[10] Hadiah Misterius

63 6 0
                                    

Hampir pukul sepuluh malam, Aksa baru sampai di depan rumah Ify. Cukup larut malam untuk seumuran mahasiswa yang mengantarkan murid SMA pulang ke rumahnya. Ify sempat terkejut melihat lampu rumahnya yang sudah menyala. Mengingat dia baru pulang, tidak ada asisten rumah tangga, dan mamanya sedang tidak di rumah.

Ify turun dari motor dan berjalan cepat. Disusul Aksa di belakangnya. Ify kembali terkejut mendapati koper berwarna silver tergeletak di depan pintu rumahnya. Dia mengenali persis siapa pemilik koper itu. Koper itu, miliknya! Tapi mengapa berada di luar? Dia mengecek sebentar isi di dalamnya. Pakaian!

"Ma! Ma! Mama!"

Ify berteriak memanggil mamanya sambil menggedor pintu. Cairan di pelupuk matanya semakin menumpuk. Entah berapa lama lagi pasti akan mengalir bebas.

"Mama buka pintunya, Ma!"

Tidak ada suara sama sekali dari dalam. Hanya isakan Ify lah yang kini terdengar. Aksa menghampiri Ify dan jujur keduanya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Tak berselang lama, pintu terbuka. Menampakkan sosok wanita paruh baya yang masih tampak anggun dengan berbagai polesan kosmetik di wajahnya.

"Jam berapa sekarang? Masih inget pulang?" Rere masih seperti biasa. Ketus dan dingin.

"Maa... Apa m-maksud semua ini? Ify salah apa?" Ify bertanya dengan terbata.

"Sekolah kan? Punya otak kan? Pikir aja sendiri!"

"Kalo ini soal aku yang pulang malem, aku bisa jelasin Ma!"

"Iya Tante. Maaf saya anterin Ify kemaleman, tapi sebenernya–"

Aksa mencoba menjelaskan tapi disambut Rere yang menutup pintu rumahnya dengan keras tanpa bicara apapun lagi. Menyisakan Ify yang masih tak bisa percaya dan Aksa yang juga merasa bersalah.

Kini Aksa yang tengah berpikir keras. Ify diusir dari rumah dan Aksa tidak mungkin membawanya ke rumah apalagi ke rumah Bela. Aksa tahu persis bagaimana sikap mereka berdua kepada Ify.

Ify terduduk di teras dengan wajah yang basah dengan air mata. Ditemani Aksa yang terus berusaha menenangkan Ify.

Drrtt... Drrtt....

Aksa merogoh ponsel di sakunya. Tertera nama Zenia di sana.

"Halo Zen!"

"..."

"Iya. Ini aku lagi sama Ify."

"Zen, aku perlu bantuan kamu sekarang!"

***

"Fy... Sini turun. Kita sarapan yuk!"

"Iya Tante."

Ify mengambil tas sekolahnya dan bergegas turun ke dapur sesuai perintah Meli—mama Zenia. Semalam Aksa menghubungi Zenia dan meminta tolong agar Ify diperbolehkan menginap di rumahnya. Aksa tidak tahu lagi harus membawa Ify kemana. Untungnya, Zenia dengan senang hati memperbolehkan Ify menginap sementara waktu di rumahnya. Mama dan papa Zenia juga begitu simpati terhadapnya. Ify kembali merasa beruntung.

Setelah selesai sarapan, Ify berangkat ke sekolah bersama Zenia. Mereka memilih menaiki angkutan kota menuju sekolah. Ify merasa lebih baik setelah apa yang terjadi semalam. Dia sendiri tidak tahu harus senang atau sedih. Di satu sisi dia sedih diusir oleh mamanya sendiri. Namun, di sisi lain dia juga senang karena itu adalah salah satu bentuk kasih sayang mamanya yang tidak ingin anaknya terjadi sesuatu karena pulang larut malam. Ify hanya berharap mamanya mau mendengarkan penjelasannya.

Kemarin saat hari sudah gelap, Aksa dan Ify sudah bersiap pergi dari danau. Namun, niat mereka harus tertunda karena melihat seorang perempuan yang terlihat sesenggukan. Dia berada di sudut tepi danau yang gelap. Karena merasa heran, mereka memperhatikan perempuan itu dari jauh.

Aksa dan Ify berubah terkejut saat perempuan dengan rambut panjangnya itu siap menghunuskan pisau ke perutnya. Mereka berdua berlari dan berniat untuk menggagalkan aksi gadis yang tampak seumuran dengan Aksa itu. Berulang kali Aksa dan Ify mendapat tepisan dari sang gadis tetapi akhirnya berhasil menenangkannya.

Cukup lama mereka berada di sana untuk memastikan bahwa gadis itu tidak melakukan hal nekat. Akhirnya, gadis itu mau bercerita. Karena malam semakin larut, Aksa dan Ify sepakat mengantarkan gadis itu pulang. Ify dan gadis yang tidak mau menyebutkan namanya itu menaiki taksi. Sedangkan, Aksa mengikuti dari belakang dengan motornya.

"Fy, gue mau ke kamar mandi dulu. Lo duluan aja ke kelas," ucap Zenia tiba-tiba, begitu sampai di koridor menuju kelas mereka. Ify mengangguk singkat.

Pagi ini suasana kelasnya tampak masih sepi. Hanya ada beberapa temannya yang asyik dengan kegiatannya sendiri-sendiri. Ify berjalan menuju mejanya dan sedikit terheran mendapati sebuah kotak berada di atas mejanya. Sepanjang sejarah dia duduk di bangku sekolah, baru kali ini dia mendapatkan hadiah yang langsung teronggok begitu saja di hadapannya. Ify meraih kotak persegi panjang berwarna cokelat berhiaskan pita berwarna krem itu kemudian membukanya.

Semangat pagi!
Jangan lupa senyum hari ini :)

Begitulah kata-kata yang tertera pada sticky note yang ada di dalam kotak berisi cokelat dan bunga mawar putih itu.

"Ciee Kak Aksa romantis banget sih. Jadi pengen." Ify terkejut dengan kehadiran Zenia yang kini sudah duduk manis di sebelahnya.

"Tahu dari mana kalo ini dari Kak Aksa?"

"Yaa siapa lagi yang sangat perhatian dan super-duper sweet kepada seorang Steffy Aliyaza selain Anggaraksa Mahendra sang kakak kelas yang baru ketemu beberapa hari."

Zenia mendramatisir kalimat panjangnya, sedangkan Ify hanya mencebik pelan mendengar kata-kata teman sebangkunya sejak 2 tahun lalu itu.

Siapa yang ngasih hadiah ini ke gue?



♡´・ᴗ・'♡
fila_da

Nah loh, hadiah dari siapa tuh?

ALKASA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang