"Loh, ngapain jam segini pulang?" tanya Rere ketus.
"Ee maaf Tante, ini Ify sakit jadi saya anter pulang." Belum sempat Ify membuka mulut, cowok dengan poni khasnya itu mencoba menjelaskan.
"Ooh paling dia pura-pura buat cari perhatian."
Aksa sempat ingin menjawab tapi ditahan oleh Ify. Dia tak mau memperpanjang urusan dengan mamanya ini. Bukan apa-apa. Mau bagaimanapun, mamanya tak akan pernah mau peduli.
"Ya udah deh, terserah. Mau sakit kek, mau nggak pulang kek. Mama mau pergi. Nggak usah nungguin, mama pulangnya minggu depan."
"M-mama mau kemana? Aku sendirian dong di rumah?"
"Yang bikin kamu jadi sendirian kan kamu sendiri. Udah ah nggak usah manja."
Rere segera melesat pergi sedangkan Ify hanya bisa tertunduk. Ucapan mamanya memang benar. Semua ini karena dirinya sendiri. Aksa yang melihat kejadian itu hanya bisa menerka tanpa berani bertanya.
"Udah ga papa. Kak Aksa bisa kok nemenin kamu."
"Eh nggak usah Kak. Aku udah nggak papa kok. Makasih yaa udah dianterin pulang."
"Yakin?"
Ify mengangguk yakin, semata-mata agar Aksa percaya.
"Ya udah. Kak Aksa pulang dulu. Jaga diri," pesan Aksa dan melajukan motornya meninggalkan rumah Ify.
Malam ini langit mendung diiringi embusan angin yang dinginnya terasa sampai ke tulang. Ditambah badan Ify yang suhunya perlahan naik, mamanya tidak ada di rumah, belum lagi suara-suara tanpa wujud yang semakin nyaring terdengar. Dia hanya bisa meringkuk di tempat tidurnya sekarang. Ah lengkap sudah penderitaannya.
Yaa. Sosok yang dilihatnya waktu itu bukanlah suatu kebetulan. Ify memang memiliki kemampuan yang jarang dimiliki orang kebanyakan.
Pernah sewaktu kecil, Ify hampir gila dibuatnya. Setiap hari ada saja 'mereka' yang datang meminta tolong atau hanya sekedar mengganggunya. Namun, perlahan tapi pasti dia bertekad untuk menerima. Walaupun sekarang dia masih sering kaget dan tak jarang takut juga saat berpapasan dengan 'mereka'. Bebannya sedikit terbagi saat dia bertemu seseorang yang memiliki frekuensi yang sama. Aksa.
Ify mencoba tidur agar bisa melupakan panas tubuhnya yang terasa semakin memuncak.
Hiii hiii hiiiks
Bukannya tertidur, suara itu malah semakin membuatnya terjaga. Dia berlindung di balik selimut agar tak melihat sesuatu yang malah akan semakin membuatnya sulit tidur.
Hiii hiii hiiiks... Haahahahhaahaahaa...
Tangisan yang disusul tawa yang melengking.
"Kamu mau apa? Jangan ganggu aku! Pergi!"
Aku tidak akan pergi sebelum aku bisa membunuhmu!
"Aku nggak punya urusan sama kamu. Pergi!" usir Ify dengan lantang.
Suara itu tak terdengar lagi. Ify membuka selimut yang menutupi wajahnya. Saat ia mencoba duduk, tiba-tiba bingkai foto di meja sebelah kanannya jatuh. Benda-benda di sekitarnya bergetar. Suara itu muncul kembali. Ia berlari keluar dari kamarnya.
Kenapa gini sih? Ayo Fy kamu bisa. Kendalikan diri Fy. Ayoo!
Ify memberi semangat kepada dirinya sendiri. Gagal. Sosok itu malah menampakkan diri di hadapannya. Wanita yang sempat mengganggunya di sekolah. Sahara! Tanpa terduga, Sahara melesat ke arahnya. Seketika, tubuhnya menegang. Lehernya terasa panas. Dia terbatuk dan napasnya mulai tersengal.
"Lepaskan dia!"
Teriakan seseorang itu membuat Ify lega. Siapapun itu, dia adalah malaikat penolongnya. Sahara terlihat sangat marah. Ify mencoba bangkit dan dia terkejut saat melihat siapa yang menyelamatkan nyawanya. Aksa!
Sahara berbalik menyerang Aksa dengan segala kemampuannya. Aksa terus mencoba berkonsentrasi dan merapalkan doa-doa. Dia merasakan energi makhluk itu begitu kuat. Napasnya terus memburu. Keringat tak henti-hentinya mengalir di pelipisnya.
"I-Ify pergi dari sini!"
"Tapi aku nggak mau ninggalin Kak Aksa!" Ify panik dan sungguh dia juga tak tahu harus melakukan apa.
"Pergi da-aargh!"
Aksa terpental ke belakang. Sahara semakin beringas. Ify melihat aura hitam yang semakin pekat mengelilingi Sahara dan Aksa. Ify hendak menghampiri Aksa.
"Ja-jangan ke sini!"
***
Aksa memikirkan Ify tanpa berhenti. Kejadian yang menimpa Ify siang tadi membuatnya tak bisa tenang meninggalkan Ify. Aksa mencoba memejamkan matanya di malam yang semakin larut. Gagal. Dia menarik napas dan membuangnya kasar. Dia tidak bisa menahan lagi. Gue harus temuin Ify, tekadnya.
Setelah sampai di depan rumah Ify, Aksa memarkirkan motornya asal. Dia bergegas mengetuk pintu dan berbarengan dengan itu, dia mendengar sebuah teriakan. Tanpa pikir panjang, dia menerobos pintu rumah Ify yang entah mengapa tidak dikunci. Aksa berlari menaiki tangga untuk ke lantai dua, setelah dia merasakan ada aura negatif di sana. Ditambah lagi dengan suara teriakan dan keributan. Benar saja, Aksa mendapati Ify tengah ketakutan dan di depannya ada sosok yang seakan bersiap membunuh Ify. Sahara? Geram Aksa.
"Lepaskan dia!"
Segenap upaya telah dilakukan tapi entah mengapa Aksa merasakan kekuatan Sahara dua kali lebih besar. Aksa merasakan tubuhnya terpental dan ngilu mulai menjalar. Dia melihat Sahara kembali akan menyerang Ify tapi dihalaunya. Beberapa kali Aksa menyuruh Ify pergi tapi Ify tidak mau.
Tiba-tiba rak hiasan setinggi dua meter di belakang Ify bergetar. Tidak! Itu hampir roboh. Ify masih tidak sadar dengan bahaya yang mengancamnya.
"IFY AWAS!!!"
BRUKKK
AAAAAARGH!!!
"KAK AKSA!"
Ify berteriak dan semakin histeris melihat Aksa terkapar tak berdaya.
"Bangun Kak!"
"Kenapa Kak Aksa nekat nolongin aku?"
"Sebenernya Kakak itu siapa? Kak Aksa nggak perlu kayak gini!"
Aksa merasakan tubuhnya tertimpa beban yang sangat berat. Dia juga merasakan beberapa bagian tubuhnya terkena ujung yang runcing. Aksa mendengar teriakan dan segenap pertanyaan dari gadis yang baru saja dia selamatkan itu.
Aku juga nggak tahu kenapa aku senekat ini. Aku cuma laki-laki biasa yang ketemu seseorang yang menurutku istimewa. Kamu Fy.
Aksa ingin mengatakan itu dengan mulutnya. Namun, pandangannya semakin mengabur dan untuk menggerakkan bibirnya saja dia sudah tidak mampu. Kemudian, gelap.
♡'・ᴗ・'♡
fila_daGimana part ini? :D
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKASA✔
Teen FictionSteffy Aliyaza, gadis manis yang sedikit berbeda dari gadis lainnya karena bisa melihat 'mereka'. Sebagian hidupnya yang hancur perlahan terkikis setelah bertemu seorang laki-laki alumni sekolahnya. Mereka bisa begitu dekat dalam waktu singkat. Namu...