[16] Sebuah Janji

44 3 0
                                    

Seperti biasa, pagi yang cerah Ify bersiap berangkat sekolah. Kali ini dengan semangat yang lebih besar. Perubahan mamanya membuat Ify lebih semangat menjalani hari-hari.

Ify memeriksa isi tasnya sekali lagi sebelum keluar kamar. Di sela-sela kegiatannya, terdengar notifikasi pesan masuk di ponselnya. Dia meraih benda pipih itu kemudian membuka aplikasi pesan Whatsapp.

Kak Aksa_Mahendra:
Pagi nak kecil!
Jangan berangkat dulu, Kak Aksa jemput.

Pesan dari Aksa berhasil membuat Ify tersenyum pagi itu. Setelah mengetikkan balasan ‘Oke’, dia keluar kamar. Kemudian, dia menuju dapur dan mendapati mamanya yang tengah sibuk di sana.

Terkadang Ify masih tak percaya. Mamanya benar-benar berubah 180 derajat. Tidak ada lagi wajah cuek dan dingin. Wajahnya yang termakan usia tetap terlihat cantik karena lebih sering tersenyum. Ify tak mengerti alasan di balik perubahan mamanya. Namun, apapun itu dia sungguh bersyukur karena membuat mamanya kembali menjadi malaikat tak bersayap baginya.

Tak berselang lama, terdengar pintu diketuk. Kak Aksa cepet juga sampainya. Batin Ify.

“Hai Ka-”

Ify terkejut ketika pintu rumahnya benar-benar terbuka. Aksa tampak begitu berbeda. Dari segi apapun sungguh berubah. Tidak! Itu memang bukan Aksa, melainkan…

“Alvan?” Ify keheranan.

Alvan hanya memandang Ify seraya tersenyum manis. Ya, senyum Alvan memang manis. Ini adalah salah satu review yang jujur.

“Lo udah baik-baik aja?” tanya Ify mengingat kemarin Alvan benar-benar seperti orang yang hampir sekarat. Ini bukan lebay tapi memang begitu kenyataannya.

“Gue baik-baik aja. Khawatir banget ya?” jawabnya sambil terkekeh dan mendapat cebikan pelan dari Ify.

“Enggak. Biasa aja,” jawab Ify memalingkan wajah tak mau terlihat gugup.

“Ooh biasa aja tapi kok sepanjang perjalanan lo nangis? Kenapa tuh mata? Kena urin semut?” tanya Alvan yang lebih condong meledeknya kemudian dia tertawa lebar.

“Enak aja lo!”

“Eh! Terus lo tahu rumah gue dari mana?” tanya Ify karena dia memang belum pernah memberitahu alamatnya pada Alvan.

“Nggak penting tahu dari mana, yang jelas gue kesini mau jemput lo dan gue nggak terima penolakan,” tutur Alvan.

Ify tidak tahu harus memberi respons apa. Sebenarnya dia tidak enak hati menolak Alvan tapi dia sudah terlanjur membuat janji dengan Aksa.

“Ee… Gue,”

Beberapa saat kemudian, terdengar deru motor memasuki halaman rumah Ify. Seorang laki-laki turun dari motor, melepas helm, kemudian berjalan ke arah Ify.

“Ify berangkat bareng gue,” ucap Aksa to the point.

“Ify! Belum berangkat ya?” tanya seseorang yang muncul dari balik pintu.

“Loh, ada Aksa. Kok nggak diajak masuk?” Aksa menyalami Rere.

“Kamu temen sekolahnya Ify?” tanya Rere pada Alvan.

“Iya Tante. Saya Alvan,” sahutnya yang juga menyalami Rere.

“Izin ya Tan, berangkat bareng Ify,” pamit Aksa.

“Iya, hati-hati ya di jalan.” Aksa sempat membatin bahwa mama Ify benar-benar berubah daripada saat pertama kali bertemu dulu.

“Ya udah Ify berangkat ya Ma,” pamit Ify kemudian.

