[27] Jadian?

43 2 0
                                    

Alvan menggerakkan tubuhnya perlahan. Sakit yang dirasakannya belum hilang tapi sedikit berkurang. Dia mengerjab dan melihat sekelilingnya. Dia mengenali tempat ini. Aromanya begitu khas. Beberapa bulan ini dia sering bolak-balik ke sini sampai beberapa tenaga medis sudah hapal dengannya-rumah sakit.

"Mas Alvan sudah bangun?" Dokter yang berdiri di samping Alvan memastikan.

"Dok, perempuan korban kecelakaan tadi sore dirawat di sini juga?" tanya Alvan teringat Ify.

"Maaf Mas, saya kurang tahu," jawab dokter.

"Handphone saya di mana, Dok?"

"Ah ini mas," Dokter itu menyodorkan benda pipih berwarna hitam.

"O iya Mas, saya cuma mau mengingatkan tentang kondisi Mas Alvan. Mas nggak bisa bandel-bandel lagi sekarang," tutur pria berkacamata itu.

"Emang kondisi saya sekarang gimana Dok?" tanya Alvan ingin tahu.

"Sel tumor yang ada di organ hati Mas Alvan kini sudah menyerang dan menembus dinding pembuluh darah. Artinya, sel ini sudah menuju jaringan sekitarnya dan akan membentuk tumor baru. Mas Alvan nggak bisa bandel-bandel lagi sekarang. Sejumlah treatment harus dilakukan dengan berkala. Jika tidak maka akan memperburuk kinerja organ hati Mas Alvan," jelas sang dokter.

"Iya Dok. Terima kasih." Alvan tersenyum hambar. Dia berusaha tegar, tetapi sebenarnya merasa hancur.

"Kalau begitu saya permisi dulu," pamit dokter. Pria berusia empat puluhan itu menepuk pundak Alvan pelan kemudian meninggalkan ruang rawat Alvan.

Alvan mencari kontak di aplikasi Whatsapp nya bertepatan dengan pintu yang terbuka.

"Kak Satria?" panggil Alvan sambil mencoba bangun tapi gagal karena sakitnya masih terasa.

"Nggak usah bangun!" tahan Satria.

"Lo nggak papa?" tanya Satria melihat adik sepupunya yang terlihat lemas.

"Nggak papa. Udah biasa," jawab Alvan sambil tersenyum kecil.

"O iya, Ify mana Kak? Dia dibawa kesini juga kan? Dia baik-baik aja kan?" tanya Alvan beruntun.

"Iya dia dirawat di sini. Udah sadar tadi. Ada Aksa yang nemenin dia," jawab Satria.

"Aksa?"

"Kenapa? Nggak usah cemburu. Lagian lo juga nggak bisa nemenin dia," ucap Satria setengah meledek.

Apa gue harus ngelakuin ini sekarang?

***

Ify menggeliat di atas ranjang rumah sakit dan merasakan kepalanya berdenyut. Terdengar pintu dibuka, saat dia masih mengumpulkan segenap kesadarannya.

"Ify!" panggil seseorang. Ify belum begitu yakin siapa yang datang.

"Kak Aksa?" lirih Ify. Aksa mendekat dan duduk di kursi samping kiri ranjang Ify.

"Kak Aksa kok di sini?" Ify terheran.

Flashback

Aksa memejamkan matanya dan berusaha fokus. Dia mempertajam kemampuan komunikasinya dengan 'mereka'. Dia juga harus membangun energi positif lebih untuk berinteraksi dengan sosok yang satu ini. Sepuh-begitu orang-orang menyebutnya. Bukan tanpa tujuan Aksa melakukan ini. Dia membutuhkan pembuktian. Kata-kata Alvan untuk menggunakan mata 'mereka' terus terngiang di kepalanya.

Errgh... Mau apa kamu?

"Punten Sepuh, mengganggu malam-malam begini,"

"Malam itu, apakah ada yang datang?"

Hahhahahhaha... Kenapa malah bertanya kepada saya?

Sebenarnya kamu bisa melihat tanpa harus ada wujud di depanmu.

"Iya Sepuh,"

Tapi semuanya kamu sangkal karena peristiwa menurut penglihatanmu.

"Ada yang kesini dan membuat teman saya celaka. Benar begitu Sepuh?"

Itu karena ada sombong di hatinya.

Merasa benar-benar memiliki.

Padahal tidak ada yang benar-benar kita miliki.

"Iya Sepuh,"

Dia dan temanmu sama-sama ingin memiliki tapi sama-sama tidak tahu bagaimana seharusnya.

"Baik Sepuh,"

"Kalau begitu benar Sahara?"

Hahahahhahaha... Kamu tahu siapa dia.

Setelah mengucapkan terima kasih, Aksa menyudahi interaksinya. Penyesalan menggodam hatinya. Selama ini dia dibutakan oleh peristiwa, bukan fakta sesungguhnya. Ify. Aksa harus mendapatkan maafnya.

Drtt... drtt....

"Halo Bel. Kenapa?"

"..."

"Terus lo baik-baik aja kan?"

"..."

"Ify? Kenapa dia?"

"..."

***

"Kak Aksa bodoh banget Fy!" ucap Aksa sambil mengacak rambutnya.

"Kak Aksa kenapa ngomong gitu?" Ify tak mengerti.

"Kak Aksa udah tahu apa yang terjadi sebenernya. Kak Aksa minta maaf Fy," sesal Aksa sambil menggenggam erat tangan Ify.

"O iya, Bela? Bela gimana Kak keadaannya?"

Aksa menghela napas pelan.

"Dia baik-baik aja. Udah pulang juga," jawab Aksa.

"Maaf Fy, Kak Aksa udah nuduh kamu. Padahal, tadi kamu malah yang berkorban buat Bela," sambung Aksa.

"Iya Kak, nggak papa kok. Aku paham." Senyum Ify mengembang.

"Nggak nggak. Kak Aksa udah nyakitin kamu. Pasti sakit banget kan nggak dipercaya sama orang yang kita sayang? Maaf Fy."

"Orang yang kita sayang?" Ify agak cengo.

"Kamu sayang kan sama Kak Aksa?" Ify mengernyit tidak tahu harus memberi respons apa.

"Kak Aksa sayang sama kamu Fy," lanjut Aksa yang membuat waktu Ify seolah berhenti.

"Kalau 'mereka' dan kesalahpahaman bisa memisahkan kita, maka cuma cinta yang tak sanggup mengikis betapa dalam rasa yang tercipta," ucap Aksa panjang yang kini tertahan. Ify menunggu.

"Steffy Aliyaza, kamu mau nggak jadi pacar seorang Anggaraksa Mahendra?"

Ify melongo mendengar kata-kata Aksa. Antara terpana atau tidak tahu apa yang tengah dirasakannya saat ini. Ify berpikir sangat keras. Bukankah selama ini dia mengharapkan kepastian? Bukankah dia menunggu untuk mendapatkan semua ini? Tapi mengapa sekarang terasa berbeda?

Ify mengambil napas dalam dan berharap jawaban yang akan diberikan kepada Aksa adalah yang terbaik.

"Aku mau Kak,"

Senyum Aksa mengembang.

Ini memang saatnya Fy. Semoga kamu bahagia.

Seseorang di balik pintu itu tertunduk, kemudian bergegas pergi.

"Aku mau kalo aku udah bener-bener yakin Kak," lanjut Ify yang membuat Aksa terkejut. Namun, Aksa tetap mendengarkan.

"Ada yang harus aku pastiin dulu. Aku nggak mau Kak Aksa nggak ngedapetin hati aku sepenuhnya. Maaf," tutur Ify.

"Kak Aksa paham kok. Tapi janji Kak Aksa tetap sama. Izinin Kak Aksa dampingin kamu sampai kamu mendapatkan yang kamu cari ya," ucap Aksa tulus.

"Makasih ya, Kak." Keduanya saling melempar senyum.

Kamu udah berjuang buat aku, Al. Sekarang, aku akan menghargai perjuangan kamu.



♡'・ᴗ・'♡
fila_da

Nah lohhh. Lieur abdi teh😅
Sapa2 kuy..

ALKASA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang