kerjaannya mengganggu manusia.
Aksa berjingkat dari posisi tidurnya. Dia merasakan kelelahan yang luar biasa. Tiba-tiba dia teringat Ify yang tadi dia tinggalkan begitu saja. Dia berniat menghubungi Ify tapi gagal karena ponselnya mati. Sungguh, dia hanya bisa berdoa semoga Ify baik-baik saja.
Ini tidak bisa dibiarkan! Batin Aksa sambil mengepalkan tangannya geram.
♡´・ᴗ・'♡
fila_daVomment yukk :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKASA✔
Teen FictionSteffy Aliyaza, gadis manis yang sedikit berbeda dari gadis lainnya karena bisa melihat 'mereka'. Sebagian hidupnya yang hancur perlahan terkikis setelah bertemu seorang laki-laki alumni sekolahnya. Mereka bisa begitu dekat dalam waktu singkat. Namu...