[28] Pengusiran

44 1 0
                                    

“Ini udah nggak bisa dibiarin,” ucap Kevin datar membuka percakapan.

“Maksud lo?” tanya Aksa agar Kevin memperjelas kalimatnya.

Saat ini mereka sedang berada di halaman belakang rumah Kevin untuk membicarakan masalah yang harus segera diselesaikan.

“Sahara udah keterlaluan. Pertama, dia udah nyelakain Ify yang sangat berarti buat gue. Kedua, dia udah berusaha nyelakain Bela yang mungkin berarti buat lo tapi lagi-lagi Ify yang jadi korban,” terang Kevin.

“Asal lo tahu, Ify juga penting buat gue,” tegas Aksa. Kevin tersenyum puas.

“Penting tapi lo sia-siain dia gitu aja,” sindir Kevin. Aksa mengeraskan rahangnya yang segera disadari oleh Kevin.

“Terlepas dari itu semua, kita harus berbuat sesuatu untuk menghentikan ulah Sahara,” sambungnya. Aksa tampak berpikir.

“Lagian, kenapa tu hantu bisa suka sama cowok kayak lo coba?”

“Nggak udah ungkit soal itu! Buruan kasih tahu apa yang bisa kita lakuin?” kesal Aksa.

“Dia sebenernya terikat teritori tapi masih bisa kemana-mana. Jadi cara yang mungkin bisa kita tempuh adalah dengan ngiket dia. Lo paham kan maksud gue?”

“Lo yakin dia mau dateng?” tanya Aksa ragu.

“Kalo nggak mau, kita panggil paksa,” jawab Kevin.

“Kapan kita bisa eksekusi?”

“Malam ini. Di lahan kosong belakang sekolah,” jawab Kevin mantap.

***

Sekitar pukul 9 malam, Kevin melajukan mobilnya menuju tempat yang telah disepakati dengan Aksa yang kini duduk di samping kirinya. Alasan tentang apa yang akan mereka lakukan adalah mereka tidak mau orang-orang yang disayangi celaka oleh makhluk tak kasat mata. Sebagaimana sejatinya, derajat ‘mereka’ lebih rendah daripada manusia.

Kevin melirik ponsel yang yang menampilkan notifikasi pesan masuk. Dia mengambil dan membuka aplikasi penampil pesan itu.

AlvanPramuda:
Lo di mana? Gue mau ngobrol kalo lo ada waktu.

KevinAlvino:
Gue lagi di luar. Nanti gue kabarin kalo urusan gue udah beres.

Kevin meletakkan kembali ponselnya dan fokus menyetir. Tak lama kemudian, mereka sampai di tempat yang dituju. Suasana di sana gelap dan sepi. Maklum, siapa yang bakal mau ke tempat seperti itu kecuali mereka yang memang terpaksa. Kevin turun dari mobil diikuti Aksa dan memindai lokasi itu sebentar.

“Gimana?” tanya Kevin meminta pendapat.

“Sejauh ini aman. Semoga bisa beres,” jawab Aksa.

“Kita mulai sekarang. Siap?” Kevin memberi aba-aba. Aksa mengangguk yakin.

Kevin memulai langkah pertama. Dia duduk bersila di tanah, memejamkan mata, dan mengatur napasnya. Dia bersiap untuk memanggil paksa Sahara. Aksa mengawasi sembari bersiap ketika gilirannya untuk beraksi. Sedikit susah untuk menarik Sahara ke tempat mereka. Namun, dengan sedikit paksaan, akhirnya Sahara bisa dibawa ke sana.

Mau apa membawaku ke sini? Apa kalian ingin berserah kepadaku?

Kevin dan Aksa memandang kesal pada Sahara. Tanpa menggubris ucapan Sahara, Aksa menjalankan tugasnya. Dia berkonsentrasi penuh. Apa yang akan dilakukannya mungkin akan sedikit menguras tenaganya. Hal ini sebenarnya biasa terjadi, karena berurusan dengan ‘mereka’ adalah suatu hal yang berbeda.

Di sisi lain Kevin merasakan makhluk-makhluk yang ada di sana mulai bermunculan dan seakan siap mengeroyoknya dan Aksa. Aneh, kenapa ‘mereka’ bisa mengintimidasi seperti ini? Pikir Kevin. Dia melihat Aksa yang seolah sedang kuwalahan menghadapi sesuatu. Kevin mengernyit menyadari apa yang terjadi.