Sorry ya Al. Gue emang udah janji duluan sama Kak Aksa,” lanjutnya kepada Alvan pelan. Entahlah, dia sedikit takut pria ini tersakiti. Alvan hanya tersenyum kecil dan menatap kepergian mereka.

Sepanjang perjalanan, tidak ada obrolan yang menghiasi sejuknya pagi itu. Baik Aksa maupun Ify sama-sama terlarut dalam pikiran masing-masing.

Sesampainya di area parkir sekolah, suasana masih tampak tidak terlalu ramai meskipun tidak sepi.

“Fy,” panggil Aksa mencoba memecahkan kecanggungan di antara mereka.

“Iya?” sahut Ify menoleh.

“Ke taman belakang dulu yuk! Kak Aksa kangen ngobrol sama kamu.”

Ajakan Aksa diiyakan begitu saja oleh Ify. Dia juga tampak menantikan momen seperti ini. Taman yang didominasi tanaman bugenvil itu juga tampak sepi bahkan tidak ada orang kecuali mereka.

Aksa memilih berdiri di dekat kolam ikan kemudian menghela napas tenang. Ify menyusul kakak tingkatnya itu dan berdiri tepat di samping kanannya.

“Kak Aksa nyakitin kamu ya?”

Pertanyaan Aksa berhasil membuyarkan lamunan Ify yang tengah memperhatikan ikan-ikan berkejaran. Ify menghadap Aksa dan menatapnya dalam. Baru saja dia hendak bertanya maksud pertanyaan Aksa, dia merasakan tubuhnya seolah terbelenggu. Aksa memeluknya begitu erat membuatnya tak bisa bergerak. Lagi, perilaku Aksa semakin membuatnya bingung.

“Maaf.” Hanya itu kata yang mampu terucap dari mulut Aksa saat ini.

“Maaf untuk apa, Kak?”

Aksa melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Ify. Dia menatap Ify lekat seolah menguncinya agar tak berpaling dari menatapnya. Aksa meraba leher Ify dan sukses membuatnya merinding.

“Luka kamu?” Ify memiringkan kepala sedikit tanda tak mengerti.

“Sahara nyakitin kamu lagi kan?” Ify masih terdiam, membiarkan lelaki di hadapannya ini menuntaskan ucapannya.

“Maafin Kak Aksa! Harusnya Kak Aksa bisa jagain kamu atau setidaknya ngingetin kamu. Harusnya—”

“Kak!” Ucapan Aksa terhenti.

“Aku baik-baik aja kok. Aku juga nggak boleh bergantung kan sama Kak Aksa. Hidup Kak Aksa nggak cuma buat jagain aku,” jelas Ify panjang lebar mencoba menenangkan Aksa yang tampak menyesal.

“Tapi sekarang Kak Aksa janji sama kamu! Kak Aksa bakal jagain kamu dari gangguan ‘mereka’ maupun manusia yang berhati kayak ‘mereka’,” ucap Aksa meyakinkan Ify. Senyumnya mengembang.

“Makasih ya Kak.” Keduanya saling melempar senyum tulus.

“Tapi Bela?” celetuk Ify dan keadaan kembali menegang.

“Bela bukan siapa-siapa. Tapi kamu istimewa,” ucap Aksa sambil mengacak pucuk kepala Ify pelan. Entah mengapa ucapan Aksa begitu melegakannya.

Jam pertama akan dimulai dalam lima menit.

Kalimat pengiring bel tanda pelajaran akan segera dimulai sudah terdengar. Menjadi sebuah tanda pula bahwa obrolan antara dua orang yang masih saling bertanya untuk apa mereka diciptakan ini harus berakhir.

“Oke! Sekarang nak kecil satu ini harus masuk kelas,” sambung Aksa sambil mencubit kecil pipi Ify.

“Siap, Pak!” sahut Ify semangat dan memberi hormat pada Aksa layaknya kepada komandan. Gelak tawa menjadi penutup manisnya obrolan mereka pagi itu.

♡´・ᴗ・'♡
fila_da

Apakah kalian percaya dengan janji Aksa? 🤔

ALKASA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang