“Hem… akhirnya kalian dateng juga,” ucap Satria ketika melihat Aksa dan Ify sampai di rumah sakit.
“Ify, kamu nggak papa kan?” Luna tampak khawatir.
“Aku nggak papa kok, Kak,” jawab Ify dengan senyum yang mengembang.
“Thanks ya Sat, udah kondisiin biar Ify bisa ketemu sama cowoknya,” sahut Aksa yang mendapat tatapan tajam dari Ify. Mereka hanya terkekeh.
Aksa memang meminta tolong agar orang tua Alvan tidak ada di sekitar ruang rawat. Hal itu dilakukan agar Ify tidak bertemu dengan mama Alvan. Mereka tahu, mama Alvan masih salah paham dengan Ify.
“Ya udah kalo gitu, aku sama Kak Aksa masuk dulu ya,” sahut Ify sudah tak sabar.
Satria dan Luna mengangguk.
Aksa dan Ify masuk ke ruang rawat Alvan. Seseorang yang terbaring di atas ranjang menengok.
“Mau ngapain kalian kesini? Pacaran di depan gue?” tanya Alvan masih tak ramah. Ify menghela napas jengah.
“Makanya kalo nguping itu sampai akhir, biar nggak setengah-setengah,” tukas Ify sambil berjalan mendekat. Alvan mengernyit.
“Maksudnya?”
“Kamu jauhin aku karena kamu pikir aku sama Kak Aksa jadian kan? Padahal kamu belum denger jawaban aku buat Kak Aksa sepenuhnya.”
“Kamu tahu dari mana?” Alvan penasaran.
“Lagian, kamu anak olimpiade tapi otaknya nggak dipake,” ujar Ify kesal.
“Apaan sih Fy?” Alvan bingung.
“Kamu pikir aku nggak bisa kasih cinta yang tulus buat kamu? Kamu pikir aku sayang sama seseorang cuma karena ganteng sama kaya? Sampai kamu nggak mau aku pikirin soal kamu hanya karena sakit. Kamu pikir aku cewek apaan Alvan?” ujar Ify panjang lebar. Dia semakin kesal. Air matanya tumpah dan Alvan terdiam.
“Jadi kamu cinta sama aku?” Alvan memasang wajah polos.
“Aaarh! Kenapa sih orang-orang pinter tu jadi bodoh soal kayak ginian,” ucap Ify frustrasi.
“Ya menurut kamu aku nolak Kak Aksa yang ganteng, pinter, dan kece ini buat siapa?” Sungguh, Ify menyerah bicara soal ini pada Alvan.
“See, Ify aja bilang gue ganteng, pinter, kece lagi,” timpal Aksa sambil terkekeh.
“Jadi kalian beneran nggak pacaran?” tanya Alvan memastikan membuat Ify semakin jengah.
“Kalo lo masih mau jauhin Ify, yaa dia jadi pacar gue,” sahut Aksa.
“Ooh.” Respons Alvan membuat Ify terbelalak.
“Udah? Gitu doang?” Ify ternganga.
Ify tak percaya dengan semua ini. Dia sudah menangis seharian dan hanya mendapatkan hasil seperti ini. Hampir saja dia menyesal karena air matanya terasa sudah habis. Dia menghela napas kasar kemudian berbalik hendak pergi. Namun, tangannya dicekal oleh Alvan. Ify menoleh dan melihat Alvan yang berusaha bangun. Di luar dugaan, Alvan menarik tangan Ify dan membuatnya terdorong ke depan hingga sampai ke pelukan Alvan. Ify tersentak dengan apa yang dilakukan laki-laki ini. Jantung Ify berdetak lebih cepat. Aksa menatap dengan senyum getir.
“Maaf Fy. Udah jadi orang bodoh yang nurutin ego sendiri,” ujar Alvan sambil mengelus rambut Ify yang masih dalam pelukannya.
“Aku juga minta maaf Al. Aku nggak bisa tegas sama hati aku.”
“Jadi sekarang udah nih?” Sifat jahil Alvan muncul.
Ify merenggangkan pelukannya.
“Udah apa?” Ify tak mengerti dengan pertanyaan Alvan.
“Resmi?” Alvan tersenyum jahil. Ify menepuk lengan Alvan tersipu.
“Terus aja bikin gue jadi obat nyamuk,” sela Aksa. Alvan dan Ify tertawa.
“O ya, thanks ya Kak udah bawa Ify kesini,” ucap Alvan yang lebih ramah pada Aksa.
“Iya, eh tumben lo panggil gue Kak. Biasanya nggak ada sopan-sopannya lo sama kakak kelas,” sindir Aksa.
“Ya sorry Kak. Abisnya orang yang gue suka deketnya malah sama kakak kelas. Kan gue kesel,” balas Alvan.
“Ihh,” decih Ify pelan.
“O iya! Terus Zenia gimana?” Ify teringat sahabatnya itu.
“Ooh, ya nggak gimana-gimana. Aku kan cuma pura-pura deket sama dia,” jelas Alvan.
“Niat banget sih,” cebik Ify pelan.
Ceklek
Terdengar suara pintu dibuka. Ify terbelalak melihat siapa yang baru saja membuka pintu. Mama Alvan diikuti Satria dan Luna.
“Tante,” sahut Ify dan segera mendekat ke arah mama Alvan.
“Ma-maaf Tante, aku nggak bermaksud lancang jengukin Alvan tanpa izin dulu sama Tante. Aku cuma khawatir sama dia. A-aku minta maaf Tante tapi aku sayang sama Alvan. Aku mohon Tante—”
Ucapan Ify terhenti saat mama Alvan memeluknya dengan hangat. Ify terkejut dengan sikap mama Alvan.
“Iya. Tante udah denger semuanya. Tante juga minta maaf ya atas sikap Tante tadi siang. Tante juga khawatir sama anak Tante,” ujar mama Alvan. Ify menghela napas lega.
“Iya Tante, makasih banyak ya.” Mama Alvan melepas pelukannya kemudian tersenyum.
“Ehem… jadi udah resmi nih? Sabar ya Sa,” goda Satria lalu merangkul Aksa dengan sedikit berdrama.
“Ciee yang tiap hari kerjaannya nanyain Alvan ke kakaknya. Akhirnya, bisa tanya sendiri sekarang.” Luna ikut menggoda Ify habis-habisan.
“Kak Luna ih.” Pipi Ify memerah.
“Ya udah, aku pamit pulang dulu ya Tante,” pamit Ify karena malam sudah sangat larut.
“Kamu nggak mau temenin aku di sini?” Alvan berubah manja.
“Anak cowok kok manja,” ledek papa Alvan.
Ify tersenyum lebar.
“Kan besok aku sekolah. Pulang sekolah aku kesini lagi. Oke?”
“Iya deh,” ucap Alvan dengan wajah tertekuk.
“Eh iya, kamu pulang sendiri?” tanya papa Alvan.
“Aksa yang anter Ify pulang, Om,” jawab Aksa.
Aksa melirik Alvan.
“Ehem… izin anter pulang pacarnya ya,” sindir Aksa.
Alvan terkekeh, “Iya Kak. Thanks ya,”
“Ya udah, Ify sama Kak Aksa pamit pulang dulu ya semuanya,” pamit Ify lagi.
“Eh tunggu dulu,” tahan Alvan. Ify mengernyit.
“Nggak ada ucapan selamat istirahat gitu buat pacarnya?” Alvan memanyunkan bibirnya membuat Ify gemas.
“Iya, selamat istirahat ya Alvan,” ucap Ify.
“Sayangnya mana?”
“Hah?” Ify sungguh malu dibuatnya.
“Kamu nggak boleh pulang kalo belum panggil aku sayang.” Lagi-lagi Alvan merajuk.
“Alvan, kamu ini ada-ada aja,” timpal mama Alvan.
“Iya, aku pulang ya sayang. Abis ini langsung tidur,” ucap Ify mengalah.
“Oke sayang!” balas Alvan sumringah.
Ify tersenyum lebar. Kemudian, mengajak Aksa untuk pulang. Perasaannya malam ini sungguh bahagia. Sikap Alvan tadi membuat Ify lega. Dia berharap kekasihnya ini segera pulih. Dia tidak ingin kehilangan seseorang yang disayanginya—lagi setelah papa dan kakaknya.
♡´・ᴗ・'♡
fila_daBisa bisanyaaa... ┐( ̄ヮ ̄)┌
Vomment yukkk...
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKASA✔
Fiksi RemajaSteffy Aliyaza, gadis manis yang sedikit berbeda dari gadis lainnya karena bisa melihat 'mereka'. Sebagian hidupnya yang hancur perlahan terkikis setelah bertemu seorang laki-laki alumni sekolahnya. Mereka bisa begitu dekat dalam waktu singkat. Namu...