"Kita mau kemana Kak?" tanya Ify saat sudah berada di mobil Aksa.
"Ada deh. Tunggu aja," jawab Aksa yang selalu membuat Ify penasaran.
Malam itu langit begitu cerah. Bintang-bintang bertaburan melengkapi cahaya bulan yang begitu indah. Suasana jalanan kala itu lumayan ramai dan terdapat beberapa titik macet yang tidak terlalu panjang. Ify begitu menikmati perjalanan dengan Aksa malam ini.
Drrtt... Drrtt...
Ify merogoh ponsel dalam tasnya dan memainkannya sebentar. Nomor tak dikenal mengirim pesan tapi memperkenalkan diri dengan nama, Alvan!
+62862398XXXX
Fy, Alvan nih. Gue gabut jadi ngechat lo.Ify sempat bersungut.
Nggak juga sih. Gue pengen aja gangguin lo sama Aksa. Hahha!
Beruntung ada lanjutannya, eh.
Kok dia bisa tahu? Dasar cowok aneh. Batin Ify dan memasukkan ponselnya ke dalam tas.
"Siapa? Alvan?" tanya Aksa mengejutkan Ify.
Ify hanya terdiam.
"Tadi dia nembak kamu ya?"
"Iya, mungkin." Ify tidak yakin karena sifat Alvan yang susah ditebak antara serius atau bercanda.
"Udah kamu terima?" tanya Aksa datar.
Ucapan Aksa membuat Ify mendadak seolah kehabisan napas. Apa maksudnya? Apa Aksa mau...
"Kenapa?" tanya Ify meyakinkan.
"Ya, masa Kak Aksa jalan sama pacar orang. Emangnya Kak Aksa cowok apaan?" jawab Aksa enteng.
"Ooh." Ify tertunduk karena pikirannya salah.
"Kenapa, kok sedih gitu?"
"Ooh Kak Aksa tahu. Pasti kamu berharap ditembaknya sama Kak Aksa kan?"
Aksa paling bisa membuat pipi Ify benar-benar seperti tomat paling matang.
"Eh, enggak kok. Siapa juga yang berharap?" Ify malu setengah mati.
"Yakin?" tanya Aksa sambil tersenyum jahil.
"Udah ih Kak. Fokus aja tuh nyetirnya," pungkas Ify mencoba menyudahi obrolan yang benar-benar membuat jantungnya tidak berfungsi dengan normal.
Setelah perjalanan yang memakan waktu hampir setengah jam, Aksa menepikan mobilnya memasuki area parkir restoran bergaya estetik. Style warnanya didominasi cokelat tua dan diimbangi dengan warna-warna dasar seperti putih dan hitam. Malam itu tidak terlalu ramai pengunjung tapi tidak sepi juga.
Aksa menggiring Ify ke tempat duduk dekat jendela besar yang menghadap ke taman belakang resto, Ify dan Aksa segera memesan makanan.
"Kak, aku mau tanya," ucap Ify di sela makannya.
"Satu pertanyaan lima puluh ribu ya."
Ify mendengus pelan.
"Yaudah ga jadi," Ify memanyunkan bibirnya.
Hahhahahhaa
Aksa tertawa lebar.
"Nak kecil mau tanya apa sih?" Aksa mencubit pipi Ify karena tidak tahan dengan tingkah Ify yang menurutnya terlampau menggemaskan.
"Iih sakit Kak!" Ify memegangi pipinya yang memerah.
Ify tampak berpikir sejenak.
"Sebenernya—"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKASA✔
Teen FictionSteffy Aliyaza, gadis manis yang sedikit berbeda dari gadis lainnya karena bisa melihat 'mereka'. Sebagian hidupnya yang hancur perlahan terkikis setelah bertemu seorang laki-laki alumni sekolahnya. Mereka bisa begitu dekat dalam waktu singkat. Namu...