“Sa! Lo panggil siapa?” tegur Kevin. Aksa tak menyahut.

Berani sekali kalian datang ke sini! Kalian pikir bisa mengambil yang ada di sini?

Suara Aksa berubah berat. Dia sedang mediumisasi dengan sosok penjaga yang ada di sana.

“Maaf, bukan begitu maksud kami.” Kevin mencoba ramah.

PERGI!

“Iya, kami akan pergi kalau urusan kami sudah selesai,” ucap Kevin.

Hahaahhahhahahahha…

Suara tawa Sahara melengking seolah mengejek.

PERGI SEKARANG!

Bentak sosok yang ada di dalam tubuh Aksa. Beberapa saat kemudian Aksa kembali dan terbatuk berulang kali.

“Sa! Lo kenapa malah—” Kevin tak melanjutkan ucapannya karena dia merasakan suasana di sana semakin tidak kondusif. Dadanya mulai sesak. Tak ada waktu lagi. Dia harus menyelesaikan semuanya dengan cepat.

Hahahahhahahahhaha…
Kalian tidak akan bisa menghentikanku!

Sementara Aksa masih memulihkan keadaannya, Kevin mengumpulkan sisa tenaga dan konsentrasinya.

“Maaf Sepuh,” ucap Kevin dengan mata tertutup.

Kenapa malah mengumpulkan?

“Iya Sepuh, maaf karena sudah mengganggu,”

Agh, kalau seperti ini mengacaukan namanya.

“Iya Sepuh, kami tahu ini bukan tugas kami,”

Hmm… ya sudah, kalian cepat pulang. Biar aku yang urus.

“Baik. Terima kasih, Sepuh,”

Tak lama kemudian, terdengar suara Sahara yang menjerit bahkan sempat mengancam akan balas dendam.

Lepaskan! Lepaskan aku! Aku akan membalas kalian!

Aaaaaaaaaaargh…

Teriakan Sahara menghilang menjadi sebuah tanda bahwa dia sudah mendapat ganjarannya. ‘Mereka’ yang tadi mengerumuni Kevin dan Aksa juga menghilang. Keduanya menarik napas panjang dan mengembuskannya penuh kelegaan. Semoga ini benar-benar berakhir.

KevinAlvino:
Gue otw balik ke RS.

AlvanPram:
Oke. Temuin gue di taman.

“Lo duluan aja, gue masih ada urusan,” ucap Kevin pada Aksa saat mereka sudah sampai di parkiran rumah sakit untuk menjaga Ify.

Kevin berjalan ke arah taman di mana Alvan memintanya untuk bertemu.

“Sorry Al, gue lama kesininya,” sapa Kevin saat melihat Alvan yang sudah menunggunya.

“Santai aja. Emang dari mana lo?”

“Pergi sama Aksa beresin soal Sahara,” jawab Kevin sedikit terlintas apa yang baru saja mereka lakukan.

“Maksudnya kalian ngusir ‘dia’?”

“Yaa semoga aja dia bener-bener pergi.” Alvan mengangguk.

“Btw lo mau ngomongin soal apa sama gue?”

“Gue mau tanya sih. Lo deket banget sama Ify?”

“Ya deket banget. Gue udah kenal dia dari kecil. Kenapa? Lo cemburu?” tebak Kevin. Alvan terdiam.

“Tenang aja bro. Gue udah anggep dia kaya saudara sendiri.” Kevin menepuk bahu Alvan.

“Bukan soal itu,” bantah Alvan. Kevin mengernyit.

“Berarti kalo misalkan gue nggak bisa jagain Ify lagi, lo bisa kan jagain dia?”

“Lo apaan sih? Ya jelas lah gue bakal jagain dia terus. Lagian katanya lo mau jadiin dia istri, kenapa malah ngomong gini?” Alvan terkekeh.

“Kan kita nggak tahu semenit kedepan bakal terjadi apa,” ucap Alvan membuat Kevin tersenyum kecut.

“Tapi gue janji, gue bakal jagain dia dan nggak bakal bikin dia susah,” ujar Alvan mantap. Mereka saling melepas tawa ringan. Meskipun jika ditelisik, ada sesuatu yang sama-sama ingin mereka perjuangkan.



♡´・ᴗ・'♡
fila_da

Kerja sama yang baik ._.

ALKASA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang