Matahari menyembul di balik gorden kamar tempat Aksa dirawat, memberikan sentuhan hangat di pipi Ify. Ditatapnya paras lelaki penyelamatnya itu. Dia belum sadar sejak semalam, akibat dari banyaknya benturan juga luka dalam di tubuhnya. Maaf. Hanya itu yang mampu dia katakan sekarang.
Orang tua Aksa belum ke sini karena Ify sendiri tidak tahu bagaimana caranya mengabari mereka. Dia hanya mengabari wali kelasnya, karena Aksa memang sedang melakukan riset di sekolahnya sekitar satu bulan dan Pak Pri adalah pembimbingnya.
Ify benar-benar tidak mengerti. Mengapa hantu itu terus mengganggunya? Dan Aksa, mengapa dia selalu hadir disaat yang tepat? Agh, semua ini membuatnya sangat bingung.
Ify beranjak dari kursi di samping ranjang Aksa, saat seseorang ah tidak, dua orang masuk dengan raut cemas. Satu wanita paruh baya dan satu lagi... Entahlah. Perempuan yang tampak seumuran dengan Ify itu tidak menunjukkan sikap ramah sedikitpun. Ify menepi memberi ruang kepada mereka.
"Ooh jadi anak saya begini itu gara-gara kamu?"
Ify terlonjak saat wanita yang dia yakin mama Aksa bicara dengan lantang di hadapannya. Ify hanya tertunduk diam.
"Ikut gue sekarang!"
Giliran perempuan yang memiliki sorot mata tajam di samping mama Aksa menarik tangan Ify kasar.
"Lo siapa sih? Kak Aksa sampe celaka gara-gara lo!" Perempuan sinis yang baru saja memakinya itu semakin menatapnya dengan tatapan tak suka.
"G-gue Ify. Ee-"
"Ah ga penting lo siapa. Yang jelas jangan pernah lo deketin Kak Aksa lagi. Atau enggak, lo yang bakal gue bikin jauh sama Kak Aksa. Ngerti lo?" Perempuan itu kembali masuk ke ruang rawat Aksa.
Ify berjalan keluar rumah sakit dengan kepala yang masih tertunduk. Memang benar, Aksa celaka karena dirinya. Namun, dia tidak pernah meminta hal itu terjadi. Semuanya sudah tertakdirkan sebelum manusia diciptakan.
Setelah dari rumah sakit, Ify tidak langsung pulang. Dia memutuskan untuk pergi ke warung soto—makanan favoritnya. Dia masih malas untuk pulang. Pasti nanti dia akan sangat kesepian karena mamanya baru akan pulang minggu depan.
Ify langsung memesan makanan karena dia sudah sangat lapar. Sambil menunggu pesanannya datang, dia mengecek ponselnya yang tidak dimainkannya sejak semalam.
Zenia_ZenZen:
Fy, lo kemana sih?
Kok nggak masuk hari ini?
Fyyy!!
Bales napa!?IfyAliyaza:
Iyaa. Kak Aksa masuk rumah sakit karena semalem nolongin gue.Send.
Ify berniat menyudahi bermain dengan ponselnya, sebelum sebuah pesan, lebih tepatnya beberapa pesan kembali masuk secara beruntun.
Kak Aksa_Mahendra:
Fy,
Kamu di mana?
Kamu baik-baik aja kan?Entahlah. Ify bukan tak ingin membalas tapi tidak ingin memperpanjang masalah. Dan yang terpenting adalah dia tidak mau Aksa kembali terluka. Di sisi lain ada kelegaan di hatinya. Aksa mengirim pesan, artinya dia sudah baik-baik saja.
Setelah pesanan datang, Ify segera menghabiskannya. Langit tiba-tiba gelap dan dia tidak mau basah kuyup di jalan. Saat musim penghujan seperti ini, memang susah mendekteksi kapan turun hujan. Setelah selesai membayar, dia langsung berjalan cepat keluar dari sana.
Ify berjalan menuju halte dan berharap ada angkutan kota yang bisa mengantarkannya ke rumah. Dia mempercepat langkah, saat rintikan hujan perlahan mengenai tubuhnya.
Sudah lebih dari 15 menit Ify menunggu tapi tak satupun angkot lewat di hadapannya. Dia sudah sangat kedinginan. Atap halte tak bisa melindunginya dari derasnya hujan.
Ify tengah bersandar pada tiang halte, ketika seseorang mendekatinya. Dia ingin berpindah tempat tapi kakinya tak kuasa lagi untuk menopangnya berdiri. Dia pasrah, membiarkan tubuhnya ambruk dan menyerahkan semuanya pada Tuhan tentang apa yang akan terjadi padanya.
***
Ify menggeliat di atas kasurnya. Dia merasakan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Perlahan tapi pasti, kesadarannya mulai terkumpul dengan mata yang masih tertutup. Namun, belum sempat semua kesadarannya pulih, dia mencium bau yang menyiksa rongga hidungnya. Sangat dekat seolah sumber bau itu tepat di depan hidungnya. Ify membuka matanya perlahan kemudian berjingkat memalingkan wajah, saat mengetahui apa yang ada di hadapannya.
"Iih Zen! Gue kan nggak suka minyak kayu putih. Lo ngapain pake tempelin ke hidung gue?"
Zenia tertawa lebar melihat sahabatnya yang baru saja siuman itu.
"Puas-puasin aja ngetawain gue," sungut Ify.
"Iyaa, sorry deh. Abisnya lo pingsan kek orang mati aja, lama banget. Dan berhasil juga akhirnya gue bangunin lo," ledek Zenia yang mendapat jitakan dari Ify.
"Btw, gimana ceritanya sampe Kak Aksa masuk rumah sakit? Terus kenapa lo nggak nemenin dia?" tanya Zenia.
"Panjang ceritanya.”
Jujur Ify masih malas mengingat kejadian semalam. Di tambah sikap mama Aksa dan perempuan tadi.
“Yaa terus lo nggak mau gitu ceritain ke gue? Tahu gitu gue nggak usah nolongin lo tadi.” Zenia memanyunkan bibirnya. Ify terkikik.
“Iya iya gue cerita,”
Ify bercerita panjang lebar. Zenia antusias mendengarkan sampai terkadang ternganga karena cerita Ify bukanlah cerita biasa. Jika menyangkut soal ‘mereka’, maka ini adalah cerita yang sedikit menyiutkan nyali Zenia.
Ify melanjutkan ceritanya tentang mama Aksa dan seorang perempuan yang bernama Bela itu.
“Lah, emang dia siapa? Pacar?”
“Gue nggak tahu juga tapi kayaknya mereka deket banget gitu. Mama Kak Aksa juga keliatan deket.” Zenia mengangguk sedikit berpikir. Ify mengembuskan napas lelah.
"Terus lo sendiri kenapa tadi bisa nemuin gue? Kan masih jam sekolah," tanya Ify.
"Jadi tadi guru-guru rapat buat pembahasan kita nih yang kelas 12. Sampe sore katanya. Ya udah, kita disuruh pulang," jelas Zenia. Ify beroh singkat.
♡´・ᴗ・'♡
fila_daEmm, siapa ya perempuan itu? Apa dia bakal jadi biang masalah? Ikutin terusss..
Vomment jangan lupa =D
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKASA✔
Teen FictionSteffy Aliyaza, gadis manis yang sedikit berbeda dari gadis lainnya karena bisa melihat 'mereka'. Sebagian hidupnya yang hancur perlahan terkikis setelah bertemu seorang laki-laki alumni sekolahnya. Mereka bisa begitu dekat dalam waktu singkat. Namu...