[11] Alvan Pramuda

71 3 0
                                    

Ify berjalan menuju ke perpustakaan setelah menyelesaikan urusannya di ruang BK. Bukan karena melanggar peraturan sekolah atau tindakan buruk lainnya. Ini berkaitan dengan beberapa hari dia tidak masuk sekolah. Sudah menjadi kebiasaan, siswa yang tidak masuk akan segera dipanggil untuk menyelesaikan kewajibannya setelah hadir kembali. Beruntung, Ify murid yang aktif dan dia segera mengejar mata pelajaran yang ditinggalkan.

Ify menyusuri rak yang menampilkan deretan buku berbau sosial-politik. Dia memang memiliki ketertarikan tersendiri di bidang ini. Itulah mengapa, walaupun dia selalu menjadi juara umum di SMP nya dulu tapi tidak mengambil jurusan IPA di SMA. Dia tahu di bidang apa kemampuannya. Jadi, dia tidak mau ambil risiko.

Setelah membaca beberapa judul, akhirnya Ify menemukan buku yang dicarinya. Terletak di rak paling atas nan tinggi. Dia mulai berjinjit tinggi agar dapat meraih buku itu. Sungguh, dia sudah berusaha sekuat tenaga tapi buku itu benar-benar belum bisa dijangkaunya. Atau memang karena dia yang kelewat pendek?

Ify belum mau menyerah. Dia melompat-lompat kecil sambil terus menggapai-gapai buku yang diinginkannya. Setelah perjuangan yang lumayan bikin ngos-ngosan, akhirnya buku itu ada di genggamannya. Namun, apa yang dilakukannya barusan membuat buku-buku lainnya ikut bergetar dan akhirnya...

BRUKKK...

"Argh!"

Ify tersentak mendapati buku-buku berserakan dan parahnya ada seseorang yang mengaduh kesakitan karena tertimpa buku yang terjun bebas.

"Duh, sorry sorry. Gue nggak sengaja."

Ify berjongkok di dekat laki-laki yang sebenarnya sedari tadi melihatnya sedang bersusah payah mengambil buku. Laki-laki itu hanya memperhatikan sambil tersenyum kecil. Dia mendekati posisi Ify dan menunggu gadis itu untuk meminta pertolongan padanya. Namun, gadis berbulu mata lentik itu tidak pantang menyerah. Hasilnya laki-laki itu sendiri yang kena batunya karena tidak to the point menolong Ify. Apa mungkin itu hanya alibi semata?

"Eh, lo nggak papa kan?"

"Kenapa maksa banget sih ambil buku sendiri? Kalo nggak bisa, minta tolong. Gausah gengsi dibilang pendek. Kan emang itu kenyataannya."

Ify melotot mendengar ucapan laki-laki yang memang jauh tinggi darinya. Bagaimana tidak? Tinggi Ify saja hanya sedadanya, sampai-sampai dia harus benar-benar mendongak agar bisa menatap wajah laki-laki itu dengan jelas.

"Enak aja! Buktinya gue bisa ambil buku yang gue mau." Ify mendengus kesal.

"Tapi buktinya, gue jadi korban. Sakit nih badan gue."

"Yaa siapa suruh lo ada di sini? Dan darimana lo tahu gue mau ambil buku di rak yang paling atas? Oooh gue tahu! Lo pasti ngintipin gue kan dari tadi? Ngaku!"

"L-lo kan tadi loncat-loncat gitu. Jadi ya gue penasaran." Laki-laki bermata lebih sipit dari Ify dengan alis tebal itu berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

Ify mencebik pelan dan mulai membereskan buku-buku yang berceceran di lantai. Disusul oleh laki-laki yang meledeknya beberapa saat yang lalu. Deg.

Setelah selesai, Ify berniat kembali ke kelas karena sebentar lagi jam istirahat selesai.

"Eh tunggu!"

Ify menghentikan langkah dan berbalik menatap seseorang yang sedari tadi masih membuntutinya.

"Gue Alvan Pramuda," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Ify mengeryit bingung tapi kemudian menerima jabatan tangan laki-laki bernama Alvan itu.

"Gue–"

"Gue tahu lo siapa. Ify kan? Anak IPS 2 yang lagi deket sama alumni angkatan dua tahun lalu. Namanya Aksi. Eh Arraso. Eh siapa sih? Ak–"

"Aksa!" Ify menyahut, karena Alvan tak kunjung menyebut nama Aksa dengan benar.

Ify meneruskan langkahnya yang tertunda dengan Alvan di sebelahnya.

"Eh kok lo bisa tahu gue deket sama Kak Aksa?"

"Lah, lo nanya? Gosip antara lo dan Aksa itu udah jadi makanan sehari-hari di SMA Bhinneka tahu nggak?"

Ify sempat terheran. Apa iya sampai segitunya? Dia dan Aksa kan tidak ada hubungan apa-apa. Ngomong-ngomong soal Aksa, dia jadi ingat bahwa seharian ini dia tidak melihat Aksa di sekolah.

"Lo anak IPA? Tapi kok gue jarang liat lo di sekolah kelas 11 kemarin?" tanya Ify.

"Iya. Gue anak IPA 1. Baru kelar exchange di Prancis." jawab Alvan.

Ify sempat terkagum. Kemudian, mereka melanjutkan tujuan ke kelas masing-masing. Koridor deretan ruang kelas sudah tampak lengang. Para siswa pasti sudah masuk ke kelas dan bersiap mengikuti pelajaran berikutnya.

Ify berjalan sambil sesekali menatap ke bawah karena obrolannya dengan Alvan mendadak terhenti. Ify merasakan tubuhnya terdorong oleh sesuatu dan menggiringnya ke tembok. Ify terkejut, saat Alvan meletakkan tangannya ke tembok untuk menopang tubuhnya. Sungguh, Ify hampir berpikir macam-macam atas apa yang dilakukan Alvan. Namun, melihat Alvan yang memejamkan kedua matanya dengan napas yang sedikit tidak teratur, Ify mencoba mengabaikan pikiran jeleknya.

"Al, lo kenapa?"

Alvan masih diam.

"Al..." panggil Ify dan berniat memegang wajah Alvan tapi dia urungkan ketika Alvan mulai membuka matanya.

"Gue nggak papa. Boleh minta nomor hp lo?"

"Buat apa?"

"Karena setelah ini gue selalu mau bareng lo."

Alvan memberikan hp nya kepada Ify dan membiarkan Ify mengetik. Entahlah. Ify juga tidak tahu, mengapa dia secepat itu mempercayai Alvan sampai memberikan nomornya.

"Thanks ya," ucap Alvan sambil tersenyum sekilas. Kemudian, pergi menuju kelasnya yang berada di ujung koridor.

Bisa senyum juga tu orang. Batin Ify yang kemudian memasuki kelas.


♡´・ᴗ・'♡
fila_da

Jangan lupa tinggalkan jejak =)

ALKASA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang